sabato 13 marzo 2010

saling mencintai atau punah...

suatu baris kalimat di dalam tanda kutip dalam suatu alinea dalam sebuah buku novel yang bercerita soal realita makna hidup. saya bukan sedang menyusun tesis khusus. saya hanya sedang mencoba mencari sesuatu yang tidak ayah atau ibu saya pernah ajarkan ke saya... ya mengenai bagaimana menikmati hidup, mensyukuri hidup, menghargai hidup, dan yang terakhir... MENUNGGU MATI DENGAN DAMAI.

"saling mencintai atau punah"

inget ga waktu kecil pas kita lagi belajar jalan ada orang-orang yang megangin tangan kita biar kita ga jatuh? lalu inget ga waktu kita belum bisa makan sendiri ada orang-orang yang selalu nyuapin kita sambil bilang 'aaaa buka mulutnya anak manis... pesawat mau masuk. ya pinter!'? dan inget ga waktu kita menggigil di tengah malam dan terbangun saat mimpi buruk selalu ada orang yang bakal nyalain lampu sambil pasang tampang khawatir dan berkata 'iya! kenapa'? terakhir inget ga ada orang yang ngajarin kita ngomong 'ma...ma! pa...pa!' dan mereka mendengarkan setiap 'dadaa...tata...teda!' yang keluar dari mulut kita yang belum jelas mau bicara apa?

mungkin ada yang inget. mungkin ada yang ga. bagi yang engga... mungkin karena mereka ga punya kenangan kayak gitu, atau mungkin karena mereka terlalu males mikirin hal kayak gitu.

lalu bayangin suatu hari waktu kalian udah pada gede, atau ga seumur gue saat ini... waktu lo lagi ngabisin waktu dengan kesukaan lo--lo di panggil disuruh pulang. dan ternyata yang harus lo lakukan lo harus memapah orang dari ruang tengah ke kamar. waktu lo lagi baca buku tiba-tiba lo dipanggil, disuruh nyiapin makanan lalu nyuapin ke orang yang makannya lama banget. waktu lo lagi asik-asik nonton TV tiba-tiba ada orang yang teriak dan bangun dalam keadaan berkeringat dan wajah pucat. atau waktu lo lagi asik-asik dengerin lagu tiba-tiba lo dipanggil--lo harus dengerin orang yang ngomongnya udah gagap dan kehabisan perbendaharaan kata.

lo bayangin! gimana kalo ternyata orang tersebut (orang bukan benda--beliau! bukan dia) adalah orang yang megangin tangan lo waktu lo belajar jalan, nyuapin lo waktu lo belum bisa makan sendiri, yang dateng malam-malam cuma buat ngecek lo pas lo mimpi buruk, dan yang dengan sabar dengerin lo dan nunggu lo sampe bisa ngomong. mungkin mereka...orang tua kita.

di sini saya cuma mau bicara soal usia lanjut, cinta, perkawinan, dan keluarga.
ga banyak... karena sekali lagi saya ga mau bikin orang yang baca ini post bosen.

kita ga pernah sadar kapan usia kita menua. ya sama seperti orang tua kita, mungkin mereka sadar ketika mereka tahu anak-anaknya juga udah tambah tua. mungkin mereka ngerti bagaimana hidup mereka setelah mereka sadar rambut mereka memutih dan penyakit-penyakit berdatangan.

saya ga tahu ada berapa banyak orang tua yang bertanya-tanya, apa saya sudah menjalani hidup ini dengan cinta dan keyakinan?

ya sekali lagi...saling mencintai atau punah... mungkin hal paling rasional yang akhirnya saya tahu ada di dunia ini adalah cinta. cinta dan rasa percaya adalah kekuatan paling utama yang membuat seseorang tidak takut sendirian. cinta yang membuat adanya ikatan pernikahan yang utuh. yang dihuni oleh 2 orang yang saling mencintai sebagai tonggaknya. dan mereka akan mempunyai keturunan-keturunan entah dari kandung mereka atau dari kandung orang. tapi mereka tetap saling mencintai.

kita ga pernah sadar seberapa besar cinta itu mempengaruhi hidup. cinta beda sama teman. cinta beda sama pacar. cinta beda sama sekedar kesukaan. cinta itu keluarga. ga ada cinta kita punah. kita ga tahu rasanya nyimpen perasaan menghargai dan menghormati ke orang lain. kita ga tahu rasanya naruh harapan dan perhatian ke orang lain. cinta yang meyakinkan gue secara pribadi untuk menghabiskan hidup sama seseorang. kenapa gue bilang cinta beda sama temen, sama pacar, atau sekedar kesukaan? karena mereka bukan orang-orang yang akan bangun di tengah malah ketika lo kebelet pipis tapi kaki-kaki lo udah ga bisa gerak bibir lo udah ga bisa mengeluarkan sepatah kata pun dan tangan lo udah ga mampu menjangkau. oke itu lumpuh berlebihan. tapi apa temen, pacar, atau kesukaan itu yang akan bangun di tengah malam ketika lo batuk-batuk parah. bukan! tapi keluarga lo. keluarga yang selalu lo inget selalu lo cinta. papa lo, mama lo, sodara-sodara lo, suami lo, istri lo, anak-anak lo.

ya ada banyak juga orang yang hidup tanpa orang tua. tapi apa mereka ga punya keluarga? terkadang teman bisa mereka anggap keluarga. orang-orang yang dengan cintanya dipersatukan di bawah satu atap.

tapi bagi kita yang masih punya keluarga... ikatan perkawinan... hubungan darah... hubungan keluarga adalah cara kita belajar mencintai. mencintai artinya menghargai orang lain. tapi pertama, hargai diri sendiri dulu. oke kita boleh berpikir untuk menyenangkan orang lain. tapi apa kita udah cukup seneng. kembali lagi... mencari makna hidup. kalau makna hidup kita memberi dan berbakti ya berarti kita akan senang dengan hal tersebut. tapi yang pasti saya sadar makna hidup saya (yang masih sangat hijau dan tidak tahu apa-apa ini) adalah mencintai.

saya mencintai orang-orang di sekitar saya.suatu hari nanti... suatu hari nanti saya juga pasti bakal punya keluarga. kalau saya punya anak saya mau ngajarin mereka sesuatu yang di blog ini dijelasin secara singkat bahkan ga sampe ke intinya. kalo saya disuruh jelasin sampai intinya saya mau buat satu buku.

tapi yang pengen saya jelasin ke anak-anak saya, ke suami saya suatu hari nanti, dan ke keluarga saya... rasa mencintai itu yang bikin kita bertahan hidup. bekerja karena cinta kepada keluarga, mengabdi demi keluarga, dan cinta itu yang masih bisa menyadarkan kita untuk hadir di tengah-tengah kehidupan ini meski dalam kesibukan mencapai sesuatu. dan suatu hari waktu saya diwajibkan menghadap ke Tuhan saya ingin menutup mata dalam keadaan damai di mana seluruh orang-orang yang saya cintai hadir dan berkumpul meski penyakit yang di tubuh ini sakitnya minta ampun. karena dengan begitu kita tahu... makna hidup seseorang itu melayani dengan mencintai.

mungkin saya belum bisa membentuk sebuah keluarga yang baik karena saya belum menikah karena saya juga ga tahu masa depan saya kayak apa. saya cuma bisa ngelakuin yang terbaik ke orang tua saya dan ke keluarga saya yang mencintai saya. terakhir... saya benar-benar merasa yakin dan percaya (percaya dengan rasa bukan dengan penglihatan) bahwa saya ingin hidup dengan seseorang yang....

yang selalu terlihat tampan di mata saya meski banyak orang bilang tidak, yang selalu mengajak saya berpikir meskipun saya terkadang tak tahu jawabannya apa, yang membantu saya menyadari bahwa saya harus lebih banyak mendengarkan, yang membuat saya tahu bahwa saya harus menghargai dia, dan yang selalu memuji saya cantik setiap hari... ya kamu dengan hal-hal yang tidak pernah kamu rasa kamu perbuat tapi kamu mempengaruhi saya luar dalam... mas gery

I love you...

Nessun commento:

Posta un commento