domenica 29 agosto 2010

Alla fine di Agosto...

seperti roll cerita yang termasuk dalam skenario kehidupan. wah rasanya kembali lagi saya ada di perputaran roda. sore ini di hari Minggu tanggal 29 Agustus 2010, di mana playlist memperdendangkan Carnival (Adhitia Sofyan) dengan nada ballad yang mendayu-dayu memanjakan telinga saya. Lelah sumpah lelah.

Hari ini otak saya didera ribuan pertanyaan dengan pilihan berganda dan hubungan sebab akibat. mau mati ga tuh!!! dalam waktu 2 jam harus menyelesaikan 105 soal yang biadab-biadab. dan bentar lagi wah bentar lagi bentar lagi gue bakal ngelaluin TO TO selanjutnya sampai pada akhirnya gue menghadapi yang namanya SIMAK UI, yang namanya UN, yang namanya UAS, sampai yang namanya, SNMPTN (semoga ga perlu SNMPTN, SIMAK AJA CUKUP YA ALLAH amiiinn).

Tiba-tiba saya kepikiran banyak hal.

--oke sekarang playlist saya memutar After The Rain (still Adhitia Sofyan)--

Waktu saya di Gramedia bareng sama Gery sore ini saya melototin rak-rak buku yang keren-keren itu. Banyak banget buku dengan cover dan sinopsis keren terpampang di rak best seller. Gue mikir, kapan bisa ya salah satu buku karangan gue terpampang di sana. Dan sambil tersenyum mungkin suatu hari nanti gue bakal mengelus-ngelus covernya. Wah puas banget kali. Sampai akhir Agustus ini itu masih jadi cita-cita saya...

--masih Adhitia Sofyan's, gila ya enak banget di dengerin senja begini--

Saya masih berada di atas motor menatap ke jalanan kota pukul lima sore. Rame seperti biasa. Dan pikiran gue berkelana. Ga tahu kenapa perasaan gue tenang banget. Ga tahu apa yang akan terjadi dengan jalanan ini satu, tiga, lima, sepuluh tahun lagi. Yang pasti detik itu rasanya gue pengen meluk Gery (tapi sayangnya gajadi inget bulan puasa). apa suatu hari nanti gue masih bisa jalan-jalan ga jelas di daerah Bearland, Matraman bareng ini anak naik motor ya? Pasti bakal banyak hal yang udah berubah. Tapi cuma satu hal yang sampai akhir Agustus ini gue harap ga akan pernah berubah sampai kapanpun, perasaan memiliki dan mencintai seseorang yang ada di hadapan gue, perasaan ke Gery.

Makin masuk daerah pisangan gue masih diem. Perjalanan pulang hari ini lebih banyak bisu dibanding bicara. Ada satu pikiran, apa hari ini suratnya dibawa ya? Semoga ga telat lagi. Yaaaahhh tapi ternyata harus telat. Satu hal yang menggaung-gaung dalam pikiran gue yang udah entah ke mana tadi di jalan, kalau kita udah nikah saya bakal nemuin suratnya di mana ya? Di balik piring saat sarapan di meja makankah? Di atas bantal atau selimut ketika hendak dibereskankah? Ditempel di atas kulkaskah? Dititipkan pada taya atau nada kah? Atau tetap dia yang memberikan dengan tangannya sendiri di malam hari? Sampai akhir Agustus ini gue masih merasa saat-saat di hari Jumat dengan surat dan senyumnya adalah hal yang paling manis dan romantis....

--playlist gue berganti kini The Trees And The Wild--

Ini mungkin sentuhan terakhir post ini. Gue mungkin akan merindukan banyak hal dari masa-masa SMA gue satu hari nanti. Masa-masa penuh kerancuan yang berbuah kenangan manis. Dan saya menjadikan seluruh lagu TTATW dalam album Rasuk sebagai soundtrack masa SMA gue. Lagu yang diperdendangkan, dinyanyikan, dielu-eluka, dan disukai gue, pacar gue, dan teman-teman gue. Sampai akhir Agustus ini gue masih teringat-ingat euforia DILIPAT yang dipegang Aji. Dan sampai akhir Agustus ini saya masih akan terus mengumpulkan mosaik-mosaik manis untuk dikenang di hari tua nanti.

---di akhir Agustus ini gue siap mewujudkan segala mimpi, melipat kenangan dan menyimpannya dalam kotak memori, menjaga anugerah dan hadiah yang telah diberi dan dimiliki--

sabato 28 agosto 2010

Kemelut

kemelut tidak pernah lari jauh-jauh
kaki-kakinya masih bergerak-gerak di sekitar sini
di dalam palung hati yang terluka dalam
di dalam rongga pikiran yang bercabang
dan di dalam lubang telinga yang hambar mendengar pujian
aku bertanya-tanya mengapa kemelut tak mau pergi
mengapa dia menjadi dilema?
mengapa dia memilih menyublim?
menyisakan bekas-bekas penggoyahan
apa obat dari kemelut ini?

__________________________________

sampai saat ini kemelut menjadi penyakit dalam jiwa tak sehat. sampai saat ini kemelut menjadi musuh bagi para pecinta. dan sampai saat aku membuang kemelut itu jauh-jauh dalam sakit hatiku, menggantinya dengan yang baru, yang tak berdilema, yang tak berpilihan.

hanya karena mencintai kemelut itu pergi.
mungkinkah itu obatnya...?

venerdì 27 agosto 2010

#Secangkir Teh

CHAPTER IV

Hari terus berjalan, dan aku seperti kerasukan setan setiap pulang sekolah. Motivasiku untuk bekerja di kafe berubah dari mengisi waktu luang dan menambah uang jajan menjadi menemukan cerita baru. Selama empat bulan ini aku sudah duduk di balik meja bar bersama teman kerjaku, Lila menyaksikan bebagai hal yang terjadi di kafe ini.

Urutan rutinitas yang aku lalui setiap hari adalah seperti ini; bangun, pergi ke sekolah, bel pulang masuk ke angkutan umum, berhenti di kafe, ganti baju, siap-siap di belakang meja bar, dan terakhir menunggu pukul 16.20. Rutinitas yang terlihat sangat membosankan dan terus-terusan terjadi seperti rel kereta yang tidak ada ujungnya. Berputar seperti siklus. Tapi perlu kutambahkan dengan kapital keseluruhan bahwa aku MENUNGGU PELANGGAN BERNAMA KARA, MENYAJIKAN SECANGKIR TEH UNTUKNYA, dan MENYAKSIKAN DIA BERBICARA DENGAN LAWAN BICARANYA.

Aku telah siap di balik meja bar minuman. Tanganku mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah, menatap ke arah jam dinding yang terus saja memutarkan jarumnya. Lila menyabetku dengan serbet sengaja sambil terkekeh, "Lo tuh kayak nungguin cowok lo yang dateng ngejemput tahu ga."

Aku membalas dengan mencibir. Setelah adegan emosional yang berujung bahagia tersebut aku menyaksikan lebih banyak kejadian standar. Dia berbicara dengan salah satu teman kuliahnya yang suka banget ngomongin cowok. Dia berbicara dengan salah satu teman lamanya yang suka sekali menggosip dan ngomong "boooo". Dia berbicara dengan salah seorang temannya sambil mengerjakan tugas kuliah. Yah dan begitu seterusnya. Pertanyaan dalam benakku, apa hari ini akan ada kejutan lagi?

Mungkin ada.

16.20
Meja yang telah di reservasi itu masih kosong. Aku nyaris mengutuk hariku. Teramat sangat membosankan menjalani rutinitas biasa dan apa yang aku tunggu-tunggu hari ini menjadi omong kosong. Ketika aku nyaris lengah berjalan ke arah Lila, aku mendengar pintu kafe terayun. Seorang gadis dengan wajah yang tidak asing lagi masuk. Kulitnya putih memucat, bibirnya kering terkatup putih. Kara sedang sakit?

Dia duduk di meja yang telah direservasinya. Lila berbisik sesuatu padaku, "Lo kayak orang jatuh cinta tau ga, Tan! Lesbi dasar!" Dan dengan tegas aku akan mencubitnya. Perlu di garis bawah, aku masih menyukai laki-laki.

Aku menunggunya cukup lama sampai akhirnya dia berjalan sendiri ke arahku dengan tampang letih. "Secangkir teh," ujarnya.

Aku memperhatikan gerak-geriknya. Ketika dia mengambil bill di tanganku. Ketika dia membayarnya di meja kasir. Dan ketika dia duduk kembali sambil menyeruput secangkir teh yang telah aku sajikan di mejanya. Kali ini gerakannya lambat sekali. Nyaris tidak bersemangat seperti biasanya.

17.00
Seorang pria berusia tidak jauh dari Kara masuk ke dalam kafe. Dia memakai kemeja necis dan celana bahan warna hitam. Sepatunya mengkilap. Rambutnya dibuat cepak pendek. Dan dia tampan.

Pria itu duduk di depan Kara. Menatapnya tenang lewat mata coklatnya yang penuh perhatian. Dan dia berkata, "Apakabar, dek?"

----------------------------------
bersambung...

sabato 21 agosto 2010

#Secangkir Teh

(sambungan Chapter III)
--------------------------
Kali ini Kara kembali menyeruput tehnya. Dia tersenyum pada sepupunya yang masih menegang sementara pinggulnya belum panas menempel pada kursi. "Ada seseorang yang pernah bercerita padaku bahwa dia meninggalkan sebuah surat di balik buku catatan Ekonomi teman sekelasnya. Dia tidak menyertakan namanya di sana. Dia hanya menuliskan bahwa sejak pertama kali seorang gadis bermata hijau gelap seperti gadis-gadis India cantik masuk ke dalam kelasnya dan melemparkan senyum paling hangat, gadis itu telah mengubah semua dunianya.

"Orang itu bercerita, gadis itu biasa. Semua orang melihatnya biasa. Tapi dia melihatnya berbeda. Ketika semua bergerak dan terekam dalam fragmen ingatan. Aku mendengarkannya dengan saksama setiap kali dia datang ke rumahku dan mencari sepupuku dan ternyata sepupuku sering sekali sedang pergi. Dia menunggu hingga larut. Tapi sepupuku tak kunjung kembali.

"Aku ingat waktu mereka pertama kali keluar rumah. Aku masih sangat tiga belas tahun di mana sepupuku enam belas tahun. Dan orang tersebut tetap menunggu sepupuku setiap kali dia datang, dengan harapan bahwa suatu hari dia sadar bahwa orang tersebut mencintainya. Ketika mereka pulang dari seharian bepergian entah ke mana aku melihat wajah sepupuku begitu ceria. Dia membaca semua surat yang selalu di selipkan di bawa buku catatan ekonomi. Dia menangis bahagia kadang-kadang. Dan aku melihatnya tetap menyembunyikan perasaannya ketika orang tersebut menyatakan perasaannya.

"Aku ingat di hari liburan waktu aku berusia 15 tahun. Sepupuku berikrar akan menikahi seorang pria yang dengan apa adanya menerimanya di saat sempurna dan kacaunya. Yang setia menunggunya hingga larut malam. Dan mampu membuatnya jatuh cinta setengah gila. Yaaahhh dan akhirnya sepupuku benar jatuh cinta kan. Dan dia berkata dia menemukan pangerannya ketika umurnya tujuh belas tahun. Saat orang tersebut mengira dia sudah benar-benar terlambat untuk terus berharap. Dan sepupuku menerimanya."

Aku seperti mendengar sebuah dongeng yang dibuat-buat. Seperti bukan sebuah realita. Sejenak aku mengira Kara adalah seorang pendongeng atau seorang novelis yang sudah terbiasa membuat orang menangis dengan caranya bercerita. Tapi kini Farah menangis menatap tangannya yang menggenggam segunung tisu kotor.

"Cukup!" potong Farah ketika Kara melanjutkan ceritanya. "Siapa yang salah, Kara?"

"Salah? Sebenarnya tidak ada yang salah dari awal, sayang. Kau hanya tidak bisa menangani emosimu sendiri. Kau sedang mengandung dan kau haus perhatian. Wanita menjadi sangat sensitif ketika mereka mengandung. Salman tetap menghubungiku membicarakan bagaimana caranya dia menanganimu yang sering marah belakangan ini. Aku kira dia sudah mampu menanganimu seorang diri. Tapi percaya padaku Farah, sejujurnya kau yang berubah."

"Aku? Kenapa harus aku?"

"Karena aku juga bertanya-tanya mengapa ibuku yang berubah?"

"Apa yang salah dengan wanita, Kara?"

"Tidak tahu."

"Aku tahu kau tahu."

"Aku benar-benar tidak tahu. Aku diberikan hak memilih untuk itu aku memilih untuk tidak berubah. Karena aku tidak punya alasan untuk berubah."

"Dan aku?"

"Kau juga tidak punya alasan untuk berubah. Tapi kini kau punya alasan, kau ingin rumah tanggamu kembali normal kan? Aku tahu dalam hati kecilmu kamu tidak ingin bayimu lahir tanpa ayah. Aku lebih tahu lagi bahwa Salman selalu ingin ada di sampingmu setiap detik setiap saat ketika bayi itu lahir ketika bayi itu menjadi salah seorang kebanggannya yang akan melengkapi kebahagiaan kalian."

"..."

"Jika beberapa tahun yang lalu aku boleh bertanya pada ayah dan ibuku aku ingin berkata, apa aku dan Kimi tidak cukup untuk mereka tetap bahagia? Apa hebatnya orang lain jika kita berempat bisa lebih hebat dengan kebahagiaan kita sendiri? Tapi ketika seseorang sudah punya alasan yang lebih kuat untuk mengatakan berpisah itu tidak akan ada gunanya. Dan selama kamu masih tidak punya alasan apapun untuk benar-benar kuat menjalani ini sendirian, kembalilah... Suamimu menyayangimu suamimu mencintaimu."

Mereka terdiam. Aku melihat mata Kara berkaca-kaca, dia menengadah menatap bohlam lampu di atas. Terlihat berpikir. Sedangkan Farah terdiam di tempatnya duduk merenung dan menangis sembari mengelus perutnya, dia tersenyum kecil beberapa kali.

Beberapa menit kemudian Kara mengangkat ponselnya. "Iya masuk saja," sahutnya.

Aku menangkap bayangan seseorang berlari di luar jendela. Dia masuk lewat pintu kafe yang terayun ketika ada salah seorang pelanggan yang keluar. Seorang pria tinggi dengan kemeja biru gelap, tampak baru saja pulang kerja. Wajahnya menyiratkan kecemasan. Dia melihat ke arah Kara dan Farah. Tampangnya lega dan terlihat nyaris menangis.

Dia mendekat perlahan di belakang Farah. Menyentuh bahunya ragu sementara Farah tak berkutik di tempatnya begitu pula Kara.

"Faya...," sapanya pelan. Farah menoleh cepat menemukan tubuh suaminya di hadapannya. Dia menjatuhkan dirinya ke pelukan suaminya dan suaminya menangkapnya, mengeratkan kedua tangannya dalam pelukan hangat. "Maafkan aku demi apapun maafkan aku sayang...," isak Salman sambil mengecup kening istrinya.

Meja itu kembali menjadi pusat perhatian. Semua orang menatap drama unrealistis yang benar-benar terjadi itu. Sedangkan si pelaku pendamping serba tahu, Kara... terdiam dengan senyum bangga di wajahnya.

"Aku yang harusnya minta maaf. Maafkan aku Salman. Aku yang tidak mengerti..."

Hari itu aku melihat lebih banyak drama dari sebuah cerita yang kukira sangat singkat. Ada alter ego dari sosok Kara yang semakin membuatku berpikir. Bagaimana gadis ini mampu melalui segala hal yang begitu besar terjadi di hidupnya? Apa dia begitu kuat? Apa dia sudah terlalu terbiasa dengan segala hal tersebut? Apa yang menyebabkannya tak bisa menyelamatkan dirinya sendiri sedangkan semua orang mampu diselamatkannya?

Malam ini ditutup dengan tiga cangkir teh di atas meja tersebut. Aku tidak pernah menyajikan lebih dari satu cangkir di meja itu selama ini. Tapi aku kira ini mungkin akhirnya yang bahagia sementara ada banyak orang lain lagi yang mungkin memiliki akhir yang berbeda dalam kisah selanjutnya.

--------------------------------
bersambung...

energy


aku bertanya apa semangat itu benar ada?
ketika kau butuh ketika kau ingin
aku bertanya apa semangat itu bisa ditahan?
ketika kau berdiri atau pun terjatuh
aku bertanya apa semangat itu pilihan?
ketika kau sedih dan terguncang
aku bertanya apa semangat itu cahaya?
ketika semua berkata mengenai energi dalam tubuh

bagaimana cara menyalur energi
apa lewat saluran kabel
kau hubungkan pada botol pikiranmu yang kotor
biarkan lampunya menyala di dalam
dan kita bisa berkata
BADABING AKU DAPAT PENCERAHAN!

apa semudah itu berkata semangat?
apa semudah itu mendapatkannya?
jika iya mengapa kunang-kunang enggan bersinar pada kegelapanku
apa dia bosan bermain dalam botol?
atau benar harus kuganti saja dengan kabel dan saklar

terkadang semangat memberiku omong kosong
apa semangat benar-benar ada, sekali lagi
apa dia cahaya?
apa dia sebenarnya keabstrakan pada gelap?
sampai saat ini jika semangat adalah pilihan
maka benar kunang-kunang pun berhak memilih untuk tidak bersinar

lalu di mana semangat bila hatimu yang bercahaya itu redup?

venerdì 20 agosto 2010

#Secangkir Teh

(sambungan Chapter III)

-------------------------
Farah terpaku sesaat. Matanya yang sembab dan nanar menatap Kara penuh kebingungan. Keningnya berkerut berpikir. Dia menggeleng tidak mengerti. Tapi Kara menunggunya dengan diam, berusaha mengisyaratkatan sesuatu. Sampai beberapa kata keluar dari mulut sepupunya tersebut.

"Itu sudah lama sekali," ujar Farah.

"Lama? Kita baru 15 tahun saat mengungkapkan semua itu"

"Itu lama."

Mereka terdiam. Farah terdiam menatap ubin. Dia melepas genggamannya pada tangan Kara yang sudah memerah. Dia mengambil tasnya, "Mungkin aku juga bicara pada orang yang salah saat ini." Dia berdiri dan melanjutkan kata-katanya, "Bukan ini yang aku butuhkan, Kara."

Kara membiarkan Farah berbalik. "Lalu apa yang kau butuhkan? Seseorang yang mendorongmu untuk menceraikan suamimu?" Kara bertanya, wajahnya naik sepuluh sentimeter. Menengadah menatap ke arah Farah yang tubuhnya bergetar perlahan. Tapi saudaranya itu membiarkan kata-kata itu begitu saja dan terus berjalan keluar kafe.

Aku terkesima sesaat. Pertemuan yang cukup singkat. Aku menghitung banyak drama yang terjadi barusan. Tapi sepertinya ini menjadi misteri tersendiri dalam benak pikiranku yang kembali disibukkan dengan bekerja. Namun Kara tetap duduk di sana, menanti babak baru atau orang baru yang akan datang kembali padanya. Dia tetap menunggu sampai senja merah menjadi biru dan gelap perlahan di langit kota.

Aku sedang membersihkan meja bar saat pintu kafe terayun ke dalam. Lila berbisik sesuatu yang aneh dan aku menoleh. Aku pikir pelanggan seperti biasa. Namun sosok yang sedang berjalan tersebut adalah Farah. Dengan semua ketidakwarasan di wajahnya, mata sembab, pakaian yang sama, pipi yang lembab karena air mata, dan rambut yang sedikit acak-acakkan dengan gunungan tisu pada genggaman tangannya.

Aku beralih menatap Kara. Dia masih terduduk di sana. Menatap secangkir tehnya yang masih belum berganti dengan cangkir teh yang lain. Sudah mendingin dan baru diminum setengah. Entah apa yang ada di pikirannya, namun ketika dia melihat Farah kembali ke hadapannya dia tidak berkata apa-apa hanya mengerling sekali.

"Beri aku satu alasan mengapa Salman sangat berarti bagiku, Kara!" desak Farah.

---------------------------
bersambung...

Last Year, This Year, New Year...

yap do you remember my post on August that titled "SIXTEEN"???!!! Hmmm... just take a look to my posts blog archieve and check it out
---------------------------------------------------------------

wah udah setahun yang lalu ya saya buat post itu. udah setahun yang lalu juga berarti saya berumur 16 tahun. ga kerasa banget sekarang sudah umur 17 tahun. dan tetap sampai hari di mana gue ulang tahun pun gue ga excited, karena gue kepengen hari ulang tahun gue datang di saat gue bener-bener siap berusia 17 tahun. tapi tanggalan ga mungkin menyesuaikan dengan keinginan kita.

setiap tahun punya kenangan berbeda. dan sejak ulang tahun gue yang ke 9 gue udah ga pernah lagi melangsungkan acara ulang tahun. gue terbiasa menjalaninya dengan ucapan selamat dan terkadang dihadiah 1 atau 2 kado. biasanya sih cuma 1.

and finally now I ready to say:
HAPPY SWEET SEVENTEEN!!!!

tahun pertama gue ngerasain ulang tahun barengan di bulan yang sama dengan pacar gue. yang dengan baik hati memberikan gue sebuah kado yang amat sangat indah...

tahun pertama gue ngerasain ulang tahun di bulan suci Ramadhan.

ya dan spesialnya ini ulang tahun ke-17 gue... berarti gue telah melalui usia terbahagia seorang gadis dan akan segera menjadi wanita dewasa ya... wah I hope so.

ulang tahun gue kali ini sih biasa aja. tanpa perayaan. tanpa banyak basa-basi. seperti biasa orang ngirimin ucapan selamat ulang tahun. hebatnya orang pertama yang ngucapin gue selamat ulang tahun adalah temen sebangku gue sendiri yang notabene ngucapin MALEM SEBELUM GUE ULANG TAHUN hahaha makasih ya Devi Harvens, buat nyanyian 17 kali happy birthday buat semangatnya dan doanya, maaf ya saya baru gegap gempita hari ini bukan kemarin pas ulang tahun saya...

gue melalui ulang tahun kali ini juga dengan orang-orang yang berbeda. kalau tahun lalu gue neraktir temen2 gue makan di KFC depan sekolah sampai bosaaann nangkring berjam-jam, pulang dikerjain sama abang gue si Alfin Perwira (kini ketua PAKSS-#gapenting haha) pacarnya Wilona Kaulika (kini ketua XBASS-#gapenting juga haha) dan dikagetkan dengan sebuah Strawberry Cheescake di kulkas rumah yang ternyata dari Gery Fathurrachman (kini pacar saya dalam kurun waktu 10 bulan terakhir ini-#PENTING kalo ini hehe).
tahun ini gue ngelaluin mungkin cuma sama Gery. Karena pulang sekolah kita bikin KTP ke kelurahan. kedua kita nonton film sambil beli bahan-bahan buat scrap book. abis gitu selesai...
ya ga lah! haha ada banyak ada banyak ada banyaaaaaaaaakkk banget ga mau dibagi-bagi ah ke kalian kan Gery ngasihnya buat gue haha...

ya sebenernya panjang lebar dari tadi isi post gue cuma mau bilang, gue berharap di umur yang baru di babak yang baru ini gue bisa melalui segala hal dengan baik, menyelesaikan setiap masalah dengan lebih dewasa, gue bisa jadi MAHASISWA UI, gue bisa LULUS SMA dengan nilai bagus, gue bisa tetep jadi "siapa-siapa"nya Gery Fathurrachman yang paling paling dan paling segala-galanya sampai 5, 7, 10, 100 tahun lagi sampe nanti di akhirat kalau perlu, gue pengen ngebanggain papa mama gue, pengen nyariin adek gue pacar haha, dan pengen jadi seseorang yang bisa diandalkan...

yah mungkin gitu sebenernya masih ada banyak lagi.

at least, I would like to say BIG THANKS TO ALLAH SWT, my parents, Gery, my brother, my big family, and also to you all of my friends... ^^
-----------------------------------

actually I do loved this precious post from Gery, click here

melting haha, thanks for a cute little dress too I LOVE YOUUUUUUUUUUUUUUU

mercoledì 18 agosto 2010

idk, but i want it's come late

gue pengen hari yang lebih baik dari saat ini. gue pengen senyum yang lebih baik dari ini. gue pengen sikap yang lebih baik dari saat ini. gue pengen seseorang yang menemani gue dengan tulus saat ini. gue pengen ga ada satupun hal lain yang orang lain pikirin di otaknya kecuali satu hal.... KALO GUE MAU ULANG TAHUN.

tapi karena ini ga mungkin. gue berhenti di sini terutama saat seseorang mengatakan bahwa dia kecewa sama apa yang gue kasih.

seperti doa gue beberapa hari yang lalu di pagi buta jauh sebelum ada seseorang yang berulang tahun mengatakan dia kecewa dengan sebuah hadiah, jauh dari sebelum ibu janjiin untuk memberi sesuatu, jauh dari sebelum saya benar-benar merasakan hal ini.

i don't know why, but i want my birthday come late late and late.

God, i don't need a birthday, i don't need a present, i don't want to getting older.
all I need is to be loved, to be a sweet and nice person, to be what everyone ever wanted, and never get lost hope.
well, i just wanna be the way I am.

ya gue yang lebay, gue yang suka ngebesar-besarin masalah, gue yang suka nangis ga tau tempat, gue yang suka ngamuk, dan gue yang memang suka dipuji. tapi lebih dari itu gue pengen lepasin baju lama gue itu dan menggantinya dengan yang baru. gue mau jadi orang yang lebih tahu tempat dan disayang semua orang, bukan jadi musuh masyarakat lagi gara-gara sifat gue di atas. gue harap malam ini terakhir kali gue bikin post kayak gini. sesuatu yang menunjukkan bahwa gue memang lagi down, sesuatu yang menunjukkan bahwa gue butuh perhatian, sesuatu yang menunjukkan bahwa gue kecewa pada diri gue sendiri...

lunedì 16 agosto 2010

what should it called?

HAPPY BIRTHDAY ?


i don't really think so...
semakin dekat semakin terasa bahwa hari itu sama sekali ga spesial. apa tepatnya hari itu yang spesial? ada senyuman, selalu ada. ada kesenangan, selalu ada. ada apa lagi? ada harapan ya ada harapan. dan harapan hanya saya yang bisa merasakannya.


happy birthday to me... on this August date 19. gapapa umur gue terpotong 2 hari.

sabato 14 agosto 2010

and finally I know the reason why i cried that night, or cry again this night, or might cry another night...

IT'S BECAUSE I'M SO JEALOUS WITH YOUR NEW 'GIRL'
YOUR BLACKBERRY...

I wonder you would text me or phone me again

but surely, you should know that I'll always wait for you :)

i love you so much :)
and missing you SOOOOOOOOOOO BAD :'(

venerdì 13 agosto 2010

When You Really Love Someone

WHEN YOU REALLY LOVE SOMEONE ... you should listen this song and you know it's right

-----------------------------------------

I'm a woman, lord knows it's hard
I need a real man to give me what I need
Sweet attention, love and tenderness
When it's real it's unconditional, I'm telling y'all


Cause a man, just ain't a man,

If he aint' man enough
To love you when you're right,
Love you when you're wrong
Love you when you're weak,
Love you when you're strong
Take you higher
When the world got you feelin low

He's given you his last, cuz he's thinking of you first
Given comfort when you're thinking that you're hurt
That's what's done when you really love someone
I'm telling y'all, I'm telling y'all

Cause you're a real man and lord knows it's hard
Sometimes you just need a woman's touch
Sweet affection, love and support
When it's real, it's unconditional, I'm telling y'all

cause a woman ain't a woman if she ain't woman enough

To love you when you're right
Love you when you're wrong
Love you when you're weak,
Love you when you're strong
Take you higher
When the world got you feelin low

She's giving you her best, even when you're at your worst
Givin comfort, when she's thinking that you're hurt
That's what's done, when you really love someone
I'm telling y'all

Sometimes you gonna argue
Sometimes you gonna fight
Sometimes it's gonna feel like it will never be right
But something so strong, keeps you holdin on
It don't make sense, but it make a good song

-Alicia Keys-

sekilas aja

ini nih gue baru keingetan lagi. waktu lagi terawehan, gue ngeliat sekeliling gue. karena gue sholat di lantai 2 mesjid Nurul Iman yang notabene isinya ibu-ibu bawa anak-anaknya yang pada masih bocah gue jadi ngeliatin bocah-bocah.

kerjaannya lari ke sana kemari. terus yang namanya bocah itu ga peduli yang namanya kenal apa ga kenal. kalo udah ngeliat bocah lain main-main pasti kepengennya ikutan main. kadang nyebelin suka teriak-teriak lagi sholat. suka nangis-nangis. suka narik-narik mukenah ibunya yang lagi sholat minta dibeliin jajanan depan mesjid. tapi yang namanya juga anak kecil mau jelek mau cakep gue tetep suka bangeeeeeeeeetttt sama anak kecil.

karena gue sholat di depan jadi yang gue liat banyakan ibu-ibu bawa anak perempuan mereka. yang cowok-cowok biasanya udah ga jelas lari-larian di luar mesjid. kok lucu banget ya anak-anak perempuan itu pake mukenah. imut banget keliatannya. terus setiap kali ganti gerakan sholat mereka ngeliatin ibu atau neneknya dulu. ngikutin gerakannya. tapi ga baca apa-apa.

gue inget pertama kali gue sholat di mesjid itu waktu gue umur 3 tahun. sama juga gue kayak mereka kayaknya. ngikutin gerakannya nyokap gue. hahahahaha malah kadang gue lari-larian sama si Ica ama Ulan anak bocah sebelah yang sekarang udah sekolah tahu di mana.

pas lagi ga sholat gue mikir kapan gue bisa ke mesjid sama anak perempuan kecil di samping gue? terus dengan sabarnya kayak ibu-ibu. gue ngebayangin makein anak perempuan gue mukenah sambil bilang, "nanti Nada jangan ke mana-mana ya. di samping mama aja. Nada ikutan sholat ya." mungkin anak gue bakal ngangguk aja. gue bakal nyubit pipi dia terus bilang "ikutin gerakan aja dulu yaaa sayang kalo nggak tahu bacaan sholat. tapi Nada afal Al Fatihah dan surat-surat pendek kan?" dan gue bakal seneng kalo anak gue yang pengen gue kasih nama Alunada Ranggita Khumaira itu senyum dan ngangguk dengan patuh. biarpun mungkin kenyataannya dia bakalan main sama temen TK nya di mesjid hehe.

terus waktu tarawehan selesai gue kan nungguin adek gue di depan. ada keluarga kecil di deket situ. si ibunya ngegendong anak perempuannya terus bapaknya ngegandeng anak laki-lakinya. terus gue ditegur nyokap gue kenapa gue senyum-senyum pas anak perempuannya salim sama bapaknya sama abangnya. kembali gue mikir, kapan gue bisa kayak gitu. pulang taraweh sama suami dan anak-anak gue. ngenggandeng tangan kecil anak perempuan gue dan suami gue bilang ke anak laki-lakinya, "Bang Taya gandeng tangan Nada ya. Jangan dilepas tangan adiknya. Kita mau nyebrang jalan raya." terus mungkin anak perempuan gue bakal ngulet dan mintanya digendong ajah. sementara abangnya protes, "aaahh Nada suka gitu sih!" terus cemberut. hehe lucu.

waktu jalan deket rumah gue ada musholla di deket rumah pak RT. dan segerombolan orang keluar dari sana. ada bapak-bapak yang lagi ngomong sama anaknya nyuruh ngaji begitu sampai di rumah. dan tiba-tiba gue mikir, kapan gue bisa denger anak gue melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an yah? apa suatu hari pas anak-anak gue udah pada lulus IQRO *hehe, suami gue bakal ngomong, "Abang sama adek nanti baca Quran ya di rumah. kalau khatam Ramadhan ini kamu papa beliin mainan baru." terus mereka bakal setuju sambil nyaut, "iya pa iya pa?". hehe sementara ini gue dulu deh yang melantunkan ayat-ayat Al Qur'an buat orang tua mendengarkan waktu mereka lagi tidur di tengah malam.

yaaah gue sampai rumah. bersiap-siap untuk tidur. gue nanya sama orang tua gue ntar kita sahur apa? mama cuma bilang itu sayur asem masih sisa. ntar ditambahin sama ayam goreng ajah. ya itu kan gue udah gede ye mau makan apa aja pasti asik-asik. dan tiba-tiba menjelang gue tidur gue kepikiran, kalau nanti gue jadi seorang ibu tiap hari gue bakal masak apa ya? tahu ga salah satu resolusi jangka pendek gue adalah GUE HARUS BISA MASAK! gue kepengen waktu anak gue nanya, "mama mama mama besok kita sahur apa?" gue bisa jawab. atau waktu jam 5 menjelang buka puasa ada yang teriak-teriak "mama mama kita buka apa? waaaaahh enak!!!" biarpun mereka juga ga bantuin gue nyiapin makanan. tapi gue seneng ada yang menanti-nanti masakan gue. gue pengen anak-anak gue dikasih makan dengan tangan gue sendiri yang mengolahnya. gue pengen denger di meja makan waktu sahur anak laki-laki gue ngomong, "aku pasti kuat puasanya nih. masakan mama enak sih. perut aku kenyang!!!" terus adeknya ga mau kalah ngomong "aku juga aku juga! biar makin enak masakan mama berasanya kalo buka puasa." gue mungkin cuma senyum sambil ngelus-ngelus kepala anak-anak gue. pas buka puasa suami gue bakal bilang, "Bang Taya gimana puasanya hari ini?", Antaya Nurkama kami mungkin akan menjawab "abang sampai jam 6, pa!!! tanya mama deh!" lalu balik nanya ke Nada, "kalau adek puasanya gimana?", dan Alunada kami itu mungkin akan menjawab "aku bisa sampai jam 12 pa... tapi tadi aku bantuin mama lhoo." dan gue dengan senang hati akan berkata, "besok bantuin mama lagi ya abang, adek." ya seperti eyang gue waktu ngajarin cucu-cucunya puasa, dibayangan gue suami gue ngomong, "kalau gitu abang sama adek dapet bonus dari papa!" dan mereka tersenyum segembira-gembiranya.

gue ngebayanginnya sampai kebawa mimpi tidur. demi apapun, gue bangun segar, tersenyum, berdoa, bersyukur, berharap, dan jalan ke arah lemari gue dan meluk almamater MPK bertuliskan Gery F. seerat-eratnya. Kalau gue kepengen punya keluarga gue kepengen punya keluarga yang lebih baik dari apa yang gue punya sekarang. Biarpun untuk mewujudkannya sangat susah.

Ya Allah... hamba tahu Engkau Maha Mendengar maka jadikanlah hamba seorang IBU. Seorang wanita dewasa yang menyayangi keluarganya seperti ibu hamba menyayangi kami sekeluarga. Jadikanlah hamba wanita yang sholeha yang berimamkan pria yang sholeh dan bertanggung jawab. Berkatilah keluarga kecil hamba saat ini dan keluarga kecil hamba di masa depan nanti. Berikanlah kami dua anak, laki-laki dan perempuan yang sholeh dan sholeha, yang patuh, yang pintar, dan sehat. Akan hamba didik sebaiknya seorang orang tua mendidik anak-anaknya sehingga mereka dapat berguna dan menjadi orang yang bermanfaat di dunia ini...
Amin ya Allah... Amin... hanya pada-Mu hamba memohon dan berserah...


NB: aku mau 17 tahun lhoo kamis depan. berikanlah jiwa dan hati yang matang pada hamba ya Allah... amin
oh ya satu lagi Gery Fathurrachman juga 17 tahun senin depan. mudah-mudahan 10 tahun ke depan kami ngerayain ulang tahun kami berdua bareng sama Taya dan Nada :) AMIN AMIN AMIN!

A Little (Happy) Family

Selamat Malaaaaaaammm!!! gue lagi pengen cerita nih, abis ngeSMS cowok gue pending mulu lama lagi jadi gue ga da kerjaan dan mendadak ada hal yang berkecamuk di kepala gue. apalagi setelah sebuah kejadian yang agak ga ngenakin kuping gue abis buka puasa.

waktu kecil yang gue tahu gue punya keluarga yang sama dengan keluarga-keluarga biasanya. dua orang anak, kakaknya cewek adeknya cowok. suka berantem. orang tua dua-duanya kerja. terus kalo anak-anaknya minta barang pasti dikasih, tapi pasti pake syarat. kalo nakal suka dihukum. kalo gue dikurung di kamar adek gue disuruh berdiri di sudut sambil angkat satu kaki terus tangan megang kuping (hukuman jadul).

kalo diinget itu jaman-jamannya gue nangis karena minta banget diampunin orang tua gue gara-gara gue nakal. kalau sekarang gue nangis gara-gara gue kurang bersyukur. Astaghfirullahaladzim!

gue suka banget ngeluh apalagi kalau keinginan gue ga dipenuhin orang tua gue. selalu ngerasa yang paling bener, apalagi gue anak pertama. sejak SMP kerjaan gue ngelawan orang tua mulu. tapi jangan sampai deh gue menghina-hina orang tua sendiri. banyak lhooo kasus-kasus yang gue temuin di twitter, anak ngata-ngatain ibunya sendirilah bapaknya sendirilah. bahkan ga segan-segan dengan kata-kata kasar.

sedih gue kadang-kadang. kalau baca tweet-tweet kayak gitu gue jadi inget gue sering nyalah-nyalahin orang tua gue, bahkan sampai detik ini. padahal sebenernya orang tua gue cuma kepengen mencegah gue dari hal-hal yang menakutkan. mereka takut anak-anaknya salah jalan, dan parahnya terkadang ketakutan mereka menjadi kenyataan. karena kita terus-terusan ngelawan. yaaaa kejadian beneran. itu yang menyebabkan gue memilih untuk nurut senurut-nurutnya sama orang tua gue. kalau mereka ngomong gue dengerin. biarpun banyak yang bertentangan sama prinsip gue tetap gue iyain, biarpun yang gue jalanin apa yang jadi keyakinan gue. toh orang tua kalau ngeliat anaknya sukses dengan cara mereka sendiri tetep seneng, waktu kita jatuh mereka tetap masih ada.

belakangan ini gue jadi nyesel banget dulu gue suka ngata-ngatain adek gue, pengen buang adek gue, ngebunuh adek gue. coba deh kalo CHRISTONO MAMOEDI ga lahir di dunia ini gue sama Gery ga bakal ketawa-ketawa ngakak kali hari ini gara-gara ngomongin adek gue yang lagi falling in love. ga ada orang yang bisa gue salah-salahin kalo gue lagi kesel dan tetep tabah paling banter cuma bilang "apessiiihhh lo ta". gue bisa tiap hari berantem sama adek gue tapi demi apapun gue sayang sama adek gue biarpun adek gue beda banget cara berpikirnya sama gue, ga nyambung kalo diajak ngobrol, dan kerjaannya ngerusakin barang gue mulu.

sebenernya lebih dari itu gue kepengen punya keluarga yang tiap hari nyambut gue ga dengan teriak-teriak marah-marah karena telat bangun, telat berangkat sekolah, atau ga ngerjain pekerjaan rumah kayak nyapu, ngepel, nyetrika, nyuci. gue kepengen punya keluarga yang selalu doain gue baik adanya bukannya ngomong "bapak yakin, kamu ga bakal lama sama dia". gue kepengen punya keluarga yang ngajarin gue cara hidup dan perjalanan mencari makna hidup. gue pengen punya keluarga yang dengerin cerita-cerita gue, jatuh bangun gue. gue kepengen punya keluarga yang lembut, karena setiap hari gue cuma bisa nyolot gara-gara di rumah gue kebawa nyolotnya orang tua itu.

tapi lebih dari itu GUE KEPENGEN TETEP ADA DI KELUARGA INI. keluarga yang doyannya marah-marah, teriak-teriak, curigaan, ga mau ngedengerin anaknya cerita, dan nyolot. karena ketika kita udah gede dan udah tahu jalan terbaik yang menentukan kita akan jadi siapa suatu hari nanti adalah kita sendiri. toh yang ngejalanin hidup ini kita sendiri. tapi orang-orang yang bakal selalu ada dan ga pernah ninggalin kita cuma ya keluarga. ya orang-orang yang ga peduli mau jadi apa gue nanti ya cuma keluarga gue. yang akan ikut seneng waktu gue seneng, yang akan membantu waktu gue jatuh dan gagal.

that's A LITTLE A HAPPY FAMILY!!! I FULLY LOVE YOU DAD, MOM, AND YOU TOO MY BROTHER!!!

ketika kita bersyukur bahwa kita masih punya keluarga biarpun ga seperfect yang kita inginkan

martedì 10 agosto 2010

#Secangkir Teh

(sambungan Chapter III)

--------------------------------
Adegan yang terjadi di belakangku berlangsung selama satu menit. Sampai akhirnya Kara melepas dekapan kawannya itu. Dia mendudukannya sama seperti waktu dulu dia mendudukkan Kimi--dengan penuh perasaan. Tubuh gadis itu terlalu ringkih. Padahal aku yakin dari perawakannya dia gadis yang sangat kuat.

"Kamu minum dulu, ya Far...," ujar Kara menawarkan teh yang tadinya dihidangkan untuknya tersebut. Gadis itu meneguknya perlahan. Dan dia jauh lebih tenang setelah itu. "Kamu kenapa lagi, Farah?"

Gadis itu bernama Farah. Dan dia menggenggam tangan Kara amat kencang. Aku memindah posisi dudukku sedikit menyamping agar bisa lebih jelas memperhatikan mereka. Maaf mungkin aku tukang nguping. Tapi ini salah satu hal yang membuat perhatianku tercuri dari kota rancu ini.

"Aku sudah tidak sanggup lagi, Kar...," bisik Farah pelan. Aku dapat mendengarnya walau sedikit.

"Ya Tuhan... Farah kamu harusnya pikirkan ini baik-baik. Dari awal. Apa tidak ada yang bisa diselamatkan lagi?"

"Sama sekali."

"Kalian sudah cukup lama menjalani masa pacaran. Lalu kenapa?"

"Pernikahan berbeda dengan pacaran, Kara."

Kara mendengus. "Ini adalah salah satu hal dari sekian banyak hal yang tidak pernah ingin aku temui seumur hidupku kalau aku bisa. Salah satu dari sekian banyak hal yang paling tidak ingin aku bicarakan. Maaf...," elak Kara.

Namun Farah menahannya. "Jangan pergi, Ra! Kamu satu-satunya orang yang bisa aku cari saat ini. Salman tidak mungkin aku temui saat ini. Dia masih sangat emosi setelah tahu yang sebenarnya."

"Iya, sebenarnya bahwa selama ini kalian masih sangat kekanak-kanakkan," tegas Kara. "Dengar Farah, kamu lebih tua dariku. Aku sayang padamu, kamu kakak sepupuku yang menyelamatkanku dari keterpurukan sewaktu mama dan papa bercerai. Sewaktu aku dipisahkan dari Kimi. Kamu yang mengatakan padaku untuk kuat. Dan sekarang aku ingin sekali saja berkata padamu, cobalah untuk kuat. Kalian baru setahun menikah."

"Tidak ada perselingkuhan, tidak ada pertentangan orang tua, kalian sangat serasi dan bahagia. Terlebih kandunganmu, Farah. Kau sedang mengandung dua bulan. Kalian menunggu-nunggunya cukup lama kan?" lanjut Kara.

Dia sedang mengandung? Tidak terlalu terlihat perutnya membesar. Tapi dia terlihat sedikit gemuk.

"Salman tidak ingin bicara denganku."

"Salman ingin bicara denganmu. Dia berkata padaku sewaktu aku chatting dengannya tadi malam. Aku langsung bilang padamu kan. Apa kau tidak coba menghubunginya?"

"Kenapa tidak dia yang menghubungiku?"

"Karena dia menunggu sampai emosimu reda. Satu-satunya orang yang emosinya sedang tidak teratur dalam kehidupan rumah tangga kalian adalah kamu, Farah. Kamu yang menangis kan saat ini, berlari padaku memelukku berkata ingin cerai. Kamu yang menghubungiku sebulan lalu, marah-marah. Mengatakan Salman tidak perhatian dan sebagainya."

"Mama dan papamu yang sudah bertahun-tahun menikah pun bisa bercerai. Kenapa aku tidak?"

Kara terdiam. Aku tahu kata-kata itu sangat menusuk hatinya. Siapa yang menginginkan kehancuran sebuah hubungan yang dibinanya sendiri. Aku melihat Kara sedikit gemetar. Wajahnya memerah dan matanya mulai mengeluarkan air mata ketika dia menunduk malu.

"Apa yang kamu inginkan sewaktu kecil, Farah?" tanya Kara pelan, masih menunduk menjauh dari tatapan orang-orang.

"Aku?" tanya Farah.

"Impian kita berdua, Farah..."

--------------------------------
bersambung...

Senja Hujan Bintang

senja membawaku pada elegi rindu rumah
ingin pulang
pada jalanan sepi
tempat debu-debu jalanan didebur roda-roda yang melindas
ketika rindu menggerogoti sela-sela hati
dan inginku teriak dan memelukmu dari belakang
karena dengan mendengarmu bercerita setiap senja
hatiku tenang mendamba senyum hendak pulang ke rumah


hujan menjadi ciri tersendiri dari warna hari
seperti bulir-bulirnya yang menyejukkan
memberi kehangatan dalam waktu-waktu menyendiri
memberi kesegaran yang menyublim pada sisi kosong
dan aku teringat
kata-katamu pada awal kisah percintaan
"kita telah melalui berbagai macam hujan ya, sayang"
dan tahukah kau aku merindukan hujan
merindukan dirimu yang menggenggam tanganku
merindukan dirimu yang menyampirkan jaket hitam, coklat, maupun birumu
karena ketika hujan aku melihatmu lebih jelas penuh ketulusan


aku kamu apa kita pecinta bintang
aku rasa kita bukan si maniak gerhana
kita hanya pecinta malam
benarkah?
ataukah bintang mengikuti waktu kita
ketika kau berkata "wah bintangnya banyak ya"
atau ketika "kapan lagi kita bisa kembali di sini dengan bintang seperti ini"
dan ombak mendebuk di bawah kaki-kaki kita
dan cahaya lembut seakan menemani keberduaan kita
akankah waktu-waktu itu berulang
ya, sama halnya ketika kau berpesan singkat
"keluar deh malam ini bintangnya banyak"
dan rasanya di sini aku merindukan tak sekedar bintang
tapi setiap waktu

--------------
yah setiap waktu yang tidak akan pernah bisa dideskripsikan
setiap waktu yang habis
setiap waktu yang tersita
tanpa banyak orang yang tahu
bahwa kita bercinta dengan alam
dalam mata, dalam hati, dan tanpa ucapan
lewat gerak gerik
dan setiap cerita
itu yang menyebabkan kita juga saling mencintakah?
bisakah ku jawab ya...


a poem for my the only one Gery Fathurrachman

#Secangkir Teh

CHAPTER III

Ini hari libur yang cukup sibuk bagi seluruh warga kota. Hawa panas di luar sana tidak menghalangi para pecinta waktu menghabiskan waktu luang. Mereka berlalu lalang entah pergi ke mana dengan pakaian-pakaian terbaik mereka.

Aku tidak bekerja hari ini. Lila pun begitu. Digantikan dengan dua orang yang entah siapa aku juga tidak kenal, mungkin karyawan baru yang dipanggil setiap hari libur. Tapi aku datang siang ini karena aku bosan berada di rumah. Jadi aku membawa seluruh tugasku dan duduk di satu meja dengan satu kursi kosong, mengaktifkan laptopku dan menggunakan fasilitas wi-fi kafe kakakku ini.

Tempatku duduk menghadap jendela dan tepat tertuju pada trotoar yang penuh dengan manusia-manusia yang berlalu lalang. Dan terkadang aku dapat menyaksikan kemacetan yang menjadi ketika sebuah mobil yang tadinya di parkir ingin keluar dan bentrok dengan mobil-mobil lain yang masih ingin terus berjalan. Sungguh ini sebuah kenikmatan tersendiri bagi seseorang seperti diriku.

Kota ini mungkin terlalu sesak dan terlalu penuh. Terlalu metropolitan dan bahkan mungkin terlalu 'gaul' dan mendekati norak. Tapi banyak hal menarik yang membuat perhatianku tercuri. Termasuk sore ini. Pukul 16.19.

Aku sedang mendengarkan bersenandung sesuai dengan lagu yang menggaung dari earphone. Dan seperti biasa, setiap beberapa menit mataku akan teralih menatap jalanan di balik jendela kafe. Seorang gadis dengan rambut panjang, terusan floral, sepatu kanvas warna abu-abu, jaket kulit warna coklat dan tas warna merah marun lewat di hadapanku. Aku mengikuti geraknya hingga masuk ke dalam kafe dari pintu masuk, dan aku melirik jam tepat 16.20.

Dia berjalan. Aku mengalihkan pandangan. Melepas earphoneku cepat dan melirik dari ekor mataku. Dia memesan sesuatu di meja bar minuman. Membayar di kasir dan dia duduk di meja yang biasa. Meja dengan tulisan RESERVED di atasnya. Dan yang baru aku sadari meja itu cukup dekat jaraknya dengan mejaku.

Tak lama kemudian secangkir teh diantarkan untuknya. Aku mendengar dia mendengus. Sepertinya itu pentahbisan setelah melewati banyak masalah hari ini. Aku sudah tidak bisa menghitung lagi sudah berapa sering di kembali kemari. Setiap hari. Dan aku lupa ini sudah hari ke berapa. Dan sudah berapa orang yang bertemu dengannya.

Aku kembali fokus pada tugasku. Tapi aku tidak memasang earphoneku kembali. Entah mengapa jika Kara sudah duduk di tempatnya. Seperti ada magnet tersendiri yang memintaku untuk mendengarnya.

Gerak selanjutnya, Kara menuju meja bar makanan dan memesan. Kembali membayar di kasir. Dan tidak lama kemudian sebuah tenderloin steak datang ke mejanya. Bersamaan dengan seseorang yang masuk lewat pintu masuk kafe. Seorang gadis dengan mata sembap dan wajah cantik yang sekarang nampak kacau.

"Kara...," rengeknya. Dan dia datang memeluk Kara erat dan tiba-tiba menangis dengan sesenggukan pelan.

---------------------------
bersambung...

lunedì 9 agosto 2010

petak umpet

saya lupa rasanya jadi anak-anak

rasanya itu terus yang ada di pikiran saya yang terpekur dengan kesibukan ini. tapi apakah saya benar-benar sudah tidak sadar bahwa saya memang masih kanak-kanak? tua dalam segi umur, kecil dalam segi perilaku.

tapi saya masih ingat rasanya bermain petak umpat. karena saya tidak pernah menang dalam permainan ini. atau lebih tepatnya saya selalu jadi yang si tukang petak dan yang lainnya jadi tukang umpet. yaaaaa saya tidak pernah teriak "IGLO!" saya tidak pernah berlari-lari dalam koridor dan mengumpat di balik meja. Saya selalu jadi yang tutup mata, si anak bawang yang akan menghitung 1-10 lambat.

sapa bilang itu hal paling menyedihkan! rasanya saya rindu berada di permainan tersebut. waktu saya hanya habis terbuang berputar-putar pada titik-titik yang itu-itu lagi dan jumlahnya tidak karuan banyaknya.

saya sedang main petak umpet. percaya? pasti tidak.

tapi kali ini saya jadi si tukang umpet. percaya? pasti tidak.

baguslah jika tidak percaya. karena sekarang saya mulai tahu tidak enaknya jadi tukang umpat. ibarat permainan perang-perangan, kamu jadi si musuh si tukang kacau. ibarat buku dongeng, kamu jadi nenek sihir yang dikejar-kejar karena meracuni tuan putri. dan ibarat kenyataan, kamu jadi buronan yang selalu dipersalah-salahkan karena menghilang entah ke mana. dan curangnya kamu menipu si tukang cari dengan mengumpat dan datang diam-diam ketika si pencari lengah. namun, ketika kau tertangkap basah kau akan berusaha lari bahkan menutup-nutupi diri. tidak mau disuruh gantian jaga.

lalu bagaimana?

saya memilih keluar dari persembunyian dan berkata... "HEI TEMAN, BERHENTI JAGA! AKU KELUAR DARI PERMAINAN INI." biar tidak ada lagi yang saling umpet dan mencari. hari ini aku ingin berlari... lebih jauh... fokus pada satu titik... tidak berputar pada lapangan luas ini...

------------------------------------
aku ingat rasanya jadi anak-anak
ketika terjatuh dia tidak pernah berhenti untuk berlari lagi
meski dia tidak akan memilih untuk lewat jalan yang sama lagi

sekapur sirih

terkadang gini ya rasanya kalau lagi punya salah... kayaknya saya emang kurang intropeksi diri deh. masalah satu selesai masalah lain muncul. begonya masalah yang muncul kali ini masalah yang sama terus berulang-ulang. dan satu-satunya yang bisa saya keluarin dari mulut ini cuma... "AYO KEK CEPETAN AJE GUE STJ! BT ANJIR TERIMA JARKOMAN 2 RAPAT!"

hehe jujur ya, jangan pada tersinggung bagi yang ngerasa. seenggaknya gue dateng di 2 rapat itu kan belakangan ini. tapi maaf banget ya buat PAB bahasa kemarin saya ga aktif di XBASS. iya saya tahu saya salah, saaaaalaaaaaaaaaahhh banget. harusnya saya perhatian juga. harusnya juga saya memberi pengertian. makasih juga kalian masih bisa bilang "ya udahlah udah lewat mau diapain lagi."

capek juga gue umbar janji. yang bisa gue ambil selain supaya ga jadi orang munafik lagi, yaa coba deh sadar posisi di mana tanggung jawab apa, kalo emang ga mampu ya kasih pengertian. telat ya saya baru sadar? sebenernya saya udah sadar dari dulu... tapi lagi-lagi emang ini penyakit... saya suka nyeleneh sih kadang-kadang milih lebih baik diam terus orang salah sangka terus dimarah-marahin terus ga terima. heh... pantesan aja idup gue ga tenang mulu.

ngumpung lusa udah masuk bulan Ramadhan, gue minta maaf ya kalo banyak salah. gue juga maafin orang-orang yang punya salah sama gue kok. tapi kayaknya gue lebih banyak salah... Ayo kita lanjutkan babak ini dengan perubahan.

Ya Allah mudah-mudahan saya bener-bener bisa menempatkan diri dengan baik. Dan semoga hal kayak gini ga terulang lagi. Amiiinn...

domenica 8 agosto 2010

R A G A (hai gadis kau tak pernah tidur)

ragamu menyatu dalam ragu. entah sekedar menjadi persinggahan rasa malu. atau teman berbagi waktu. namun hangatmu mencipta warna baru...

ragamu kini menjadi kisah-kisah. tempat semua orang berlari resah. mencari tempat buang keluh kesah. dan kau bersedia menjadi tong sampah.

ragamu adalah kisah cinta. bagi mereka yang mencari teman bercerita. dan belakang mereka merajuk meminta. harap kau beri mereka separuh hatimu untuk disita.

ragamu menjadi madu. bagi mereka yang terkena candu. memujimu seakan kau Ratu. mencintaimu seakan mereka hambamu.

ragamu menunduk lebih rendah. karena kau tahu kau lelah. kau tak suka diincar resah. lalu dipuji dengan sejuta ungakapan berdesah.

ragamu ingin tidur.

ragamu tergerus oleh cacian.

ragamu mendamba pelarian.

ragamu kini menjadi seperti mereka.

namun gadis kau tak seperti mereka sama sekali. kau menjadi cahayanya. kau menjadi penerangnya dan hai gadis kau tak pernah tidur...

-----------------------------------
terkadang mereka pikir aku terlalu tinggi
terkadang mereka pikir aku terlalu angkuh
namun ketika aku tahu di sini punya kelimitatifan
aku memilih untuk menunduk
aku bukan apa-apa
meskipun aku tetap akan ada di atas
karena mereka memandangku seperti itu
meski sekarang aku hanya tong sampah
yang jadi bahan cacian mereka
berhenti berhenti sampai di sini...
dan ragaku tetap tidak bisa tidur

#Secangkir Teh

(sambungan Chapter II)

-------------------------
Kara berpindah duduk. Dia menarik kursinya mendekat ke arah adiknya. Aku tidak dapat melihat wajah Kara sekarang, karena dia memunggungiku. Namun aku dapat melihat tangan Kara bergerak. Dia menyampirkan lengannya untuk mendekap adiknya. Dan aku mendengar tangis isak si kecil Kimi.

"Sudah sayaang...," ujar Kara menenangkan. Aku tidak pernah melihat sisi semanis ini dari gadis dingin di hadapanku ini.

"Ella jahat padaku. Dia merebut mama. Dia mendapatkan semuanya, boneka kakak yang kakak berikan padaku, baju-baju kakak yang masih tersimpan di dalam lemari, dia mendapatkan kamar kakak tempat aku melarikan diri bila aku kangen kakak. Ella cantik. Ella sudah remaja. Ella temani mama ke salon. Ella temani mama ke mall. Ella memfitnah ku cengeng tiap hari. Ella suka menjambak rambutku," adu Kimi. Dia menarik ingus yang tertahan di hidungnya dan tangisnya pecah dalam bisu tenang.

Di luar perlahan senja menghilang. Menyisakan semburat lembayung petang pada langit. Lampu-lampu kota mulai menyala. Memancarkan sedikit sinar pada wajah jalanan. Kafe semakin ramai dan penuh sesak orang-orang yang lelah sepulang kerja. Dan aku berkata pada Lila, "Kau mau dengar cerita seru lagi kan, Lil?"

Lila memutar dua bola matanya, "Oke, I could handle it. Duduk aja sana biar Ibi bantuk aku," tanggap Lila seperti mengetahui maksudku untuk mendengar lebih banyak dari pembicaraan Kara dan Kimi.

Aku memperhatikan Kara menghapus air mata di wajah Kimi. Aku mampu melihat gerak tangannya walau di separuh wajah adiknya. Kali ini aku melihat Kara dalam sosok keibuan dan sosok yang penuh dengan banyak masalah.

"Kamu bisa minta kembalikan," ujar Kara.

Kimi menggeleng. "Mama membela Ella. Bahkan papa Ella juga. Aku takut. hiks... hiks... aku masih kecil kakak."

"Kimi sayang...sstt... sudah jangan menangis lagi. Kita bisa cari lagi bareng-bareng."

"Hikss hikss... kakak harus tahu. Aku gamau pengganti. Aku cuma mau kakak. Kakak bisa gantiin semua itu. Aku mau pulang sama kakak sama papa. Aku nggak mau tinggal sama mama, sama papa Ella, sama Ella. Nggak mau hiks hiks.. nggak mau."

Kara terdiam. Dia menyuruh Kimi untuk minum sedikit agar dirinya tenang. Tapi Kimi menolaknya. Dia menarik tangan kakaknya. Menggenggam jemari Kara dalam genggaman tangan kecilnya.

"Kakak... bawa aku sama kakak," mohon Kimi.

"Kakak nggak bisa, Kimi."

"Kenapa?"

"Perjanjian hak asuh kamu sama mama dan kakak ikut papa. Itu nggak bisa diganggu gugat lagi. Papa mama udah sepakat. Kakak..." Kara terdiam. Matanya menatap lurus ke arah pintu masuk. Dia mengenali sosok yang berjalan ke arahnya tersebut.

"Kakak?"

"Mama?"

Seorang wanita yang umurnya sudah kepala 5, namun masih tetap cantik berjalan ke arah meja Kimi dan Kara. Dia menarik tangan Kimi dari tangan Kara dan memaksa Kimi berdiri. Itu tadi sedikit kasar! Aku ingin sekali beranjak dari tempat dudukku dan menahan wanita itu menarik Kimi meskipun dia ibunya.

"Kamu bawa adik kamu sampai sini! Pintar banget kamu, Kara!" hardik wanita itu dengan suara tinggi. Semua mata tertuju ke arah meja tersebut.

"Ma..."

"Kalau Ella nggak kasih tahu mama Kimi pergi dari rumah dan papa kamu nggak kasih tahu mama kalau kamu suka pergi ke sini mungkin saja mama nggak akan ketemu sama Kimi lagi."

Kara mencoba menyentuh tangan ibunya. Namun tangan itu sudah bergerak menampar pipi pucat Kara.

"Mama...," isak Kimi. "Kakak nggak salah!"

"Nggak salah apa! Kita pulang Kimi. Nggak usah kamu ketemu-ketemu lagi sama kakak kamu yang kurang ajar ini. Biarin aja dia tinggal sama papanya yang bajingan itu."

Wanita itu menggendong tubuh kecil Kimi dan berlalu menjauh. Sementara Kara terpaku di tempatnya dia menangis. Aku tahu dia menangis di antara mata-mata yang melihatnya. Pertama kalinya aku melihatnya menangis. Kepalanya bergerak mengikuti sosok ibunya bergerak di luar jendela sampai ke sebuah mobil Merci di luar. Dan seorang pria bersama seorang gadis remaja keluar dari sana. Itu papa tirinya bersama Ella, saudara tirinya.

Kara terduduk di tempatnya seiring orang-orang yang tadi memperhatikannya mengalihkan pandangan mereka. Dia tertunduk dan aku tahu dia menangis.

Kara berada di sana hingga larut. Dan aku tahu dia sangat kacau. Aku menghidankang secangkir teh gratis untuknya agar dia tenang. Dia pulang ketika kafe nyaris tutup. Langkahnya gontai dan pandangannya kosong ketika aku mengantarnya hingga ke pintu keluar.

Kali ini pertama kali aku bicara padanya. Dia berkata, "Sejauh mana kau melihat? Kini kau tahu tidak semua hal di dunia ini sesempurna wajah kami. Bahkan hidup seorang gadis kecil berwajah seperti malaikat."

Dan dia berlalu berjanji akan datang lain hari. Tapi kenyataannya dia datang keesokan harinya. Tentunya dengan kisah baru.

--------------------
bersambung....

i like this John Legend's

Let's make love.
Let's go somewhere, they might discover us.
Let's get lost and lost, we jus't don't care

"JACKET ON, JACKET OFF."
-Jackie Chan on The Karate Kid (2010)-

---------------------------------
it means your attitude

Tuan Senyum di Awal Agustus

kulitku menghangat
tersengat ultraviolet
sinar surya yang bergerak seakan menjadi kunci
indahkah agustus ini?

dan kini aku berjalan
1000 2000 langkah jauh ke depan
Agustus-ku berubah hujan gerimis di siang hari
beranjak memendung di petang hari
menyisakan bulir-bulir air pada kaca jendela

bisakah kusadur sebuah kisah
hari ini di tengah kesepian
di tengah rindu
berharap kau kembali ke sini
memelukku dengan sejuta sayangmu

dan kuharap kutemukan dirimu
sama seperti dulu
bahkan mungkin lebih dalam
ketika kulit gelapmu menyadur dalam kulit putihku
dan sentuhanmu menjadi candu adiktif tubuhku
dan cintamu
semanis senyummu di awal Agustus ini

tak peduli panas gerimis
mendung cerah hariku
kau tetap Tuan Senyum, sumber semangat hidupku

-------------------------------------
sebentar lagi kamu ulang tahun
sebentar lagi aku harap aku melihat senyum lebarmu
sesuatu yang jarang terlihat
di kala rapuhmu mencampur sedih hatimu
sebentar lagi kamu 17 tahun
sebentar lagi aku harap hidupmu akan lebih indah
sesuatu yang menjadi doa setiap malamku
hilang pekatmu hilang resahmu
sebentar lagi kamu pasti tersenyum
pasti aku tahu pasti
Tuhan selalu mendengar doa
Tuhan mendengar bahwa aku berdoa semoga kamu ceria di hari ulang tahunmu,
Tuan Senyum...