sabato 31 luglio 2010

#Secangkir Teh

(sambungan Chapter II)

---------------------
"Kimi sayang... kakak ngerti kamu mau ketemu sama kakak, tapi kakak juga ga akan ngajak kamu kalau mama ga ijinin kamu," terang Kara pelan kepada adiknya.

Dua kakak beradik itu sama-sama terdiam. Sang kakak memandang adiknya teduh dan khawatir. Sedangkan adiknya terdiam menunduk dan terlihat ingin menangis. Pipinya merona merah. Aku dapat melihat dengan jelas dari samping, bahwa wajah mereka nyaris serupa. Namun Kimi terlihat seperti miniatur cilik tubuh Kara.

Kimi menengadah menatap kakaknya. "Kenapa papa dan kakak ga bisa tinggal satu rumah sama aku dan mama lagi sih?" tanyanya lugu.

Kara mendengus. "Ada banyak hal yang sebaiknya tidak kamu ketahui Kimi sayang. Kalau kakak boleh memilih kakak lebih suka tidak mengetahui alasannya."

"Aku nggak ngerti," tanggap Kimi sembari menggelengkan kepalanya.

Kara tersenyum. "Kamu mau makan apa, sayang? Kakak beliin fusili tuna mau? Emang sih bukan kakak yang buat kayak dulu, tapi rasanya sama enaknya kok. Mau ya sayang mau ya..."

Kimi mengangguk antusias. Begitulah caranya menenangkan seorang anak kecil yang hendak menangis. Berikan mereka sesuatu yang mereka suka. Maka Kara berjalan ke arah bar makanan dan memesan di sana. Lalu beberapa menit kemudian dia kembali dan mendapati adiknya tengah menunggu dengan kaki yang bergoyang-goyang kembali.

Aku pergi sebentar untuk melayani pembeli. Dan ketika aku kembali ke meja barku, aku menyaksikan Kimi menyantap fusilinya dengan semangat sambil bercerita banyak hal kepada kakaknya.

"Di sekolahan aku sekarang ada anak baru kak, namanya Theo dan dia anaknya usil banget. Sukanya ngisengin anak-anak cewek gitu. Genit banget ih. Padahal udah umur delapan tahun masih suka buka-bukain rok anak cewek," cerocos Kimi dengan mulut penuh makanan.

"Ah yang bener kamu... hahaha... kamu nggak pernah kan digituin?"

"Ga kak! Aku selalu megangin rokku kalo jalan. Apalagi kalau ada di deket Theo. Waktu itu aku aduin Theo ke Bu Ida. Sukurin kak dia di hukum, orang tuanya dipanggil!"

Mereka terdiam. Kara mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum. Matanya menyiratkan kerinduan pada adiknya yang sedang lahap menyantap fusili. Aku memperhatikan mereka, dan Lila ikut bergabung di sampingku.

"Emmm mama baik-baik saja, Kimi?" tanya Kara membuka obrolan.

"Baik!" jawab Kimi masih tetap asik menyantap fusili.

"Ella bisa jadi kakak yang asik kan, Kimi?" tanya Kara lagi.

Kimi menatap kakaknya dan bibirnya berkerut tiba-tiba. Anak perempuan itu cemberut di tempat. Masih dengan menggoyang-goyangkan kakinya ke depan dan ke belakang, dia menyender ke kursinya. Melipat kedua tangannya di depan dada. Dia terlihat sebal.

"Kenapa Kimi?" tanya Kara.

"Aku benci kakak baruku!"

-----------------------
bersambung...
I always in love with you
everytime I see
your eyes...
I always know how much you love me
everytime I see your gaze...
That's why we loved chocolate...
your brown eyes
my brown eyes
our eyes

wanita bergerak lewat matanya

wanita bergerak lewat matanya. dia menatap luwes ke salah satu. selayang pandang menusukmu tepat di situ. ya di situ. tepat di hatimu yang rapuh.

ekor matanya menyiratkan tanya jawab. dia seperti mendelik skeptis. padahal dia hanya memandangmu agar kan memandangnya.

wanita suka diperhatikan. makanya mereka rakus akan kecantikan. karena ketika mereka menggerakkan ekor matanya yang berbulu mata lentik, mereka berharap kalian balas dengan tatapan juga. bahkan mereka mengharapkan senyummu menggodanya.

tapi apa wanita lebih dari sekedar gerak mata? ya...

tapi mereka bergerak lewat matanya. mereka menutupi seluruh tubuhnya. mempersiapkannya dalam selubung kemulian. mereka hanya membaginya pada seseorang tanpa dusta.

kepada seseorang yang dapat mengartikan cinta lewat delikan mata seorang wanita, tanpa harus mengucap dengan kata bahwa... kini kita telah saling mencinta...

sorry means silent or sometimes it means nothing

katakan padaku apa maaf itu sekedar sebuah kata? atau maaf itu adalah ungkapan?
lalu bisakah jelaskan padaku mengapa maaf sangat sulit diutarakan? apakah maaf itu seberat besi yang seakan-akan menggantung pada kerongkonganmu yang kering?
ataukah maaf menjadi sangat mudah bagimu? karena maaf tidak lebih artinya dari kata menyakiti dan sudah selesai.

ketika aku bertanya maaf padamu. maka jawablah.

karena ketika kita ingin dimaafkan, maka kita akan memaafkan terlebih dahulu. dan begitulah ketika aku menjadi manusia yang timbal balik.

venerdì 30 luglio 2010

warna-warna


hari ini bibirku terkatup rapat. aku menguncinya pada lubang gelap dalam hati. engselnya mengerat pada dinding-dinding berpondasi pikiran. dan kunci beserta gemboknya tertelan dalam perutku yang mencerna caci maki serta saran pujian.

mataku berkelir dengan warna-warna spektrum cahaya. aku berusaha mewarnai hatiku yang gelap. yang terlanjur keruh karena problema. akankah dia bisa kembali mengindah dalam sudut jiwa yang kekeringan air.

aku berpikir...

bisakah aku punya lebih banyak alasan dalam kepala? bisakah aku punya lebih banyak spektrum warna dengan perlambang dan arti yang berbeda? bisakah aku menentukan mana satu warna yang tepat? karena kini terlalu banyak pilihan... atau sebenarnya sama sekali tidak ada pilihan.

satu yang aku tahu... selama ini mataku hanya melihat satu warna. Aku melihat warnamu yang bersinar lewat matamu. sehitam apapun orang melihatmu, atau sekeruh apapun orang menganggapmu... aku melihatmu seakan warnamu mampu mengisi hatiku yang gelap dan keruh. seakan mengelirkan dan menuangkan air agar warna-warnanya membaur juga di dalam hatiku.

jadi kini bantu aku membubuhkan warna itu. aku akan membuka perutku, mengeluarkan gembok dan kuncinya hanya untukmu. agar kamu dapat mewarnai hariku yang keruh...

#Secangkir Teh

CHAPTER II

Aku menguap di bibir meja bar. Lila memandangku dengan tatapan skeptisnya. Dia menyikut lenganku dan aku memprotesnya. "Ada apa si, La?"

"Dia datang lagi, Tan!" desis Lila sembari memberikan kode mata ke arah pintu masuk. Seorang gadis, gadis yang sama yang beberapa waktu lalu aku ceritakan kembali datang ke kafe ini.

Aku melirik ke arah jam. Pukul 16.20. Tepat! Dia selalu datang pada waktu yang tepat. Mungkin dia bisa teleport dari satu tempat ke tempat lain. Sehingga tidak pernah lewat barang sedetik pun bahkan tidak pernah datang lebih awal dari pukul 16.20. Aku telah menghitungnya. Ini mungkin kali ke 12 dia datang kemari. Sedang lawan bicaranya sudah berganti-ganti 12 kali pula.

Salah satu yang membuatku sampai betah mendengarkan adalah ketika seorang wanita paruh baya datang kepada Kara. Dia hanya berada di sana sekitar 15 menit, dan wanita itu menunjukkan foto seorang laki-laki. Aku bahkan mengenali foto itu. Itu foto Jeff. Singkat cerita, wanita itu pun pulang kembali karena lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Kara. Kini Kara tidak hanya menghancurkan hati Jeff tapi juga ibunda Jeff.

Kara menghampiri meja bar. "Secangkir teh yang biasa," ujarnya dengan senyuman. Aku memberikannya bon dan dia duduk di meja yang oleh salah seorang pelayan ditarik papan RESERVED nya. Dia telah duduk di sana untuk ke-12 kalinya. Lalu kini aku tengah menyajikan secangkir teh pesanan biasanya untuk ke-12 kalinya juga.

Aku meninggalkan Kara yang duduk dan memainkan jemarinya di atas Blackberry Onyx nya. Yah cukup membuat saya iri. Aku kembali ke dalam meja barku. Membersihkan meja bar, pura-pura tak memperhatikannya. Lila berdeham di sampingku, dia mengkode kembali ke arah pintu masuk.

Seorang anak kecil. Ya aku rasa dia seorang anak kecil yang sangat atraktif. Dia berjalan dengan berjingkat riang, rambut panjang hitamnya dikuncir dua, dia memakai kaus pink bergambar Dora The Explorer, dan celana pendek warna ungu, juga membawa tas yang juga bergambar Dora. Anak itu tersenyum dan berlari.

Kara berdiri dari kursinya dan merentangkan tangan. Dia memeluk anak perempuan kecil itu. Mendekapnya erat dengan senyuman yang sangat mengembang. Dia menggendong anak itu dan mendudukannya di kursi di hadapan tempatnya duduk. "Tunggu di sini ya, Kimi...," peringat Kara yang disambut anggukan yakin oleh anak tersebut. Kara menghampiriku kembali dan memesan jus jeruk.

Aku memperhatikan anak kecil itu. Dia datang seorang diri, namun tidak ada sedikit pun sirat ketakutan di wajahnya. Kimi--begitu Kara menyebutnya--duduk dengan tenang di kursinya. Kakinya bergantian bergoyang ke depan dan ke belakang. Wajahnya tetap tersenyum sepanjang yang aku lihat.

"Kimi ke sini sama siapa?" tanya Kara.

"Sendiri," jawab Kimi bersemangat. Kakinya masih bergoyang-goyang. Aku menghampiri mereka dan menyajikan jus jeruk tersebut di depan Kimi. "Aku bilang sama mama aku mau ketemu kakak. Jadinya tadi aku naik taksi dibekelin uang."

"Kimi kenapa ga bilang sama kakak kalo ga ada yang anter," keluh Kara. "Kan bisa kakak jemput di rumah. Kamu kan masih delapan tahun bahaya sayang. Kok mama biarin kamu sih! Atau jangan-jangan kamu yang kabur?!"

Kimi terdiam. Kali ini dia tidak tersenyum. "Sebenarnya mama ga ijinin aku ketemu kakak. Tapi aku kangen kakak. Aku kira kakak sama papa..."

Saat itu juga aku tersentak dari rutinitasku. Di sinilah titik aku kembali mendengarkan dan tertarik dengan pembicaraan Kara.

----------------
bersambung

Long Way to Go

udah berapa lama ya jeda dari post sebelumnya? biasanya saya aktif banget ngeblog sekarang jadi jarang-jarang begini. hehe.... maaf ya pembaca setia (sooookk). bagi yang nungguin lanjutannya Secangkir Teh tunggu ya, nanti gue post.

boro-boro ngeblog intensitas jam terbang gue di twitter dan pasang tampang di facebook aja berkurang banget. maklum sekali lagi saya sudah kelas 12 sebentar lagi akan menghadapi dunia perkuliahan. tantangan menyambut masa depan (soookk lagi)

btw btw, gue lagi sedikit sensitif nih belakangan ini. malah banyak yang bilang gue makin nyebelin. maaf banget ya... salah satu beban pikiran gue belakangan ini adalah diri gue sendiri. bulan depan gue bakalan ulang tahun ke-17, yang notabene adalah usia yang cukup bisa dibilang awal kedewasaan. dan tahun depan gue bakalan kuliah (iya gue harus kuliah!!!).

ada satu pertanyaan menggema-gema di otak gue:
mau di bawa ke mana dirimu nak?

beberapa waktu yang lalu di salah satu post gue menuliskan bahwa gue berencana masuk FIB UI BAHASA DAN SASTRA BELANDA. but in fact, gue masih bingung dan kurang yakin mau dibawa ke mana gue.

sekarang gini... gue makin yakin bahwa kuliah bukan hanya sekedar minat dan bidang yang kita kuasai. tapi sesuatu yang benar-benar menjanjikan kita. sesuatu yang bisa membuat kita menjadi salah satu generasi yang mampu menghadapi tantangan di peradaban baru ini. yah sesuai misi pendidikan tahun ini, gue pengen jadi seorang anak muda terdidik yang kompeten. gue mau jadi orang sukses dan berhasil.

di sini titik gue mikir. apakah gue benar-benar yakin mau mengambil BAHASA DAN SASTRA? di luar itu semua gue juga ga tahu mau masuk apa lagi. gue ga mungkin masuk bidang Aesthetic karena satu-satunya keahlian seni gue adalah nari. bahkan gue memikirkan apakah gue masuk bidang Social Service aja? tapi apa? apa gue sanggup menjadi seorang pekerja sosial sedangkan tingkat kepedulian gue terhadap diri gue sendiri aja masih sangat kecil.

tingkat tuntutan di rumah gue sangat tinggi. gue anak pertama, cucu pertama, dan seorang perempuan. orang tua gue menggantung banyak banget harapan ke gue. berdoa supaya gue jadi anak yang rajin, berdoa supaya gue jadi anak patuh, dan berdoa supaya gue jadi ORANG.

tuntutan pertama dari eyang gue adalah gue harus bisa bahasa asing. tuntutan kedua dari oma opa gue adalah gue harus bergelar doktor (ini muluk. biasa orang tua umur di atas 70). tuntutan ketiga dari orang tua gue adalah gue harus bisa berdikari.

sekaraaaaanggg... tahu cita-cita gue apa? gue pengen berprofesi sebagai penulis. tau lebih dari itu gue pengen jadi apa? GUE PENGEN JADI IBU. tahu kenapa ibu? seorang wanita baru merasa dirinya lengkap ketika menjadi seorang ibu. percaya tidak percaya, seorang ibu terdidik untuk menjadi seorang yang sabar dan telaten juga pandai. karena mereka akan menjadi seorang pelindung terutama bagi keluarganya. seorang ibu akan menjadi orang yang paling pertama dituding atas segala sikap anak-anaknya. seorang ibu adalah orang pertama yang akan ditanyakan pendapat dan yang diharapkan dukungannya oleh suaminya. lebih dari itu seorang ibu adalah seorang permaisuri. seorang ibu akan merasa benar-benar sukses ketika dia bisa membahagiakan kedua orang tuanya, suaminya, anak-anaknya, dan lebih dari itu membahagiakan dirinya sendiri. beneran deh, gue pengen bisa jadi orang yang peka jadi seorang ibu yang sabar jadi seorang wanita yang sempurna. dan lebih dari itu seorang ibu harus memiliki ilmu dan wawasan, cara berpikir, juga tingkah laku yang sederhana.

di mana gue bisa ngedapetin ilmu itu?

jalan panjang depan mata gue... masih banyak yang harus gue pelajarin. jujur gue belum bisa mengkonsepkan masa depan gue. hingga akhirnya kesimpulan saya adalah SETUA APAPUN USIA KITA TIDAK MEMBUKTIKAN KITA MEMILIKI KEDEWASAAN. karena demi apapun saya masih merasa belum dewasa sama sekali. yang saya tahu saya pengen ninggalin masa kekanak-kanakkan saya, saya pengen ngeliat dunia lewat kacamata yang berbeda, sampai gue tahu di mana gue harus berada... dan waktunya sangat singkat.

venerdì 16 luglio 2010

#Secangkir Teh

(sambungan Chapter I)

--------------------------
Jeff menarik nafas. "Masalah? Selama ini aku tidak pernah merasa kita punya masalah."

"Sesungguhnya itu masalah terbesar kita. Karena kamu tidak tahu bahwa kita punya masalah, Jeff," tegas Kara. Dia terdiam sejenak, menyeruput tehnya. Rautnya yang khawatir kembali normal. Dia bersandar di kursinya.

"Kita sudah tiga bulan bersama Kara, seharus..."

"Seharusnya apa?!" potong Kara. "Tiga bulan bersama? Apa yang bersama? Aku bukan pacarmu, Jeff! Ingat! Aku bukan siapa-siapamu. Aku hanya... aku hanya orang yang selalu kau kecup, selalu kau harap menjadi milikmu, selalu dan selalu kau anggap mencintaimu."

Aku melihat Jeff mulai gelisah di tempatnya duduk. Jakunnya naik turun di lehernya yang panjang. "Kara..."

"Kau tidak pernah menyatakan apa-apa padaku yang meminta aku untuk menjadi kekasihmu!" sela Kara lagi.

"Tapi mengapa tidak pernah kau katakan padaku bahwa kau tidak mencintaiku? Kenapa kamu tidak pernah marah ketika aku mengecupmu, menggenggam tanganmu, merangkulmu, mengatakan cinta setiap malam, berkencan denganmu, dan..."

"Kamu terlalu batu. Kamu tak pernah dengarkan apa yang aku katakan. Ingat apa yang pertama kali keluar dari mulutku ketika malam pertama kau mengecupku," desis Kara dia mulai tidak ingin ada seseorang yang menguping. Tapi aku masih tetap bisa mendengarnya.

Jeff menggeleng.

"Aku tidak suka menjadi milik siapa-siapa. Aku tidak suka menjadi kekasih siapapun."

"Selama ini kau mempermainkanku."

"Iya jika memang perlu. Itu masalah kita. Kau tidak pernah sadar."

Mulut Jeff berkerut. Dia memukul meja cukup keras hingga aku terkaget. Namun Kara tidak tersentak. Dia terlihat dingin dengan tatapannya yang gelap itu.

"Ada banyak hal yang harus kau tahu, Kara..."

"Tentang apa? Cinta? Bullshit! Bawa saja jauh-jauh. Kamu hanya akan seperti laki-laki pada umumnya. Seakan mengistimewakan wanitanya, mendekati mereka, dan memuaskan dirimu sendiri. Perlahan-lahan kau tinggal mereka."

"Demi Tuhan! Sampai sekarang pun kamu masih hidup dengan stereotip macam itu?"

"Aku terlalu picik untuk percaya pada omong kosong. Atau mungkin terlalu realistis untuk tidak mengenal cinta," ralat Kara. Dia maju menatap Jeff. "Dengar Jeff, aku hanya ingin memperjelas masalah kita. Kita terlalu banyak berpanjang lebar."

"Apa? Apa? Katakan padaku!"

"Masalah kita adalah kamu terlalu baik, kamu terlalu tampan, kamu terlalu tidak pernah mendengarkanku, kita terlalu sering berada pada garis demi kebahagianmu, aku bukan milikmu, dan aku tidak suka mendengar kata cintamu, tapi..."

"Ya tapi?"

"Aku menyukai setiap detik yang kulalui denganmu. Bercinta denganmu seperti..."

"Cukup!"

Kara terdiam. Jeff terdiam. Aku terdiam. Menunggu detik-detik kosong itu berlalu dari gerak keheningan.

Jeff memulai lebih dahulu, "Aku mencintaimu Kara. Kamu seperti racun dalam tubuhku, percaya padaku aku... ketagihan padamu."

"Ketagihan?!!!" pekik Kara dengan suara tercekat.

"Atau halusnya, saya terkena pengaruh adiktif," jelas Jeff dengan mata yang mengawang-awang. "Kara...!" Dia mencoba menyentuh tangan Kara di atas meja, namun gadis itu cepat-cepat menarik kedua tangannya dari atas meja. "Kara please..."

"For what?"

"Be my girl."

"Tinggalkan bonmu pergi dari sini dan aku akan bayar semua makananmu. Aku muak melihat wajahmu."

Jeff tak bergerak di hadapan Kara. Kara mendengus kesal dan berkata, "Aku tinggalkan bon ku dan bayar itu semua. Selamat sore."

Hari itu aku melihatnya menghancurkan hati seseorang. Di hari pertamaku bertemu dengannya. Di hari pertama dia datang ke kafe kakak. Di hadapan orang pertama yang menjadi teman bicaranya di kafe ini. Dan di hari ini dia pergi terlebih dahulu sebelum lawan bicaranya pergi. Dia menghilang dari balik pintu itu. Dan Jeff... dia tetap di tempatnya sampai aku menyuruh Lila menegurnya dan memberikan secangkir teh hangat secara gratis agar pria itu tenang setelah ditinggal wanita dingin yang telah mempermainkannya.

Saat itu aku benar-benar mengira Kara tidak akan kembali ke kafe itu. Tapi ternyata aku salah...

----------------------------

bersambung...

siang dan senja

kakiku masih berjalan
pada titik siang yang cerah
kakiku masih mengitari
aspal kering berdebu
dan kakiku masih merasakan panasnya
biar dia membakar pori-pori rapuhku

kujalan
seribu duaribu langkah lagi
lelahku tak terasa

tunggu sebentar
sebentar lagi
barang semenit lagi
di sana ada senja
di sana ada mimpi
ada sejuk
ada tenang
tapi tidak lebih dari itu ada yang akan lebih indah

tapi lihat itu senja
di sana aku menuju
di sana mimpiku kusimpan
kurapatkan pada rongga-rongga pikiranku


"dan kini aku tahu ke mana kan kubawa langkahku
menjerang mimpi
"

titik limitatif

mataku membuka
aku menatap kekosongan
terlalu putih
dan diriku berdiri seakan tertahan gravitasi
tapi tak jelas di mana alas bumi kujajak

aku berusaha berlari
tapi seakan sampai pada titik yang sama
kugedor dinding yang menyesak
seakan dia menghimpit
tapi di sana tak ada sisi yang membentur
hanya udara kosong
bahkan tak terasa udara itu oksigen
tak menyegarkan
tak memberikanku keyakinan untuk dijadikan sandaran

KELUARKAN AKU DARI SINI!

aku seakan berteriak
tapi kerongkonganku kering
gersang tak beroasis
bahkan kaktus enggan menusuk
mati rasa

BERIKAN AKU RASA SAKIT!

mintaku dalam bisu
hanya mulutku bergerak
apa aku telah bisu betul?
atau pengap telingaku hingga tuli?

tak sanggup
aku terlalu sendiri
menciut dan mengecil
dalam ruangan yang tak berhingga ini
tapi di sini tak ada titik tak berlimit

di sini justru titik limitatif
di mana limitatif ini melukaiku
keluarkan aku!
atau aku mati

"atau biarkan saja aku di sini
sampai kau datang
memintaku masuki lorong hatimu
dan kunikmati kelimitatifan itu
hingga rasanya tak berhingga
tapi saat ini... keluarkan aku!
aku tak suka terjebak seperti orang bodoh"

-----------------------
inspired by every single story and messages from RAB (cheer up girl!)
i can't help you much, but i know how much you love him...

sabato 10 luglio 2010

#Secangkir Teh

CHAPTER I

Hai namaku Tania. Ini hari pertamaku bekerja di kafe ini. Tempatnya tenang meski terletak di keramaian daerah tongkrongan Jakarta. Wangi kopi, teh, dan makan-makanan lezat selalu tercium dari sini, bahkan dari radius 200 meter. Aku tidak berharap uang banyak dari bekerja di sini karena kafe ini punya kakakku. Aku hanya mengisi waktu kosongku setelah pulang sekolah. Lagipula rumahku terletak di bagian belakang kafe ini. Jadi aku bisa belajar dan mengerjakan tugasku sembari bekerja.

Bar tempat membuat minuman terpisah dengan bar tempat memesan makanan dan kasir. Entah mengapa kakakku merancangnya seperti itu. Karena pekerjaanku adalah membuat minuman jadi di bar minumanlah aku berada. Tempatnya di pinggir jendela dan bangku-bangku di sekitarnya cukup ramai diisi orang.

Pukul 16.20 ini awalku bertemu dengan Kara. Gadis berambut ikal merah panjang itu berjalan dari pintu dengan wajah cerah cantiknya. Dia mungkin berusia sekitar 20 tahun. Jelas lebih tua dari aku. Dan sejak hari itu aku sudah mengagumi kecantikannya. Dia berjalan ke arah bar minuman dan berkata padaku, "Satu teh manis saja!"

Aku tersenyum sekenanya. Dia duduk di salah satu meja tepat di samping bar minuman,memandang ke arah jalanan. Sejak hari itu, di meja itu selalu ada tulisan RESERVED dan dia selalu duduk di sana. Aku membuatkan teh, dan memberikannya padanya. Dia mengucapkan terimakasih dan menatap ke luar jendela kembali.

Seorang pria datang dari arah pintu masuk. Pria yang cukup tampan, dia berjalan ke arah meja yang diduduki gadis itu. Dia tersenyum. Dan mengecup pipi gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum pelik.

"Wau kamu memilih tempat yang bagus, Kara sayang," ujar pria itu. Sejak itu aku tahu namanya Kara.

"Tidak ingin memesan sesuatu, Jeff?" tanya Kara pada pria bernama Jeff yang kemungkinan adalah pacarnya tersebut. "Langsung saja menuju barnya, nanti dikasih struk bayar di kasir pas pulang."

"Oke sebentar ya sayang."

Jeff bergerak ke arah bar makanan dan bergerak ke bar minuman. Dia memesan sebuah latte. Aku membawakan pesanannya dua menit kemudian ke meja mereka, bersamaan dengan dua lasagna yang dibawakan salah satu pelayan kafe dari bar makanan.

"Aku tahu kamu pasti belum makan, Kara. Jangan dibiasakan ya...," ujar Jeff sambil menggeser sepiring lasagna ke arah Kara.

Kara mengangguk singkat sambil tersenyum tapi dia tidak menyentuhnya. Membiarkan Jeff menyeruput latte dan memakan lasagnanya. "Ini enak lho," goda Jeff.

Aku memilih untuk mengalihkan pandanganku dari mereka. Mengapa aku harus menaruh perhatian pada mereka? Toh mereka juga sama dengan tamu-tamu yang lainnya. Datang ke sini untuk makan, minum, mengobrol, dan pulang.

"Jeff...," panggil Kara lembut. Dia melipat tangannya di meja, memajukan kepalanya dan memandang Jeff. Namun Jeff terlalu sibuk dengan hidangan yang disantapnya. "Jeff? Jeff?"

"Ya?" tanggap Jeff tanpa memandang Kara.

"Kita perlu bicara."

Jeff menghentikan makannya dan balas memandang kekasihnya yang cantik itu. Dia terdiam dan menegakkan posisi duduknya.

"Jeff...," desah Kara terlihat putus asa. "Kita ke sini bukan untuk kencan seperti biasa. Bukan untuk bersenang-senang seperti yang selalu kau inginkan. Terkadang kita perlu bicara serius, Jeff. Dan kali ini sangat serius."

"A-apa?'

"Pernahkah kau merasa ada yang salah dengan hubungan kita?" Terdengar nada sendu dari suara Kara. Dia mengeluarkan pertanyaan itu seakan pertanyaan itu sudah bercokol di tenggorokannya berabad-abad, menanti dimuntahkan. Pertanyaan itu membuatku kembali memperhatikan mereka.

Jeff tetap bergeming di hadapannya.

"Ya kita punya banyak masalah yang harus kita selesaikan, Jeff. Aku tidak bohong," lanjut Kara matanya berkilat.


---------------------------
bersambung...

#Secangkir Teh

PROLOG

Apa sebenarnya yang kau saksikan? pakai kacamatamu benar-benar. itu hanya secangkir teh yang biasa aku sajikan. Seorang gadis bernama Kara memesannya setiap hari pada pukul 16.20 di kafe ini. Dia pelanggan setia.

Kara datang dari pintu itu. Dia duduk dengan orang yang berbeda-beda setiap hari. Coba perhatikan dengan saksama siapa yang duduk di hadapannya sekarang? Aku tidak kenal orang itu. Dia tidak pernah muncul kemarin bahkan kemarinnya lagi.

Jangan tanyakan padaku sejak kapan dia memulai rutinitasnya itu. Salah seorang temanku berkata, dia datang sejak aku bekerja di sini. Tepat di hari pertama. Itu berarti sekitar enam bulan yang lalu.

Gadis itu sudah seperti bagian dari pekerjaanku. Rasanya aku tidak pernah sehari tak melihatnya. Kecuali jika kafe ini tutup. Tentu saja dia tidak akan datang ke sini, memesan secangkir teh, dan mengobrol dengan orang yang selalu datang setelahnya. Dia bisa duduk di situ berjam-jam. Kadang bahkan ketika lawan bicaranya sudah pulang dia masih terduduk di sana memandang keluar jendela. Melihat deru kendaraan. Dan baru beranjak sejam sebelum kafe tutup.

Oke sekarang kau boleh melepas kacamatamu dan kembali bekerja. Kita bicara nanti lagi. Aku akan ceritakan beberapa orang menarik yang sering berbicara dengannya. Kadang aku mendengar apa yang mereka bicarakan. Karena aku tidak pernah berdiri jauh-jauh dari mereka.


------------------------
bersambung....

martedì 6 luglio 2010

resapi saja...

perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
cahaya kota kelam mesra menyambut sang petang
di sini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
kenapa matahari terbit menghangatkan bumi
aku orang malam yg membicarakan terang
aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang

perlahan sangat pelan hingga terang kan menjelang
cahaya nyali besar mencuat runtuhkan bahaya
di sini ku berdiskusi dengan alam yg lirih
kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi

aku orang malam yg membicarakan terang
aku orang tenang yg menentang kemenangan oleh pedang

cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
yg takkan pernah aku tau dimana jawaban itu
bagai letusan berapi bangunkan dari mimpi
sudah waktunya berdiri mencari jawaban kegelisahan hati

terangi dengan cinta di gelapku
ketakutan melumpukanku
terangi dengan cinta di sesatku

dimana jawaban itu

Eros ft Okta-Cahaya Bulan

---------------------------------------------------

sampaikanlah pada ibuku
aku pulang terlambat waktu
ku akan menaklukkan malam
dengan jalan pikiranku

sampaikanlah pada bapakku
aku mencari jalan atas
semua keresahan-keresahan ini
kegelisahan manusia

retaplah malam yg dingin

tak pernah berhenti berjuang
pecahkan teka-teki malam
tak pernah berhenti berjuang
pecahkan teka-teki keadilan

berbagi waktu dengan alam
kau akan tahu siapa dirimu yg sebenarnya
hakikat manusia

keadilan, keadilan

akan aku telusuri
jalan yg setapak ini
semoga kutemukan jawaban

jawaban, jawaban, jawaban, oh o

Eros ft Okta-Gie

*************************************

ya dan gue masih ga tahu kenapa setiap kali gue ga bisa tidur di tengah malam, ketika ada orang yang mungkin keluar nyeduh teh ngeliatin langit... atau sekedar nonton tayangan televisi malam... atau matanya ngebayang-bayang ngeliatin langit-langit kamar... yang gue lakukan adalah buka laptop pasang earphone dan dengerin 2 lagu di atas sambil buka blognya gery...

ya dan saya tahu, di balik itu semua ada sebuah jawaban. entah itu apa... mungkin saat ini saya masih mencari karena kehidupan saya masih terus berjalan, dan sekali lagi meresapi setiap detiknya sama susahnya dengan mencari jawaban dari setiap perihal yang terjadi meskipun itu sangat kecil.

aku lelah bicara dengan malam

hai malam aku tak mengusikmu bukan?
sama sekali tidak
bisakah tunjukkan padaku satu hal?
apa?
mengapa kali ini kau mau bicara denganku?
menurutmu?
aku tidak tahu, kamu berkerut selama ini
apakah terlihat sangat tak bersahabat?
kau tak pernah mengeluarkan sepatah katapun
bukankah kaidahnya aku tak berbicara
kau membuat aku mual malam
kenapa?
karena kau membisu...
bukankah kaidahnya aku seperti itu
tapi aku butuh jawaban
kalau begitu jangan tanya padaku
lalu ke mana lagi
hatimu
hati?
kau bahkan sedang bicara dengan hatimu saat ini
hei aku bicara denganmu malam
tidak

karena kaidahnya malam tak bisa bicara

dan aku bertanya, bilakah kamu menjawab


apa kamu lelah sayang?
kita berbicara pada dinding yang berkeratak
apa kamu kecewa sayang?
kita berdiskusi dengan alam tak berangin
apa kamu malu sayang?
kita tertampar di antara belantara pohon besar



adakah kau jawab?
bilakah ada, tuliskan satu pada tanganmu
aku hapuskan lelahmu
kuganti dengan semangat
agar kau bersinar seindah matahari pagi

Lirih

aku mendengar suaramu
dalam sapa lembut
yang menggelayut pada malam-malamku
menemaniku lelah lelapku
hingga mungkin menyambutku
kala matahari menyapa menelisik lewat tirai jendela

kita telah lama menghabiskan waktu
berdiskusi dalam malam
menggigil dalam tubuh kecil
gerah dalam peluh hawa sumuk

namun suaramu
seperti kemilau senja yang hangatkan dingin
seperti suara air mengalir di padang gersang
seperti cahaya bintang yang mengindah di tengah kelam
seperti sesuatu yang bukan dengan kata mampu diungkap

aku mendengarmu
dalam lirih angin
aku mendengarmu
dalam kerinduan
aku mendengarmu
dan seperti hari kemarin aku semakin mendambamu

sabato 3 luglio 2010

it might be a treasure in the future

well, good evening readers!! (entah tahu deh masih ada yang baca ga sih?)

sebenernya ini post mau gue post kemarin malem, tapi karena tiba-tiba si gery yang kagak ada pulsa ol chat fb akhirnya chat lah gue berjam-jam di tengah insomnia. nah malam ini gue menunaikan ibadah ngeblog dulu dah.

firstly, tadi baru aja gue chatting sama temen SMP gue Putri Sekarmayang and yeaah kangen banget gue sama CFFF. huh... kalo diinget-inget gue ngelaluin 3 tahun di SMP dengan ngegaul gila-gilaan bareng mereka di bedeng sekolah sama jalan depan taman sekolah terus depan dharma nugraha terus gereja terus gading yah terus rumah gue terus ke mana-mana haha.

dan tahu ga tadi malam kan ya gue lagi iseng-iseng ngebuka buku harian gue dan wau! buku harian gue masih ngerangkum manis petualangan ngaco gue sama 7 orang temen gue ini. bahkan tadi malem pun gue sempet2nya ngeliatin foto2 di fb gue yang memunculkan wajah-wajah familiar ini.


yaaah ga berdelapan juga sih ada bonus si eva nangkring di depan pake baju item.

oke oke... gue mau ngebahas buku harian gue!

maaf ya tadi di depan2 ga terarah. huaaah... hari ini masih awal juli dan gue berinisiatif untuk mulai mengisi agenda gue tahun ini dengan berbagai jadwal dan perhitungan keuangan. akhirnya gue membuka-buka laci samping tempat tidur gue yang isinya agenda dan buku2 harian gue.

hueee dengan begonya gue malah jadi baca itu buku-buku harian. yah saya termasuk anak yang sangat kreatif dalam membuat sebuah buku harian menjadi tidak monoton dan asik di baca. tapi bukan berarti dibaca banyak orang ya. buat gue lah...

gue emang ga tiap hari nulis di itu buku, tapi ya di tiap harinya gue selalu bikin kayak apa ya STATUS UPDATE gitu kayak di jejaring sosial. nah status2 itu lah yang membawa gue kembali inget ke banyak hal yang udah lewat di hidup gue. banyaaaaaaaaaaaakkk banget. asik deh rasanya bisa inget hal-hal itu, bahkan gue masih inget banget rasanya waktu gue ngalamin itu.

yah memang itu semua udah jadi kenangan. setelah gue baca berkali-kali itu buku, gue jadi tahu sekarang gue udah makin mengalami banyak perubahan. lebih banyak hal lagi yang sudah gue dapet. menariknya banyak hal yang udah bener-bener berubah....

setelah gue baca lagi, gue nemuin banyak masalah dalam hidup gue yang sekarang gue udah tahu gimana solusinya. tapi ada beberapa yang masih belum selese. dan beberapa keulang lagi. yah intinya buku harian gue itu HARTAAAAAA BANGET. seperti kitab pergaulan sosial.

sebenernya sih ya kita bisa belajar dari apapun caranya. dan gue banyak belajar dari pengalaman. mungkin lebih tepatnya dari kenangan. kenangan itu adanya di dalam hati kita, di dalam pikiran kita, tapi ga ada salahnya terkadang kita membuat sebuah dokumentasi. gue jarang ngumpulin foto-foto bahkan sampai bikin album kenangan. yang paling sering gue tulis hal-hal menarik yang udah terjadi di hidup gue. yeeaahh dan pikiran gue yang udah agak-agak pikun, bisa ke refresh lagi.

coba deh coba!

pasti rasanya asik. seperti balik ke suatu masa. masa di mana elo nangis, di mana elo senyum, untuk sebuah alasan yang mungkin sekarang udah lo lupain tapi sebenernya memiliki arti yang besar di hidup lo.

yaaahh bagi gue saat-saat seperti itu adalah saatnya merenung. dan gue ga mau berhenti hari itu aja.

jadi pada malam yang sama gue mengobrak-abrik rak buku gue dan ngambil salah satu buku tebel kosong yang belum pernah gue isi bonus dari majalah. dan yaaa... DIARY JULY 2010-JUNE 2011...

well, it might be a treasure in the future...

giovedì 1 luglio 2010

All'inizio di luglio

yaaah akhirnya bulan Juli juga.
kalau diingat-ingat bulan Juli bagi gue merupakan sebuah awalan. Memang awal tahun selalu di buka dari bulan Januari, tapi ga tahu kenapa agenda bahkan buku harian gue selalu di buka setiap bulan Juli. apa karena tahun ajaran selalu di mulai setiap bulan Juli? gue gatau, yang pasti awal Juli seperti membawa kehidupan dan harapan baru buat gue.

bahkan resolusi gue setiap tahun bener2 baru direalisasikan setiap bulan Juli.

ah yaa di bulan juli ini akan ada banyak hal. selain akhirnya gue memasuki Senior Year gue di SMA--yang bertanda bahwa gue akan melalui UN & UM-PTN. gue juga akhirnya nge-MOS-in orang akakak (biasa aja tuh). yah di lain pihak karmanya adalah adek gue di MOS in orang (ini baru seneng).

terus ya terus ya ada bird news niiihh LPJ MPK/OSIS/EKSKUR mau dimajuin bulan Juli. pertanda baik apa buruk tuh? pertanda gue harus nyari solusi buat proposal buble asli yang ilang di tangan bu warida. astaghfirullah ga selese-selese ye urusannya belum dikumpul ke Sekum OSIS si Riska nih.

apalagi ya. hmm akhir bulan kemarin gue abis LDKB (LDK anak XBASS) dalam usaha mencari kader-kader baru. sekali aja gue nilai yang pengen jadi sekbid kombid bahkan ampe capsis buat jadi BPH MPK/OSIS. eh kenapa jadi gue? ya pokoknya entar gue diskusiin sama wilona sama dina juga sih. baru gue usulin ke aji sama fahmi. abis gitu suka-suka BPH MPK deh mau diapain tuh anak-anak imut-imut yang banyakan ga konsisten. (haha jahat amat gue)

yah kira-kira begitulah, gue harap di bulan Juli sampai ketemu bulan Juli lagi gue tetap bisa mempertahankan kondisi keuangan gue dengan baik. bisa makin baik belajarnya. bisa makin langgeng sama pacar. masuk UI bareng-bareng sama Gery (amin kuadrat). lulus un bareng2 seangkatan (amin pangkat 1000). yah dan tentu doa-doa semoga lebih baik dari hari sebelumnya.

okay, please be good July... :)