
Visualizzazione post con etichetta Iseng. Mostra tutti i post
Visualizzazione post con etichetta Iseng. Mostra tutti i post
giovedì 8 dicembre 2011
About Being Cool

ga itu bukan foto gue. itu anak orang yang gue ambil dari tumblr orang lain *)
okey, by the way gue mau share sesuatu yang mungkin jarang banget gue share. Ya lagi pula gue juga jarang ngepost. Ya apa ituuu?? Itu adalah tentang... GUE... (ya siapa lagi ini kan blog gue)
waktu dulu gue masuk kuliah gue inget banget gue sudah merencanakan banyak visi misi. hidup gue yang baru akan menjadi mahasiswa dianalogikan seorang mahasiswa tingkat 3 yang lagi nyalon jadi KETUA BEM. gue membentuk proker dan membentuk paradigma baru bahwasanya GUE BUKAN LAGI ANAK SMA.
haha iya klise banget emang.
dan salah satu visi gue adalah "being a cool nerd" huehehehe
ga acih banget gue beberin di sini sih
sebenarnya, banyak yang bilang gue dari jaman SMA juga emang udah nerd (baca: ANSOS). didukung dengan kerjaan gue yang kalau istirahat kalo nggak pacaran ya jualan buat dana OSIS, eh kelas 3 malah ngendep di kelas di depan binder dan modul SNMPTN dan UN. yang kurang cuma mata gue nggak 4 aja.
terlepas dari kebiasaan gue yang suka nulis atau baca buku asing nan keren. gue merasa kepribadian itu udah benar-benar melekat dalam diri gue.
but kenyataanya.... ZOOONNKK!!!!
dari masuk kuliah kehidupan gue dihadapkan dengan serangkaian masa inisiasi mahasiswa baru yang biarpun seru teutep bikin kelimpungan. tiap hari gue pulang malem. tas gue pernah penuh sama nametag dan buku tanda tangan juga baju gombrong buat forum. setiap istirahat jam kuliah kerjaan gue nangkring di basecamp kom 2011 buat bersuka ria menghafalkan lagu angkatan, yel-yel, dan banyak lagi. intinya kehidupan gue BERGAUL BERGAUL DAN BERSUKA RIA.
kalau kalian baca sih keliatannya gue hedon banget nggak ada belajarnya cuma main-main doang. agak salah sih sebenarnya tanggapan kalian yang itu. karena...
satu lagi masalah yang membuat gue gagal jadi "cool nerd" ini sebenarnya adalah BELAJAR. gue suka banget belajar ga perlu diragukan lagi, wajarlah kalau gue masuk UI (jumawa nyaris takabur). seriously, gue takut banget IP gue cilik nan kerdil dan nggak pantes muncul di layar SIAK NG. apalagi setelah baru-baru ini gue mendapati nilai HUKUM DAN PEMBANGUNAN GUE YANG... ah C! padahal gue udah belajar seharian, gue udah berusaha mengerti, bahkan gue ngerasa gue bisa pas ngerjainnya. lalu ini kenapa ini kenapa KENAPAAAA??? (sori jadi galau) doain aja UAS gue lancar dan minimal bisa jadi B- deh nilai gue yang penting lulus nih SKS.
oke back to topic, gara-gara belajar ini gue jadi lebih senang berada di depan laptop sambil baca e-book John J. Macionis buat Sosiologi. atau parahnya weekend gue dihabiskan dengan nyalin catatan politik dan komunikasi. jadi sudahlah itu buku-buku yang gue beli... hiks... tak berkembang halaman yang dibacanya.
sebenarnya sih ga sekedar itu about being cool nya.
gue suka nulis puisi, sajak, cerpen, dan novel. ya intinya gue merasa keren karena gue menulis. selain itu gue merasa keren karena gue mendapatkan inspirasi dengan cara jalan sore-sore di sekitaran Salemba, Matraman, Mester, Menteng, Ancol. Aduh alay banget ya emang hehehe. Tapi beneran deh saat-saat kayak gitu yang paling gue rindukan, mungkin karena itu tempat pacaran gue. Feel the romance banget deh kalo jalan-jalan di sana.
Dulu waktu gue SMA tiap minggu kayaknya gue pasti jalan-jalan di sana. Yaiyalah sekolah gue di Jatinegara gitu. Diboncengin pacar makin berasa khidmatnya. Gue juga sering naik angkot sambil dengerin lagu-lagu balad di playlist yang bikin gue menambah perbendaharaan diksi gue dan bikin gue ngebayangin unyu moment yang mungkin terjadi di kehidupan remaja. :3
gue berpikir kalau gue kuliah gue akan mendapatkan suasana baru. secara kampus gue adalah universitas di tengah hutan nan sejuk, dengan danau di tepian perpustakaan nan megah, dan spot-spot untuk menikmati langit sore yang teduh. tapi.... hiks...
sekali lagi, suasananya beda. gue nggak menghasilkan apapun ide kecuali semangat belajar yang tinggi dan semangat berprestasi dan beroganisasi *pencitraan abis*. sering banget gue merindukan jalanan-jalanan itu seperti yang udah pernah gue ceritain di post sebelum-sebelum ini. feels like i'm lack of inspiration.
itu mengapa ketika gue terserang masalah yang menurut gue besar karena beberapa minggu ini gue melalui hari-hari yang berat, gue memanfaatkan Selasa gue yang kosong melompong untuk menikmati itu lagi. Entah gue sendiri, entah gue bareng sama Gery rasanya 10:15 lah.
Mungkin visi gue sebagai mahasiswa nerd yang juga cool itu bisa terlihat suatu hari nanti. itu sih gue yang menciptakan label untuk diri gue sendiri. Teman-teman terdekat gue melabeli gue dengan "mahasiswa kerajinan" tapi di luar lingkar pertemanan gue mereka hanya tau gue sebatas anak kom 2011, anak kelompok 5, komdance. gue nggak tahu penilaian lebih dibalik itu.
tapi sejauh ini... gue masih bisa hidup tanpa dilabeli apapun. jadi... go with the flow. nikmati apa yang bisa dikerjakan sekarang. kita mungkin bisa merencanakan masa depan, tapi kita bukan event organizer dan hidup kita bukan event pribadi kita. selalu ada hal-hal yang tidak terduga terjadi. ini juga bukan kebetulan. tapi selama masih punya kesempatan untuk mewujudkan sesuatu ya wujudkanlah. inget tujuan itu penting, inget cara mencapainya juga penting, sebenarnya kalau emang niat sih semua pasti akan berjalan baik-baik aja kok.
yang paling penting, kalau kata gery di suatu sore... jangan pernah coba hilangkan apa yang menurut kamu positif ada di kamu.
yep itu nilai kita sebagai sebuah pribadi. itu yang harus dihargai. keep smile :D
Le Categorie:
Campus Life,
Iseng,
Ninta's
mercoledì 24 agosto 2011

ya ga keliatan juga sih hehehe. tapi bisa liat dong hari Selasa gue kosong. Sedangkan hari Rabu gue ada 3 sesi dan kuliah sampai jam 6 sore. bahkan hari Kamis gue bisa pulang jam 11 wuhuw.
tadi sempet ada jadwal yang bentrok. Kelas Hukum dan Pembangunan bari keluar tadi malam dan ternyata jadwalnya barengan sama Bulu Tangkis akhirnya gue terpaksa leave dan milih Musik dan Vokal.
Doain gue yaaa readers :)
Le Categorie:
Campus Life,
Iseng,
Ninta's
sabato 23 luglio 2011
The Old Friendship
nih dia foto-fotonya hehe




mudah-mudahan nanti abis lebaran masih bisa jalan-jalan bareng lagi yang lengkap. mereka itu the best. biarpun kita jarang curhat-curhatan atau jalan bareng, tetapi mereka bisa menghibur. Rasanya kalo inget kekocakan jaman SMP dulu hati yang sedih tuh bisa gembira sendiri. Bahkan cuma ngebayangin muka salah satu dari mereka.
Bagi gue, teman bukan seseorang yang harus berada 24 jam di sisi kita kayak suami siaga. Tapi teman itu ada di suka dan duka. Orang yang meskipun ga ada di dekat kita, tapi dengan ingat mereka ada satu kesukaan yang muncul di tengah kedukaan.
Sukses buat kalian semua CFFF!!!




mudah-mudahan nanti abis lebaran masih bisa jalan-jalan bareng lagi yang lengkap. mereka itu the best. biarpun kita jarang curhat-curhatan atau jalan bareng, tetapi mereka bisa menghibur. Rasanya kalo inget kekocakan jaman SMP dulu hati yang sedih tuh bisa gembira sendiri. Bahkan cuma ngebayangin muka salah satu dari mereka.
Bagi gue, teman bukan seseorang yang harus berada 24 jam di sisi kita kayak suami siaga. Tapi teman itu ada di suka dan duka. Orang yang meskipun ga ada di dekat kita, tapi dengan ingat mereka ada satu kesukaan yang muncul di tengah kedukaan.
Sukses buat kalian semua CFFF!!!
venerdì 10 giugno 2011
Comfort Zone

Eeem I'm looking for a house with a perfect view in the late afternoon.
So calm and comfort.
Maybe someday, we build that house. hehe
So calm and comfort.
Maybe someday, we build that house. hehe
martedì 26 aprile 2011
Hey Holiday!
I dunno what's the best title for this post.
First, I'm just trying to make a post full in English. And second, I just want to telling the way I start my very long holiday before I waken up and say "OH WOW IT'S MY FIRST DAY TO GO TO COLLEGE!". So let's see if it's work.
OH DAMN IT WORKS!
*sial gue bukan mau ngepost segitu kok wkwk*
Okey, I'm on holiday now. And the first thing I do to start my holiday is having some FRIENDS TIME at Dufan with my girls (ciee) and two boys from our circle friendship (apasih). Actually, I'm a lil bit not interested for this trip because of I have a lot of things to do like 'beresin lemari' or 'nonton indovision' so I procastinate to telling my parents for permission. But, totally this was VERY FUN. I'm not regret for having this FRIENDS TIME together with them.
Inspite of some annoying people on Transjakarta or Dufan itself, this trip was made its own story for my holiday. And because of this trip, I have a joke to tease my friend, Ami. Okay fyi, she attacked by #missmycemcemansyndrome. That may pretty cool name for this unidentified illness.
Overall, like what I said, I have a lot of things to do. I don't do that 'beresin lemari' thing because I was on my room, writing a new story. I loved being a writer and *sigh* I haven't published any book at all. But that's okay. So, I take an advantage of this holy holiday to create some novela or story or poetry for my first book.
*where's your boyfriend, Ninta?*
Yes, I'm glad somebody asking me about that. Because he always here, inside my heart (asli gombal). Although he was at home, in front of his desktop, playing some games, reading Rick Riordan book, or pay attention on twitter's timeline... yes, he still accompanying me.
Hey, me and Gery just through our 18 months anniversary wohoo!!!
Eeemm... apalagi ya...
Eeeem... itu aja...
eeem... EH IT'S REALLY WORKS YA! I'll tell Gery soon about this news "his girlfriend write a post full in English" wkwkwk.
Byebye!!
Happy holiday!!
First, I'm just trying to make a post full in English. And second, I just want to telling the way I start my very long holiday before I waken up and say "OH WOW IT'S MY FIRST DAY TO GO TO COLLEGE!". So let's see if it's work.
OH DAMN IT WORKS!
*sial gue bukan mau ngepost segitu kok wkwk*
Okey, I'm on holiday now. And the first thing I do to start my holiday is having some FRIENDS TIME at Dufan with my girls (ciee) and two boys from our circle friendship (apasih). Actually, I'm a lil bit not interested for this trip because of I have a lot of things to do like 'beresin lemari' or 'nonton indovision' so I procastinate to telling my parents for permission. But, totally this was VERY FUN. I'm not regret for having this FRIENDS TIME together with them.
Inspite of some annoying people on Transjakarta or Dufan itself, this trip was made its own story for my holiday. And because of this trip, I have a joke to tease my friend, Ami. Okay fyi, she attacked by #missmycemcemansyndrome. That may pretty cool name for this unidentified illness.
Overall, like what I said, I have a lot of things to do. I don't do that 'beresin lemari' thing because I was on my room, writing a new story. I loved being a writer and *sigh* I haven't published any book at all. But that's okay. So, I take an advantage of this holy holiday to create some novela or story or poetry for my first book.
*where's your boyfriend, Ninta?*
Yes, I'm glad somebody asking me about that. Because he always here, inside my heart (asli gombal). Although he was at home, in front of his desktop, playing some games, reading Rick Riordan book, or pay attention on twitter's timeline... yes, he still accompanying me.
Hey, me and Gery just through our 18 months anniversary wohoo!!!
Eeemm... apalagi ya...
Eeeem... itu aja...
eeem... EH IT'S REALLY WORKS YA! I'll tell Gery soon about this news "his girlfriend write a post full in English" wkwkwk.
Byebye!!
Happy holiday!!
mercoledì 2 febbraio 2011
COMING ON FEBRUARY!
Mencari waktu untuk nulis blog itu sangatlah sulit. Kalau bukan karena hari ini gue libur, gue mungkin sedang sekarat di sekolahan dengan buku soal dan SKS di meja. Tapi nyatanya hari ini gue mendapati pagi berawan yang enak banget buat nulis blog.
okay, hari ini gue ga mau bahas soal-soal juga di blog. tapi mau bahas betapa koplak dan kocaknya masa-masa kelas 3 SMA itu.
gue inget banget dulu waktu gue pertama kali masuk 54 gue udah menanamkan pada diri gue untuk menikmati masa SMA sebaik mungkin. gue ga mau jadi anak eksis, gue mau jadi anak yang peace love and gaul! nooo bukan alay! tapi murid yang cinta damai, punya temen banyak, dan berguna di sekolah gue.
dan setelah waktu itu berjalan sekarang gue telah melalui masa peace love and gaul itu. dan tiba di satu titik yang dinamakan KLIMAKS KESADARAN. karena akhirnya gue sadar tugas utama gue adalah belajar. yap belajar! sejak duduk di bangku kelas 3 gue udah tekad bulat untuk bisa lulus dari SMA ini dengan nilai terbaik. jadi sejak akhir kelas 2 gue sudah mempersiapkan dengan membeli buku soal SNMPTN dan SKS bersama my younghusband si Gery yang akhirnya sadar juga kalau tugas utama dia sekarang adalah berusaha lulus dan kuliah (at least dia kepikiran beli kunci kalo kepepet. dasar gila!). dan bahkan gue sudah menggentayangi bimbel-bimbel, dan gue memutuskan untuk masuk INTEN aje. INTEN OYE GITULHOOO!!
dan disinilah sumber kerancuan.
kalau biasa gue istirahat petakilan trus makan-makan di kantin, sekarang gue duduk sendiran di kelas dengerin lagu trus buka soal-soal sambil makan bekel. ansos banget yeee... sedangkan temen-temen gue yang lain pacaran sambil bahas soal. dan kadang cowok gue duduk di kursinya di pojok kelas sambil buka buku soal dan kalau dia bingung dia manggil-manggil "ta...ta... ciniii ciniii..." *ga seunyu itu juga sih*
kalau biasa gue ke Gramedia berjam-jam karena mau cari novel sekarang gue ke Gramedia berjam-jam muter-muter baca sinopsis buku tapi pulang ga bawa apa-apa. nasib karena kantong kering buat keperluan kelas 3, mulai dari buku tahunan, jaket angkatan, fotokopi soal, buat bayar uang pendaftaran univ nanti, buat bayar tiket bedah kampus, buat jajan di tempat bimbel, sampe paling parah BUAT NONTON BIOSKOP akakakak itu adalah bagian refreshing dari kepenatan. tapi gue udah jarang banget nonton huhu...
kalau biasanya gue ngerjain PR sekarang gue ga pernah ngerjain PR. gue lebih tertarik bongkar muat modul INTEN gue, soal-soal yang gue dapet dari TRY OUT2, buku SKS dan buku catetan gue yang lengkap banget itu. kalo kata cowok gue kalo mau niat harusnya kita beli buku lebih banyak lagi. tapi nyatanya....... satu buku aja belum abis gue kerjain masa harus beli buku baru lagi. tapi iya juga sih, gue tertarik nih tapi cari yang diskonan masih ada ga ya?
gue punya geng di INTEN. isinya anak kelas gue namanya SUKSES PTN. mulai gajelas kan. bahkan yang paling koplak bandnya abang gue si alpin yang juga mantan band nya gery, punya nama band SEMOGA MASUK UI. kan...kan...kan... virus-virus PTN mulai bertebaran.
bahkan di antara gue dan temen sebangku gue ada persaingan ketat. tapi kami sportif doooongg kan cahabaaat yegak devi?
ini yang paling menonjol! liat mesjid 54 deh!
bukaaan...bukaaan maksudnya udah jadi. tapi liat deh betapa itu mesjid rame. karena anak-anak seangkatan gue udah mulai rajin PDKT sama Allah. Kalau kadang mereka bisa ngejama zuhur sama ashar di rumah, sekarang selalu ga pernah telat sholat zuhur dan bahkan ditambah sholat-sholat sunah. bahkan beberapa juga puasa sunah. semoga kebiasaan mendekatkan diri kepada Allah SWT ini membawa pencerahan. bahkan menjadi sebuah kebiasaan. masa jadi orang baik-baik cuma setahun doang sih -__-"
mulai menjaga kesahatan bagi gue adalah kunci utama. gue rajin banget makan sekarang. terutama makan daging, telor, dan sayur. sayang kurang susu.
sebenernya istirahat yang cukup diperlukan, tapi gue cuma bisa tidur sekitar 4-5 jam per hari. sedih ga tuh.
oh ya btw, PPKB UI dibatalin (siaul) akhirnya gue dan temen-temen gue kemarin direkomendasiin ikut SNMPTN undangan bersama siswa-siswi beruntung lainnya termasuk Mas Gery. mulai deh kegalauan dimulai lagi. 18 Mei 2011 nanti pengumumannya doain gue ya keterima di UI.
gue udah sholat istikharah dan seperti sekarang hati gue udah mantep banget deh mau milih apa aja. makasih ya Allah...
heeem okedeh cukup ya sampai segini doang. FYI, ini bulan terakhir gue belajar efektif di kelas 12. bulan depan gue udah ada ujian praktek, US, dan bla-bla-bla-bla. huaaah wish the best for us for SRAVIGASS 2011. Amin ya Allah amiiiinn....
okay, hari ini gue ga mau bahas soal-soal juga di blog. tapi mau bahas betapa koplak dan kocaknya masa-masa kelas 3 SMA itu.
gue inget banget dulu waktu gue pertama kali masuk 54 gue udah menanamkan pada diri gue untuk menikmati masa SMA sebaik mungkin. gue ga mau jadi anak eksis, gue mau jadi anak yang peace love and gaul! nooo bukan alay! tapi murid yang cinta damai, punya temen banyak, dan berguna di sekolah gue.
dan setelah waktu itu berjalan sekarang gue telah melalui masa peace love and gaul itu. dan tiba di satu titik yang dinamakan KLIMAKS KESADARAN. karena akhirnya gue sadar tugas utama gue adalah belajar. yap belajar! sejak duduk di bangku kelas 3 gue udah tekad bulat untuk bisa lulus dari SMA ini dengan nilai terbaik. jadi sejak akhir kelas 2 gue sudah mempersiapkan dengan membeli buku soal SNMPTN dan SKS bersama my younghusband si Gery yang akhirnya sadar juga kalau tugas utama dia sekarang adalah berusaha lulus dan kuliah (at least dia kepikiran beli kunci kalo kepepet. dasar gila!). dan bahkan gue sudah menggentayangi bimbel-bimbel, dan gue memutuskan untuk masuk INTEN aje. INTEN OYE GITULHOOO!!
dan disinilah sumber kerancuan.
kalau biasa gue istirahat petakilan trus makan-makan di kantin, sekarang gue duduk sendiran di kelas dengerin lagu trus buka soal-soal sambil makan bekel. ansos banget yeee... sedangkan temen-temen gue yang lain pacaran sambil bahas soal. dan kadang cowok gue duduk di kursinya di pojok kelas sambil buka buku soal dan kalau dia bingung dia manggil-manggil "ta...ta... ciniii ciniii..." *ga seunyu itu juga sih*
kalau biasa gue ke Gramedia berjam-jam karena mau cari novel sekarang gue ke Gramedia berjam-jam muter-muter baca sinopsis buku tapi pulang ga bawa apa-apa. nasib karena kantong kering buat keperluan kelas 3, mulai dari buku tahunan, jaket angkatan, fotokopi soal, buat bayar uang pendaftaran univ nanti, buat bayar tiket bedah kampus, buat jajan di tempat bimbel, sampe paling parah BUAT NONTON BIOSKOP akakakak itu adalah bagian refreshing dari kepenatan. tapi gue udah jarang banget nonton huhu...
kalau biasanya gue ngerjain PR sekarang gue ga pernah ngerjain PR. gue lebih tertarik bongkar muat modul INTEN gue, soal-soal yang gue dapet dari TRY OUT2, buku SKS dan buku catetan gue yang lengkap banget itu. kalo kata cowok gue kalo mau niat harusnya kita beli buku lebih banyak lagi. tapi nyatanya....... satu buku aja belum abis gue kerjain masa harus beli buku baru lagi. tapi iya juga sih, gue tertarik nih tapi cari yang diskonan masih ada ga ya?
gue punya geng di INTEN. isinya anak kelas gue namanya SUKSES PTN. mulai gajelas kan. bahkan yang paling koplak bandnya abang gue si alpin yang juga mantan band nya gery, punya nama band SEMOGA MASUK UI. kan...kan...kan... virus-virus PTN mulai bertebaran.
bahkan di antara gue dan temen sebangku gue ada persaingan ketat. tapi kami sportif doooongg kan cahabaaat yegak devi?
ini yang paling menonjol! liat mesjid 54 deh!
bukaaan...bukaaan maksudnya udah jadi. tapi liat deh betapa itu mesjid rame. karena anak-anak seangkatan gue udah mulai rajin PDKT sama Allah. Kalau kadang mereka bisa ngejama zuhur sama ashar di rumah, sekarang selalu ga pernah telat sholat zuhur dan bahkan ditambah sholat-sholat sunah. bahkan beberapa juga puasa sunah. semoga kebiasaan mendekatkan diri kepada Allah SWT ini membawa pencerahan. bahkan menjadi sebuah kebiasaan. masa jadi orang baik-baik cuma setahun doang sih -__-"
mulai menjaga kesahatan bagi gue adalah kunci utama. gue rajin banget makan sekarang. terutama makan daging, telor, dan sayur. sayang kurang susu.
sebenernya istirahat yang cukup diperlukan, tapi gue cuma bisa tidur sekitar 4-5 jam per hari. sedih ga tuh.
oh ya btw, PPKB UI dibatalin (siaul) akhirnya gue dan temen-temen gue kemarin direkomendasiin ikut SNMPTN undangan bersama siswa-siswi beruntung lainnya termasuk Mas Gery. mulai deh kegalauan dimulai lagi. 18 Mei 2011 nanti pengumumannya doain gue ya keterima di UI.
gue udah sholat istikharah dan seperti sekarang hati gue udah mantep banget deh mau milih apa aja. makasih ya Allah...
heeem okedeh cukup ya sampai segini doang. FYI, ini bulan terakhir gue belajar efektif di kelas 12. bulan depan gue udah ada ujian praktek, US, dan bla-bla-bla-bla. huaaah wish the best for us for SRAVIGASS 2011. Amin ya Allah amiiiinn....
giovedì 30 dicembre 2010
a minute later
sedetik yang lalu saya masih berbaring setengah teler di depan TV menikmati acara liburan yang sebenarnya sudah pernah saya tonton, tapi terpotong.
saya sudah merencanakan apa yang akan saya lakukan berikutnya sedetik sebelumnya.
dan bam!!
sedetik berikutnya saya tidak tahu mengapa saya kembali tidak berhasrat untuk melakukannya.
heeemm...
bukan bukan bukan karena saya tidak niat. walaupun arti hasrat cenderung mendekati niat. tapi ya, tapiiiii...heem sudahlah lupakan. saya akan lakukannya sekarang.
apa?
MENULIS CERPEN!
*buat yang pada belum tahu gue punya side blog http://anintakanila.posterous.com di situ gue ngisi dengan puisi dan beberapa cerita pendek. ga sebanyak gue ngepost di blogspot sih. cuma yaaa... manusia adalah makhluk yang selalu mencari kenikmatan lebih. ketika dia menjalani sesuatu yang dia suka, maka dia akan mencari hal lain yang menurut dia, dia lebih suka untuk sekedar coba-coba. walaupun ujung-ujungnya mereka akan kembali ke kebiasaan lama mereka atau ke hal pertama yang mereka sukai itu.
ga heran kan kalau banyak orang selingkuh? *i really hate to admit this theory* *sigh*
dan sedetik kemudian yang gue tahu. ada satu teori lagi yang bisa mematahkan teori pertama. apa itu? berbahagia dan bersyukurlah dengan apa yang bisa kita lakukan dan bisa kita dapatkan :). cukup itu saja jangan minta lebih jika kamu tahu itu salah.
saya sudah merencanakan apa yang akan saya lakukan berikutnya sedetik sebelumnya.
dan bam!!
sedetik berikutnya saya tidak tahu mengapa saya kembali tidak berhasrat untuk melakukannya.
heeemm...
bukan bukan bukan karena saya tidak niat. walaupun arti hasrat cenderung mendekati niat. tapi ya, tapiiiii...heem sudahlah lupakan. saya akan lakukannya sekarang.
apa?
MENULIS CERPEN!
*buat yang pada belum tahu gue punya side blog http://anintakanila.posterous.com di situ gue ngisi dengan puisi dan beberapa cerita pendek. ga sebanyak gue ngepost di blogspot sih. cuma yaaa... manusia adalah makhluk yang selalu mencari kenikmatan lebih. ketika dia menjalani sesuatu yang dia suka, maka dia akan mencari hal lain yang menurut dia, dia lebih suka untuk sekedar coba-coba. walaupun ujung-ujungnya mereka akan kembali ke kebiasaan lama mereka atau ke hal pertama yang mereka sukai itu.
ga heran kan kalau banyak orang selingkuh? *i really hate to admit this theory* *sigh*
dan sedetik kemudian yang gue tahu. ada satu teori lagi yang bisa mematahkan teori pertama. apa itu? berbahagia dan bersyukurlah dengan apa yang bisa kita lakukan dan bisa kita dapatkan :). cukup itu saja jangan minta lebih jika kamu tahu itu salah.
martedì 23 novembre 2010
REAlity, REACTION, expeCtaTION
selamat malam! entah mengapa malam ini seusai TO UAN gue merasa writer's block gue sirna, musnah, hilang, di telan bumi.
oke post gue kali ini berhubungan dengan gue. ya gue! siapa lagi kalo bukan gue, yap adding with my hobby: WRITING!
beberapa hari ini banyak hal terjadi secara random. siapa yang duga @GeryFrachman yang cuma iseng ngebales tweet @AlandaKariza yang dianggapnya offended, dibales sama @Adriandhy (okay, setahu gue itu pacarnya). and it impact to me!
here are the tweets:
GeryFrachman @Adriandhy yapyap, mengerti :) my close friend is a bigbig fans of @Alandakariza, can alanda motivate her to be a godd writer? pleasee
GeryFrachman @Adriandhy lupa, accnya @anintakanila she really wants to be a great writer would alanda motivate her please? i'm very thankful if she would
AlandaKariza Sometimes I think the only person who can motivate yourself is... yourself. Everyone else is just a reminder.
okey itu tweet universal. tapi yap gue berterimakasih banget sama Gery Fathurrachman yang tetap meyakinkan pacarnya ini bahwa itu tweet buat saya.
it was a REACTION beyond the EXPECTATION. and the REALITY is I'm so excited to reach a dream I dreamed. what is that? I WOULD WRITE MANY STORIES FOR MY LIFE, MY HUSBAND (you G! yes amen), MY CHILDREN, MY FAMILY, MY FRIENDS, EVERYONE and also MINE!
ini bukan masalah motivasi, tapi ini masalah keyakinan. ketika ada seseorang yang yakin bahwa kamu bisa. dan ketika dalam diri kita sendiri kita yakin apa yang kita inginkan dan kita bisa. buat apa takut? kita pasti bisa mewujudkannya meskipun ada seribu musuh, meskipun terkadang realita tidak sesuai dengan ekspektasi, meskipun reaksi yang didapatkan merupakan kontradiksi... all you have to do is just KEEP TRYING! there's NO 'give up' in trying!
i swear, i won't forget it! i won't forget you! i won't forget every single thing you've made! and i won't forget those tweets !! hahaha
may Allah SWT bless me bless you bless US, AMEN.
oke post gue kali ini berhubungan dengan gue. ya gue! siapa lagi kalo bukan gue, yap adding with my hobby: WRITING!
beberapa hari ini banyak hal terjadi secara random. siapa yang duga @GeryFrachman yang cuma iseng ngebales tweet @AlandaKariza yang dianggapnya offended, dibales sama @Adriandhy (okay, setahu gue itu pacarnya). and it impact to me!
here are the tweets:
GeryFrachman @Adriandhy yapyap, mengerti :) my close friend is a bigbig fans of @Alandakariza, can alanda motivate her to be a godd writer? pleasee
GeryFrachman @Adriandhy lupa, accnya @anintakanila she really wants to be a great writer would alanda motivate her please? i'm very thankful if she would
AlandaKariza Sometimes I think the only person who can motivate yourself is... yourself. Everyone else is just a reminder.
okey itu tweet universal. tapi yap gue berterimakasih banget sama Gery Fathurrachman yang tetap meyakinkan pacarnya ini bahwa itu tweet buat saya.
it was a REACTION beyond the EXPECTATION. and the REALITY is I'm so excited to reach a dream I dreamed. what is that? I WOULD WRITE MANY STORIES FOR MY LIFE, MY HUSBAND (you G! yes amen), MY CHILDREN, MY FAMILY, MY FRIENDS, EVERYONE and also MINE!
ini bukan masalah motivasi, tapi ini masalah keyakinan. ketika ada seseorang yang yakin bahwa kamu bisa. dan ketika dalam diri kita sendiri kita yakin apa yang kita inginkan dan kita bisa. buat apa takut? kita pasti bisa mewujudkannya meskipun ada seribu musuh, meskipun terkadang realita tidak sesuai dengan ekspektasi, meskipun reaksi yang didapatkan merupakan kontradiksi... all you have to do is just KEEP TRYING! there's NO 'give up' in trying!
i swear, i won't forget it! i won't forget you! i won't forget every single thing you've made! and i won't forget those tweets !! hahaha
may Allah SWT bless me bless you bless US, AMEN.
martedì 16 novembre 2010
My Mantra
Bismillahirohmanirohim...
mantra adalah bentuk dari sastra lama. bagian dari puisi yang paling tua. orang mengaitkannya dengan ilmu sihir atau ilmu hitam. tapi bagi sebagian orang mantra menjadi sebuah motivasi. dan terkadang aku memikirkan bagaimana aku bisa 'menyihir' diriku sendiri, tentu dengan mantraku sendiri....
mantra adalah bentuk dari sastra lama. bagian dari puisi yang paling tua. orang mengaitkannya dengan ilmu sihir atau ilmu hitam. tapi bagi sebagian orang mantra menjadi sebuah motivasi. dan terkadang aku memikirkan bagaimana aku bisa 'menyihir' diriku sendiri, tentu dengan mantraku sendiri....
*****
sekedar pengantar, sadaaapp yeee... oke kita kembali kepada kenormalan gue. seharian ini gue melalui hari yaaaannngg panjang.
oke sebenarnya inti ceritanya di sini hehe. gue memilih untuk tidur begitu sampai rumah karena badan gue lemes suara gue semakin sekseeehh dan pilek gue semakin parah *sepiknyeee (sebenernya karena disuruh my partner sama gara-gara kekenyangan hehe). ya dan sekitar 45 menit itu cukup membuat gue sekarang fresh (I FEEL GOOD *oke gue udah mulai ga jelas).
oke sebenarnya inti ceritanya di sini hehe. gue memilih untuk tidur begitu sampai rumah karena badan gue lemes suara gue semakin sekseeehh dan pilek gue semakin parah *sepiknyeee (sebenernya karena disuruh my partner sama gara-gara kekenyangan hehe). ya dan sekitar 45 menit itu cukup membuat gue sekarang fresh (I FEEL GOOD *oke gue udah mulai ga jelas).
****
saya terbiasa bermain dalam gelap, mematikan lampu atau sekedar meredupkannya pada cahaya terendah, membiarkan ruangan mendingin dan terkesan seakan mengkuliti. tidak ada pesan. tidak ada kebisingan. hanya saya dan pikiran saya. mungkin ini saat paling tepat di sore hari untuk belajar. tapi saya ga beranjak sama sekali. hanya memandang pada satu titik lurus di langit-langit kamar saya yang gelap.
terkadang saya mikir kapan saya mau mulai dengan benar. kapan saya mau berusaha. saya punya banyak mimpi. saya punya banyak rencana untuk melakukan banyak hal. bahkan saya bisa saja memulai langkah pertama dan langkah terbaik saya saat itu juga.
namun ketika saya sudah berada pada satu titik bernamanya "NYARIS PUAS" dan "NYARIS YAKIN" ada satu bagian dalam otak saya mendatangkan pikiran baru. dan lagi-lagi IT STUCK IN MY HEAD AND IT'S GOING TO EXPLODE. saya udah pernah bilang mungkin ini semua hanya imajinasi, tapi dia terus-terusan dateng.
hari in
i saya memandang kertas arsip berisikan novel dan tulisan tangan saya yang udah saya buat dengan berpikir, membayangkan, menggambarkan, dan akhirnya menuliskannya. susah... tapi ketika kita tidak tahu di mana alur itu akan dibawa cerita itu berhenti. sama seperti saat ini ketika saya tidak tahu di mana alur akan berjalan karena tidak terencana saya nyaris berhenti...
dan di sinilah sihir bergerak.
pikiran saya adalah sebuah cahaya besar di antara ratusan cahaya di ruangan ini. yang saya tahu kelemahan yang diakibatkan oleh pikiran kita sendiri hanya sebuah ketakutan dan sebuah ilusi. satu hal yang membangkitkan saya kembali untuk menemukan alur yang tersentak itu adalah melihat ke arah cahaya-cahaya kecil lain yg diibaratkan pikiran orang-orang di sekitar saya. hari ini saya bermain cahaya di dalam kamar gelap. menyalakan lampu ponsel dan memainkannya menjadi pendar cahaya di ruangan gelap. dan seperti saya sedang menyenter kata-kata yang beterbangan.
mungkin pengalaman adalah guru terbaik. tapi ketika pengalaman kita yang sekedar cetek dan pikiran kita yang sekedar cetek akhirnya kita harus belajar dari orang lain. yap tx for Kak Fadila Maula's tweet one day ago. karena ya banyak hal baru yang bisa saya pelajarin untuk jadi orang yang lebih maju. pada titik di mana saya seperti "MAMPUS GUE KEABISAN IDE" akhirnya saya mendiamkan diri saya sendiri berusaha mereveal dan mengumpulkan semua ambisi lagi perlahan-lahan.
saya tahu saya bisa jadi orang yang dihargai suatu hari nanti dan tentulah akan lebih bangga jika dengan usaha sendiri. saya ga peduli siapa yang akan memuji saya nanti. saya tahu saya bisa lebih bahagia dari saat ini, meskipun jalannya belum tentu jelas. ada banyak orang di kehidupan saya yang bisa menjadikan saya lebih kuat, bisa dijadikan guru, dan tentu sumber inspirasi. karena itu saya benar-benar ga mau berhenti di sini siapapun apapun yang menghalangi.... seorang PENCERITA tidak akan menghentikan cerita kehidupannya sendiri, kecuali Tuhan berkehendak seperti itu, dan saat itu nafas ini sudah berhenti berhembus dan langkah terbaik sudah dibuat.
langkah saya hari ini: menuliskan 2 kata di arsip novel.
SIAP-SIAP!!
dan itu adalah mantra yang selalu saya ulang, siap-siap saya pasti akan jadi bintang yang paling terang. :)) psst.... i always knew what i have to do after repeated the mantra. Bless me Allah... Amen
terkadang saya mikir kapan saya mau mulai dengan benar. kapan saya mau berusaha. saya punya banyak mimpi. saya punya banyak rencana untuk melakukan banyak hal. bahkan saya bisa saja memulai langkah pertama dan langkah terbaik saya saat itu juga.
namun ketika saya sudah berada pada satu titik bernamanya "NYARIS PUAS" dan "NYARIS YAKIN" ada satu bagian dalam otak saya mendatangkan pikiran baru. dan lagi-lagi IT STUCK IN MY HEAD AND IT'S GOING TO EXPLODE. saya udah pernah bilang mungkin ini semua hanya imajinasi, tapi dia terus-terusan dateng.
hari in
i saya memandang kertas arsip berisikan novel dan tulisan tangan saya yang udah saya buat dengan berpikir, membayangkan, menggambarkan, dan akhirnya menuliskannya. susah... tapi ketika kita tidak tahu di mana alur itu akan dibawa cerita itu berhenti. sama seperti saat ini ketika saya tidak tahu di mana alur akan berjalan karena tidak terencana saya nyaris berhenti...
dan di sinilah sihir bergerak.
pikiran saya adalah sebuah cahaya besar di antara ratusan cahaya di ruangan ini. yang saya tahu kelemahan yang diakibatkan oleh pikiran kita sendiri hanya sebuah ketakutan dan sebuah ilusi. satu hal yang membangkitkan saya kembali untuk menemukan alur yang tersentak itu adalah melihat ke arah cahaya-cahaya kecil lain yg diibaratkan pikiran orang-orang di sekitar saya. hari ini saya bermain cahaya di dalam kamar gelap. menyalakan lampu ponsel dan memainkannya menjadi pendar cahaya di ruangan gelap. dan seperti saya sedang menyenter kata-kata yang beterbangan.
mungkin pengalaman adalah guru terbaik. tapi ketika pengalaman kita yang sekedar cetek dan pikiran kita yang sekedar cetek akhirnya kita harus belajar dari orang lain. yap tx for Kak Fadila Maula's tweet one day ago. karena ya banyak hal baru yang bisa saya pelajarin untuk jadi orang yang lebih maju. pada titik di mana saya seperti "MAMPUS GUE KEABISAN IDE" akhirnya saya mendiamkan diri saya sendiri berusaha mereveal dan mengumpulkan semua ambisi lagi perlahan-lahan.
saya tahu saya bisa jadi orang yang dihargai suatu hari nanti dan tentulah akan lebih bangga jika dengan usaha sendiri. saya ga peduli siapa yang akan memuji saya nanti. saya tahu saya bisa lebih bahagia dari saat ini, meskipun jalannya belum tentu jelas. ada banyak orang di kehidupan saya yang bisa menjadikan saya lebih kuat, bisa dijadikan guru, dan tentu sumber inspirasi. karena itu saya benar-benar ga mau berhenti di sini siapapun apapun yang menghalangi.... seorang PENCERITA tidak akan menghentikan cerita kehidupannya sendiri, kecuali Tuhan berkehendak seperti itu, dan saat itu nafas ini sudah berhenti berhembus dan langkah terbaik sudah dibuat.
langkah saya hari ini: menuliskan 2 kata di arsip novel.
SIAP-SIAP!!
dan itu adalah mantra yang selalu saya ulang, siap-siap saya pasti akan jadi bintang yang paling terang. :)) psst.... i always knew what i have to do after repeated the mantra. Bless me Allah... Amen
sabato 13 novembre 2010
play button
heylaaa...!! hello sunday morning and hello cloudy sky!! and of course hello readers!
something stuck in my head and it's going to explode. i have no idea what is it. but i think it just an imagination. they come and suddenly go. and in unexpected way they come again again then hit me on heart.
i'm feeling like a dreamer. imagine something that may be one day i could reach. my optimism always said "yes you can you can". but somehow, my calculation could be the perfect distraction. well in that situation all i can say just GAME OVER!! I HAVE NO IDEA after that.
my boy said that life is like playing a game. you start it then when you got failed you can restart it. GAME OVER then START. just that! so where's the finish line?
i dunno.
but i know when i push this play button i just can pause it, because WHEN IT STOP... yes the play station is off. the light turn dark. and anything out on my mind.
huaaah.... i don't want to waste my time. SO... ENJOY OUR 'GAME' :))
*aseeek bisa juga gue bikin post beginian hahahaha *grammar ancur? yaudalah haha
something stuck in my head and it's going to explode. i have no idea what is it. but i think it just an imagination. they come and suddenly go. and in unexpected way they come again again then hit me on heart.
i'm feeling like a dreamer. imagine something that may be one day i could reach. my optimism always said "yes you can you can". but somehow, my calculation could be the perfect distraction. well in that situation all i can say just GAME OVER!! I HAVE NO IDEA after that.
my boy said that life is like playing a game. you start it then when you got failed you can restart it. GAME OVER then START. just that! so where's the finish line?
i dunno.
but i know when i push this play button i just can pause it, because WHEN IT STOP... yes the play station is off. the light turn dark. and anything out on my mind.
huaaah.... i don't want to waste my time. SO... ENJOY OUR 'GAME' :))
*aseeek bisa juga gue bikin post beginian hahahaha *grammar ancur? yaudalah haha
venerdì 5 novembre 2010
#Secangkir Teh
(sambungan chapter V)
--------------------------
Aku baru saja menyadari nenek tua yang terlihat teduh itu sedikit menitikkan air mata. Tapi hanya satu titik, tidak lebih, karena akhirnya dia kembali tersenyum menatap cucunya.
"Maafkan ibumu," ujar nenek.
"..."
"Nenek tahu ibumu yang salah. Maka maafkan dia."
"Ibu selingkuh dari ayah, memisahkanku dari dirinya, melarang Kimi dekat dengan kami, dan sama sekali tidak ingin menganggapku anaknya lagi, dan haruskah ku maafkan?"
Nenek terdiam.
"Aku memaafkannya, nek," dengus Kara. "Selalu memaafkannya. Aku hanya tidak habis pikir apa salahku dan salah ayahku?"
"Ini mungkin percakapan yang sedikit emosional. Aku kira aku harus turun tangan ketika ibumu menghubungi beberapa bulan yang lalu."
Kening Kara berkerut dan hal itu terjadi padaku juga. Kara melepaskan tangannya dari genggaman neneknya. Dia bersandar pada kursi dan menghela nafas menatap keluar jendela. Sementara kemacetan dan lampu-lampu mobil mengisi pandangan pada matanya.
Secangkir teh di meja mengepul walaupun aku tahu kini isinya sudah mendingin. Nenek menyeruput teh dalam cangkirnya. Sementara suara bising dan tawa dari para pengunjung kafe lainnya mengisi keheningan di antara nenek dan cucu itu. Aku masih menunggu percakapan selanjutnya.
"Ibumu menghubungi nenek," mulai nenek lagi. "Kamu mungkin tidak percaya. Tapi nenek mengenal ibumu sedari dia masih kecil. Dia memang keras dan berbeda dari anak-anak perempuan nenek lainnya. Dan mungkin paling labil.
"Cinta pertama ibumu mungkin ayahmu. Mereka dekat sejak SMP karena rumah yang berdekatan. Walaupun ibumu sempat berpacaran dengan laki-laki lain, tapi tetap orang yang menghantui hidupnya tetap ayahmu."
"Aku tidak butuh dengar cerita seperti itu, nek. Aku benci romance," tukas Kara.
"Pernahkah kamu berpikir bahwa ibumu masih mencintaimu dan ayahmu?"
Kara menunduk lama sampai akhirnya dia menggeleng. "Jika hal itu benar ada, seharusnya aku tidak seperti ini sekarang."
"Dan pernahkah kamu berpikir bahwa semua kejadian yang terjadi sekarang bukanlah kemauan ibumu?"
Kara kembali menggeleng.
"Ini bukan kemauan ibumu. Jika ini kemauan ibumu, maka aku tidak akan memberikan liontin ini padamu."
Kara mendongak, keningnya kembali berkerut. Dan aku mulai berpikir, ada banyak hal yang tidak terduga terjadi belakangan ini. Dan pernahkah kita melihat bahwa kita berada di dalam sebuah drama hebat.
Karena sesungguhnya cerita ini masih berlanjut dan aku semakin penasaran.
"Maafkan ibumu," ujar nenek.
"..."
"Nenek tahu ibumu yang salah. Maka maafkan dia."
"Ibu selingkuh dari ayah, memisahkanku dari dirinya, melarang Kimi dekat dengan kami, dan sama sekali tidak ingin menganggapku anaknya lagi, dan haruskah ku maafkan?"
Nenek terdiam.
"Aku memaafkannya, nek," dengus Kara. "Selalu memaafkannya. Aku hanya tidak habis pikir apa salahku dan salah ayahku?"
"Ini mungkin percakapan yang sedikit emosional. Aku kira aku harus turun tangan ketika ibumu menghubungi beberapa bulan yang lalu."
Kening Kara berkerut dan hal itu terjadi padaku juga. Kara melepaskan tangannya dari genggaman neneknya. Dia bersandar pada kursi dan menghela nafas menatap keluar jendela. Sementara kemacetan dan lampu-lampu mobil mengisi pandangan pada matanya.
Secangkir teh di meja mengepul walaupun aku tahu kini isinya sudah mendingin. Nenek menyeruput teh dalam cangkirnya. Sementara suara bising dan tawa dari para pengunjung kafe lainnya mengisi keheningan di antara nenek dan cucu itu. Aku masih menunggu percakapan selanjutnya.
"Ibumu menghubungi nenek," mulai nenek lagi. "Kamu mungkin tidak percaya. Tapi nenek mengenal ibumu sedari dia masih kecil. Dia memang keras dan berbeda dari anak-anak perempuan nenek lainnya. Dan mungkin paling labil.
"Cinta pertama ibumu mungkin ayahmu. Mereka dekat sejak SMP karena rumah yang berdekatan. Walaupun ibumu sempat berpacaran dengan laki-laki lain, tapi tetap orang yang menghantui hidupnya tetap ayahmu."
"Aku tidak butuh dengar cerita seperti itu, nek. Aku benci romance," tukas Kara.
"Pernahkah kamu berpikir bahwa ibumu masih mencintaimu dan ayahmu?"
Kara menunduk lama sampai akhirnya dia menggeleng. "Jika hal itu benar ada, seharusnya aku tidak seperti ini sekarang."
"Dan pernahkah kamu berpikir bahwa semua kejadian yang terjadi sekarang bukanlah kemauan ibumu?"
Kara kembali menggeleng.
"Ini bukan kemauan ibumu. Jika ini kemauan ibumu, maka aku tidak akan memberikan liontin ini padamu."
Kara mendongak, keningnya kembali berkerut. Dan aku mulai berpikir, ada banyak hal yang tidak terduga terjadi belakangan ini. Dan pernahkah kita melihat bahwa kita berada di dalam sebuah drama hebat.
Karena sesungguhnya cerita ini masih berlanjut dan aku semakin penasaran.
--------------------------
bersambung...
venerdì 29 ottobre 2010
hello fellas!!
yap akhirnya gue update blog lagi... aduh-aduh maaf ya pasti sekarang udah jarang banget yang buka-buka blog gue cuma buat ngikutin novela #SecangkirTeh ... maaf masalahnya hari-hari gue padat.
ga percaya?
ga percaya?
- setiap Senin, Rabu, Jumat gue bimbel di INTEN dari jam setengah lima sore sampai jam delapan malam.
- setiap Selasa dan Kamis di mana ada hari lowong gue manfaatin buat ngerjain PR dan ngerjain progress TRY OUT *alias ngerjain soal2.
- setiap Sabtu di mana waktunya gue harus istirahat sekarang diisi dengan bantuin nyokap gue di rumah pagi hari (baca: ngabisin sarapan hehe) yah yang pasti hari Sabtu gue juga jarang ada di rumah karena itu satu-satunya waktu lowong gue jadi kadang gue pergi entah bareng Gery atau bareng keluarga gue.
- setiap Minggu harusnya kan gue tepar gitu ya di rumah... ini gue malah harus ngejar ketertinggalan gue terutama tugas (bleeehhh).
sabato 9 ottobre 2010
#Secangkir Teh
(sambungan Chapter V)
----------------------------
Sore berlanjut di tengah keramaian. Asap hangat yang mengepul lewat secangkir teh di antara dua pembicara perlahan menghilang. Teh itu perlahan mendingin seiring berkurang kadarnya pada cangkir. Dan dialog yang kusaksikan berlanjut ketika lampu-lampu jalan bersinar memendar perlahan dan irama musik ballad yang diputar di kafe mengalun.
"Papa sedang tidak ada di Jakarta hari ini. Dia baru kembali minggu depan. Ada tugas di Medan, nek," beritahu Kara.
"Kalau begitu nenek bicara denganmu saja, Kara."
"Baiklah. Aku akan mendengarkan."
"Nenek memang ingin bicara. Tapi ini bukan sesuatu yang harus didengarkan. Ini sesuatu yang harus diterima."
Kara mengerutkan dahi. Sedangkan aku mulai merasa si nenek ini terlalu banyak berteka-teki. Tapi ucapannya barusan bukan lagi sebuah teka-teki ketika dia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. Sebuah kotak kayu berukuran 10x15 cm dan menyerahkannya pada cucunya.
"Apa ini?" tanya Kara tidak berani menyentuh kotak tersebut.
"Sesuatu yang harus kamu terima." Dengan tangan keriputnya ia membuka kotak tersebut. Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas yang pasti itu adalah barang berharga. Karena Kara terlihat sangat terkejut melihatnya.
"Liontin ini milik almarhum Tante Tiara kan, nek?" tanya Kara sedikit takjub.
"Ini milik nenek sebelumnya. Oma tua menurunkan pada nenek. Ini liontin yang turun temurun dimiliki keluarga kita, Kara sayang...," cerita nenek, "sejak Tiara meninggal dua tahun lalu aku mencari-cari siapa yang berhak memiliki liontin ini. Dan seharusnya ibumu yang memilikinya. Tapi..."
"Tapi itu berarti nenek tidak seharusnya memberikan ini padaku. Mama yang harusnya memakainya. Atau mungkin Kimi."
"Benarkan kamu cucu nenek?"
"I-iya."
"Maka kamu masih bagian dari keluarga ini. Meskipun orang tuamu telah bercerai. Nenek ingin memberikan ini padamu."
"Mengapa? Aku merasa tidak pantas dan tidak berhak."
"Sudah cukup melankolismu, Kara," sanggah nenek, "kamu mungkin sudah didepak di hati ibumu. Tapi tidak pernah ada mantan anak. Nenek menyayangimu seperti layaknya seorang ibu menyayangi anaknya." Wanita itu membelai pipi cucunya yang sedikit pucat sambil tersenyum. "Kamu tidak pernah terdepak dari hati nenek. Kamu tetap keluarga. Dan liontin ini pertanda bahwa kamu masih bagian dari keluarga ini."
Mereka saling menatap. Cukup lama. Dan Kara menunduk dia menggenggam tangan neneknya dan menciumnya lama.
"Tentang ibumu..."
"Ya?"
"Ada yang tidak kamu tahu."
"Papa sedang tidak ada di Jakarta hari ini. Dia baru kembali minggu depan. Ada tugas di Medan, nek," beritahu Kara.
"Kalau begitu nenek bicara denganmu saja, Kara."
"Baiklah. Aku akan mendengarkan."
"Nenek memang ingin bicara. Tapi ini bukan sesuatu yang harus didengarkan. Ini sesuatu yang harus diterima."
Kara mengerutkan dahi. Sedangkan aku mulai merasa si nenek ini terlalu banyak berteka-teki. Tapi ucapannya barusan bukan lagi sebuah teka-teki ketika dia mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. Sebuah kotak kayu berukuran 10x15 cm dan menyerahkannya pada cucunya.
"Apa ini?" tanya Kara tidak berani menyentuh kotak tersebut.
"Sesuatu yang harus kamu terima." Dengan tangan keriputnya ia membuka kotak tersebut. Aku tidak dapat melihatnya dengan jelas yang pasti itu adalah barang berharga. Karena Kara terlihat sangat terkejut melihatnya.
"Liontin ini milik almarhum Tante Tiara kan, nek?" tanya Kara sedikit takjub.
"Ini milik nenek sebelumnya. Oma tua menurunkan pada nenek. Ini liontin yang turun temurun dimiliki keluarga kita, Kara sayang...," cerita nenek, "sejak Tiara meninggal dua tahun lalu aku mencari-cari siapa yang berhak memiliki liontin ini. Dan seharusnya ibumu yang memilikinya. Tapi..."
"Tapi itu berarti nenek tidak seharusnya memberikan ini padaku. Mama yang harusnya memakainya. Atau mungkin Kimi."
"Benarkan kamu cucu nenek?"
"I-iya."
"Maka kamu masih bagian dari keluarga ini. Meskipun orang tuamu telah bercerai. Nenek ingin memberikan ini padamu."
"Mengapa? Aku merasa tidak pantas dan tidak berhak."
"Sudah cukup melankolismu, Kara," sanggah nenek, "kamu mungkin sudah didepak di hati ibumu. Tapi tidak pernah ada mantan anak. Nenek menyayangimu seperti layaknya seorang ibu menyayangi anaknya." Wanita itu membelai pipi cucunya yang sedikit pucat sambil tersenyum. "Kamu tidak pernah terdepak dari hati nenek. Kamu tetap keluarga. Dan liontin ini pertanda bahwa kamu masih bagian dari keluarga ini."
Mereka saling menatap. Cukup lama. Dan Kara menunduk dia menggenggam tangan neneknya dan menciumnya lama.
"Tentang ibumu..."
"Ya?"
"Ada yang tidak kamu tahu."
---------------------------
bersambung
venerdì 17 settembre 2010
#Secangkir Teh
(sambungan Chapter V)
-----------------------------
Mereka duduk di meja dengan tulisan RECEIVED tersebut. Kara tersenyum pada ibu yang dipanggilnya nenek tersebut. "Nenek mau minum apa? Aku mau pesan teh."
"Samakan saja. Tidak pakai gula ya ingat!" jawab neneknya.
Kara datang ke arahku. "Kali ini dua. Satu tidak pakai gula!" pesannya padaku dengan suara yang luar biasa riang. Sangat langka menemuinya dengan wajah dan suara seriang itu.
Aku menyiapkan pesanannya sementara Kara membayar di kasir. Aku memperhatikan ibu-ibu tua itu. Matanya teduh menatap keluar jendela kafe. Di luar sana jalanan kembali lumpuh, kendaraan berjejer menikmati kemacetan Jakarta di petang hari. Klakson bersahut-sahutan tidak keruan. Tapi ibu-ibu tua itu tetap menatapnya dengan ketenangan tersendiri.
Aku mengantarkan dua teh tersebut. Ibu itu mengucapkan terimakasih padaku yang kubalas dengan senyum tulus. Matanya biru itu yang aku baru sadar. Pasti pesona masa mudanya terletak dari mata biru tersebut.
"Sejak kapan nenek tiba di Jakarta?" tanya Kara begitu dia duduk di tempatnya.
"Tadi siang. Nenek menginap di hotel bukan di rumah ibumu," jawab ibu tersebut.
"Tapi mama tahu nenek di Jakarta? Nenek sama siapa ke Jakarta? Jogja-Jakarta itu jauh lho, nek."
"Nenek ke sini sendiri naik kereta. Ibumu tidak tahu, nenek ke sini ingin bertemu denganmu dan ayahmu."
"Aku? Sama papa? Tapi kan anak nenek mama."
"Dan kamu cucuku bukan?"
Kara tersenyum tersipu. "Diminum nek tehnya," tawar Kara.
"Samakan saja. Tidak pakai gula ya ingat!" jawab neneknya.
Kara datang ke arahku. "Kali ini dua. Satu tidak pakai gula!" pesannya padaku dengan suara yang luar biasa riang. Sangat langka menemuinya dengan wajah dan suara seriang itu.
Aku menyiapkan pesanannya sementara Kara membayar di kasir. Aku memperhatikan ibu-ibu tua itu. Matanya teduh menatap keluar jendela kafe. Di luar sana jalanan kembali lumpuh, kendaraan berjejer menikmati kemacetan Jakarta di petang hari. Klakson bersahut-sahutan tidak keruan. Tapi ibu-ibu tua itu tetap menatapnya dengan ketenangan tersendiri.
Aku mengantarkan dua teh tersebut. Ibu itu mengucapkan terimakasih padaku yang kubalas dengan senyum tulus. Matanya biru itu yang aku baru sadar. Pasti pesona masa mudanya terletak dari mata biru tersebut.
"Sejak kapan nenek tiba di Jakarta?" tanya Kara begitu dia duduk di tempatnya.
"Tadi siang. Nenek menginap di hotel bukan di rumah ibumu," jawab ibu tersebut.
"Tapi mama tahu nenek di Jakarta? Nenek sama siapa ke Jakarta? Jogja-Jakarta itu jauh lho, nek."
"Nenek ke sini sendiri naik kereta. Ibumu tidak tahu, nenek ke sini ingin bertemu denganmu dan ayahmu."
"Aku? Sama papa? Tapi kan anak nenek mama."
"Dan kamu cucuku bukan?"
Kara tersenyum tersipu. "Diminum nek tehnya," tawar Kara.
-------------------------------
bersambung...
martedì 14 settembre 2010
#Secangkir Teh
CHAPTER V
Hari-hariku cukup fluktuatif belakangan ini. Aku mulai lebih sering pulang cepat ke rumah. Dan kakakku mulai sering marah-marah padaku sambil berteriak, "Konsisten kerja nggak sih??" Ya dan aku hanya bisa menggeleng dan berlalu ke kamar. Kakak bisa saja memecatku. Tapi toh akhirnya memasuki bulan kelima aku bilang padanya aku hanya akan duduk di balik meja bar minuman bersama Lila sembari membantunya dan bersedia tidak diupahi yang penting aku bisa mendengar pembicaraan dari meja yang bertuliskan RECEIVED tersebut.
Aku mengamati frekuensi pertemuan Kara. Sepertinya dia telah menciptakan padaku sebuah bentuk analisa baru. Analisa psikologi. Membaca bagaimana sifat dan pola pikir seseorang itu sangat menarik. Terutama jika sasarannya adalah seseorang seperti Kara. Emosinya naik turun. Dan serangan yang dilakukannya tidak mudah tertebak. Aku mulai berpikir bahwa dia memiliki kepribadian ganda. Tidak hanya dua. Tapi berganda-ganda.
Tapi aku melihat Kara seperti sebuah pensil. Dia diraut dan perlahan dia pun menjadi runcing. Seperti gadis yang selalu kuat dan selalu teguh pendiriannya. Dan sekali pensil itu dipatahkan dia akan memilih untuk tumpul selamanya. Dan anehnya, tak ada satupun yang berusaha merautnya.
Aku menyadari hal tersebut belakangan ini. Beberapa orang silih berganti duduk di hadapannya. Wajahnya lesu dengan bibir pucat pasi. Menatap ke arah manusia yang asik berbicara. Menceritakan pengalaman mereka. Membahas apa yang dosen mereka katakan. Menawarkan produk. Dan terkadang berusaha membuat Kara tersenyum dan tertawa. Tapi gadis itu pasti akan selalu membalas dengan wajah muram dan anggukan atau gelengan, dan jika benar-benar dia ingin menghargai usaha seseorang dia hanya akan tersenyum simpul.
Entah hari ini akan kembali dengan rupa seperti apa. Aku melihat gulungan asap di luar sana. Sebuah taksi berhenti tepat di depan kafe. Dan Kara keluar dari dalamnya. Lebih lesu dari biasanya. Dia akan masuk seorang diri dari pintu itu tadinya, sampai tiba-tiba seorang ibu-ibu tua membantunya masuk. Ibu-ibu itu tersenyum dan aku melihat sepertinya ada sesuatu yang terjadi dari ajang tatap menatap antara Kara dengan ibu tersebut. Karena akhirnya dia memeluk ibu tersebut ketika pintu tertutup di belakangnya.
Mereka berjalan berangkul-angkulan. Dan untuk pertama kalinya aku melihat Kara menangis sambil tersenyum dengan air mata yang melembab pada pipinya yang perlahan menirus.
"Apakabar cantikku?" tanya ibu tersebut. Ya aku memperkirakan wanita itu berusia sekitar enam puluhan. Seharusnya aku menyebutnya nenek bukan ibu.
"Aku baik-baik saja. Nenek apakabar? Sejak kapan tiba di Jakarta?" tanya Kara dengan wajah sumringah.
Nenek? Dari pihak siapa?
Aku mengamati frekuensi pertemuan Kara. Sepertinya dia telah menciptakan padaku sebuah bentuk analisa baru. Analisa psikologi. Membaca bagaimana sifat dan pola pikir seseorang itu sangat menarik. Terutama jika sasarannya adalah seseorang seperti Kara. Emosinya naik turun. Dan serangan yang dilakukannya tidak mudah tertebak. Aku mulai berpikir bahwa dia memiliki kepribadian ganda. Tidak hanya dua. Tapi berganda-ganda.
Tapi aku melihat Kara seperti sebuah pensil. Dia diraut dan perlahan dia pun menjadi runcing. Seperti gadis yang selalu kuat dan selalu teguh pendiriannya. Dan sekali pensil itu dipatahkan dia akan memilih untuk tumpul selamanya. Dan anehnya, tak ada satupun yang berusaha merautnya.
Aku menyadari hal tersebut belakangan ini. Beberapa orang silih berganti duduk di hadapannya. Wajahnya lesu dengan bibir pucat pasi. Menatap ke arah manusia yang asik berbicara. Menceritakan pengalaman mereka. Membahas apa yang dosen mereka katakan. Menawarkan produk. Dan terkadang berusaha membuat Kara tersenyum dan tertawa. Tapi gadis itu pasti akan selalu membalas dengan wajah muram dan anggukan atau gelengan, dan jika benar-benar dia ingin menghargai usaha seseorang dia hanya akan tersenyum simpul.
Entah hari ini akan kembali dengan rupa seperti apa. Aku melihat gulungan asap di luar sana. Sebuah taksi berhenti tepat di depan kafe. Dan Kara keluar dari dalamnya. Lebih lesu dari biasanya. Dia akan masuk seorang diri dari pintu itu tadinya, sampai tiba-tiba seorang ibu-ibu tua membantunya masuk. Ibu-ibu itu tersenyum dan aku melihat sepertinya ada sesuatu yang terjadi dari ajang tatap menatap antara Kara dengan ibu tersebut. Karena akhirnya dia memeluk ibu tersebut ketika pintu tertutup di belakangnya.
Mereka berjalan berangkul-angkulan. Dan untuk pertama kalinya aku melihat Kara menangis sambil tersenyum dengan air mata yang melembab pada pipinya yang perlahan menirus.
"Apakabar cantikku?" tanya ibu tersebut. Ya aku memperkirakan wanita itu berusia sekitar enam puluhan. Seharusnya aku menyebutnya nenek bukan ibu.
"Aku baik-baik saja. Nenek apakabar? Sejak kapan tiba di Jakarta?" tanya Kara dengan wajah sumringah.
Nenek? Dari pihak siapa?
--------------------------------
bersambung...
martedì 7 settembre 2010
#Secangkir Teh
(sambungan Chapter IV)
-------------------------------
Kara menangis dan Galih membiarkannya. Mereka lama terdiam dalam bisu seperti itu. Lila berdiri di sisiku. Menyenggol tubuhku yang terdiam terpaku. "Sssst...," desisku pada Lila.
"Sekarang apa lagi yang tidak kau mengerti?" tanya Galih dengan suaranya yang dalam. Dia seperti kehilangan pesonanya.
"Aku tidak mengerti mengapa harus kau sembunyikan semua itu? Jika kamu tidak menyembunyikan, mungkin saja wanita yang ada di Auckland sana itu aku. Mungkin saja hidupku jauh lebih bahagia dari saat ini. Mungkin saja saat ini aku lebih leluasa menceritakan segala hal. Aku kesepian... Aku butuh seseorang yang mencintaiku," tuntut Kara.
"Aku harus menyembunyikannya, Kara. Di saat ketidakyakinanku datang aku harus menyembunyikannya. Aku harus berpikir dua kali."
"Dan kamu meragu di saat pernikahanmu dengan Alin. Dan mengapa tidak kau sembunyikan?"
Galih menggeleng. "Pernah kita bicara mengenai pilihan? Tidak baiklah. Tapi kita tahu mengenai pilihan. Kita tahu mengenai alasan sebuah pilihan. Dan kita tahu akan sebuah keputusan. Dan aku telah memilih untuk hidup bersama Alin dengan alasan aku mencintainya, aku ingin menjadi suaminya, menjadi ayah dari anak-anaknya, menjadi sumber kebahagiaannya, menjadi inspirasi hidupnya, menjadi jodohnya di dunia yang Tuhan berikan."
"Klise," umpat Kara.
"Ini waktunya kamu mengerti, Kara... Aku kembali demi kamu!"
"Demi memohon maaf ya... Aku memaafkan."
Galih menarik kedua tangan Kara. Menahannya untuk menutup wajahnya sekali lagi. "Oke ini tidak klise. Aku memintamu membuka hatimu. Aku memintamu mengerti. Aku memintamu untuk berhenti mencintaiku. Jahatkah aku? Iya aku jahat. Tapi ada satu sisi yang harus kamu mengerti dari semua ini... Kamu punya pilihan untuk keluar dari keterpurukanmu. Tidak hanya kamu satu-satunya manusia yang paling menderita di muka bumi ini. Ada banyak. Termasuk Alin. Kamu tidak tahu apa-apa soal Alin. Dan kamu tidak berhak meminta aku menceraikannya meskipun kamu sahabatku, adikku, meskipun kamu orang yang pernah aku cintai."
Kara menahan tangisnya. Dia menggeleng.
Galih mendengus. "Kamu kuat Kara. Aku tahu. Mudah bagi lelaki manapun jatuh cinta padamu, dik. Kamu hanya perlu membuka diri. Aku tahu kamu bisa memilih. Tidak ada yang pernah bermaksud menghancurkan hatimu. Karena Tuhan tidak menciptakan satu manusia pun untuk merasa sedih di jalan yang diberikan-Nya. Itu namanya tidak bersyukur."
Kara menarik kedua tangannya dan Galih membiarkannya. Gadis itu bersandar pada kursinya. Menatap Galih entah dengan tatapan apa. Dia kehilangan cahayanya. Cahaya yang pertama kali aku lihat dari dirinya pada kunjungan pertamanya kemari. Kemampuannya mematahkan hati. Dan kini hatinya dipatahkan seseorang.
Mereka terdiam cukup lama. Sampai akhirnya Galih berkata, "Kamu bohong mengatakan tidak ingin hidup tanpa cinta dan tidak ingin menjadi milik siapapun. Yang perlu kamu lakukan hanya tidak mengulang kesalahan orang tuamu. Kamu bukan siapapun. Kamu ya kamu."
"Siapa yang membayarmu untuk mengatakan semua omong kosong itu padaku?"
"Tidak ada."
"Jadi apa tujuanmu?"
"Sudah kukatakan sejak awal aku ingin minta maaf padamu, Kara..."
Kara menarik nafas panjang menggigit bibirnya. Dia terdiam dan memejamkan matanya lalu perlahan mengangguk perlahan. "Kau pulang besok, Galih?" Galih mengangguk. "Aku... titip salam untuk Alin."
"Akan aku sampaikan."
"Dan aku... aku titip salam pada Galih yang kukenal bertahun-tahun yang lalu. Katakan padanya bahwa aku masih mencintainya teramat sangat."
Galih menyeruput espressonya dalam keheningan. Dia menatap Kara sekali lagi. Dia tersenyum meraih kedua tangan Kara dan mengecup keduanya pelan. "Akan aku sampaikan..."
Dia berdiri sementara Kara masih tersandar tak berdaya. "Maafkan aku sekali lagi... Tapi aku harus kembali."
Galih berbalik ketika Kara tidak menanggapinya sama sekali.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Kara. "Jika di dunia jodohmu adalah Alin. Apa di akhirat nanti aku yang menjadi jodohmu? Bisakah kamu tidak menyembunyikannya? Bisakah kamu jujur dan memilih aku?"
Galih terdiam. Dia tidak menoleh, dia hanya bergeming di tempatnya berdiri beberapa saat. Dia hanya menoleh sedikit tanpa isyarat dan berjalan terus tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bahkan kata perpisahan. Dan Kara tidak menangis di tempatnya lagi. Dia hanya terdiam dan menghabiskan tehnya yang sudah mendingin.
Kali ini aku melihatnya kehilangan cinta sejatinya. Yang mungkin tidak akan pernah didapatkannya. Tapi seharusnya dia sadar Tuhan tidak pernah membiarkan umat-Nya sesendiri kemurungan senja. Mungkin saja lain waktu dia kembali bersama semangat baru. Karena waktu terus berputar. Setiap orang punya pilihan. Dan manusia mana pun berhak memilih untuk keluar dari keterpurukannya.
Pasti akan kembali satu hari nanti, di mana jodohmu adalah dia.
"Sekarang apa lagi yang tidak kau mengerti?" tanya Galih dengan suaranya yang dalam. Dia seperti kehilangan pesonanya.
"Aku tidak mengerti mengapa harus kau sembunyikan semua itu? Jika kamu tidak menyembunyikan, mungkin saja wanita yang ada di Auckland sana itu aku. Mungkin saja hidupku jauh lebih bahagia dari saat ini. Mungkin saja saat ini aku lebih leluasa menceritakan segala hal. Aku kesepian... Aku butuh seseorang yang mencintaiku," tuntut Kara.
"Aku harus menyembunyikannya, Kara. Di saat ketidakyakinanku datang aku harus menyembunyikannya. Aku harus berpikir dua kali."
"Dan kamu meragu di saat pernikahanmu dengan Alin. Dan mengapa tidak kau sembunyikan?"
Galih menggeleng. "Pernah kita bicara mengenai pilihan? Tidak baiklah. Tapi kita tahu mengenai pilihan. Kita tahu mengenai alasan sebuah pilihan. Dan kita tahu akan sebuah keputusan. Dan aku telah memilih untuk hidup bersama Alin dengan alasan aku mencintainya, aku ingin menjadi suaminya, menjadi ayah dari anak-anaknya, menjadi sumber kebahagiaannya, menjadi inspirasi hidupnya, menjadi jodohnya di dunia yang Tuhan berikan."
"Klise," umpat Kara.
"Ini waktunya kamu mengerti, Kara... Aku kembali demi kamu!"
"Demi memohon maaf ya... Aku memaafkan."
Galih menarik kedua tangan Kara. Menahannya untuk menutup wajahnya sekali lagi. "Oke ini tidak klise. Aku memintamu membuka hatimu. Aku memintamu mengerti. Aku memintamu untuk berhenti mencintaiku. Jahatkah aku? Iya aku jahat. Tapi ada satu sisi yang harus kamu mengerti dari semua ini... Kamu punya pilihan untuk keluar dari keterpurukanmu. Tidak hanya kamu satu-satunya manusia yang paling menderita di muka bumi ini. Ada banyak. Termasuk Alin. Kamu tidak tahu apa-apa soal Alin. Dan kamu tidak berhak meminta aku menceraikannya meskipun kamu sahabatku, adikku, meskipun kamu orang yang pernah aku cintai."
Kara menahan tangisnya. Dia menggeleng.
Galih mendengus. "Kamu kuat Kara. Aku tahu. Mudah bagi lelaki manapun jatuh cinta padamu, dik. Kamu hanya perlu membuka diri. Aku tahu kamu bisa memilih. Tidak ada yang pernah bermaksud menghancurkan hatimu. Karena Tuhan tidak menciptakan satu manusia pun untuk merasa sedih di jalan yang diberikan-Nya. Itu namanya tidak bersyukur."
Kara menarik kedua tangannya dan Galih membiarkannya. Gadis itu bersandar pada kursinya. Menatap Galih entah dengan tatapan apa. Dia kehilangan cahayanya. Cahaya yang pertama kali aku lihat dari dirinya pada kunjungan pertamanya kemari. Kemampuannya mematahkan hati. Dan kini hatinya dipatahkan seseorang.
Mereka terdiam cukup lama. Sampai akhirnya Galih berkata, "Kamu bohong mengatakan tidak ingin hidup tanpa cinta dan tidak ingin menjadi milik siapapun. Yang perlu kamu lakukan hanya tidak mengulang kesalahan orang tuamu. Kamu bukan siapapun. Kamu ya kamu."
"Siapa yang membayarmu untuk mengatakan semua omong kosong itu padaku?"
"Tidak ada."
"Jadi apa tujuanmu?"
"Sudah kukatakan sejak awal aku ingin minta maaf padamu, Kara..."
Kara menarik nafas panjang menggigit bibirnya. Dia terdiam dan memejamkan matanya lalu perlahan mengangguk perlahan. "Kau pulang besok, Galih?" Galih mengangguk. "Aku... titip salam untuk Alin."
"Akan aku sampaikan."
"Dan aku... aku titip salam pada Galih yang kukenal bertahun-tahun yang lalu. Katakan padanya bahwa aku masih mencintainya teramat sangat."
Galih menyeruput espressonya dalam keheningan. Dia menatap Kara sekali lagi. Dia tersenyum meraih kedua tangan Kara dan mengecup keduanya pelan. "Akan aku sampaikan..."
Dia berdiri sementara Kara masih tersandar tak berdaya. "Maafkan aku sekali lagi... Tapi aku harus kembali."
Galih berbalik ketika Kara tidak menanggapinya sama sekali.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Kara. "Jika di dunia jodohmu adalah Alin. Apa di akhirat nanti aku yang menjadi jodohmu? Bisakah kamu tidak menyembunyikannya? Bisakah kamu jujur dan memilih aku?"
Galih terdiam. Dia tidak menoleh, dia hanya bergeming di tempatnya berdiri beberapa saat. Dia hanya menoleh sedikit tanpa isyarat dan berjalan terus tanpa mengucapkan sepatah katapun. Bahkan kata perpisahan. Dan Kara tidak menangis di tempatnya lagi. Dia hanya terdiam dan menghabiskan tehnya yang sudah mendingin.
Kali ini aku melihatnya kehilangan cinta sejatinya. Yang mungkin tidak akan pernah didapatkannya. Tapi seharusnya dia sadar Tuhan tidak pernah membiarkan umat-Nya sesendiri kemurungan senja. Mungkin saja lain waktu dia kembali bersama semangat baru. Karena waktu terus berputar. Setiap orang punya pilihan. Dan manusia mana pun berhak memilih untuk keluar dari keterpurukannya.
Pasti akan kembali satu hari nanti, di mana jodohmu adalah dia.
-------------------------------
bersambung...
lunedì 6 settembre 2010
#Secangkir Teh
(sambungan chapter IV)
--------------------------------
Aku berpura-pura menyibukkan diriku dengan mengelap meja bar, ketika kakakku memperhatikanku sembari geleng-geleng kepala. Dia sudah mulai tahu kebiasaanku datang untuk menguping pembicaraan dari meja salah satu pelanggannya. Ya tapi tetap telingaku terpasang untuk mendengarkan.
"Apa?" ulang Kara sekali lagi. Dia mulai terlihat putus asa memandang Galih.
Galih menarik nafas panjang. Membuangnya perlahan dan mencari posisi ternyaman di kursinya. "Aku bersikeras untuk mengatakan ini padamu sejak dahulu, Kara."
"Apa? Kenapa tidak langsung saja pada intinya?"
"Maaf," sambar Galih singkat. Mereka terdiam saling menatap. "Aku ingin mengucapkan maaf."
"..."
"A-aku ingin minta maaf padamu sejak dahulu," mulai Galih kali ini aku melihatnya sedikit malu. Dia menundukkan kepala dan tidak berani memandang Kara. "Sejak aku menemukan Alin aku ingin minta maaf padamu atas kebodohanku dan atas kesalahanku padamu."
"Aku tidak mengerti."
"Boleh aku bercerita sedikit? Entah mungkin ini akan membuat kamu muak, tetapi ini akan membuat kamu mengerti." Dia berhenti sejenak memandang Kara, mencoba menebak apa yang dipikirkan gadis itu lewat matanya. Kemudian dia menunduk lagi dan mulai bercerita.
"Aku membohongi diriku sendiri, Kara. Aku menyembunyikan ini bertahun-tahun. Aku mempunyai seorang teman kecil yang usia lebih muda dariku. Dia tetanggaku, teman bermainku. Seorang gadis kecil yang suka naik sepeda merah setiap sore. Yang ketika ulang tahunku ke-13 menghadiahiku sepatu. Yang pernah jatuh dari pohon jambu saat bersikeras menunjukkan bahwa dia bisa mengambil sebuah layang-layang. Dan seseorang yang pernah nyaris membatalkan pernikahanku dengan Alin dengan masuk rumah sakit gara-gara pingsan sesaat sebelum ijab kabul."
Kara mematung di tempatnya. Garis-garis wajahnya mengeras.
"Aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu, Kara. Aku mencintaimu sejak aku berusia tiga belas tahun dan kau sepuluh tahun. Sejak kamu menghadiahkanku sepatu, sejak kau jatuh dari pohon jambu hingga saat aku mengira bahwa aku salah mencintai Alin. Ya mungkin saja aku salah aku membodohi diriku sendiri. Bertahun-tahun aku menikah dengan Alin. Aku merasa... sangat-sangat tidak tenang dan berdosa."
Aku menangkap gerak-gerik dari tubuh Kara. Tangannya bergerak menggapai jemari Galih yang mengepal. Dia mengelusnya perlahan.
"Aku berpikir untuk menyembunyikan semuanya. Semuanya dalam-dalam, rapat-rapat karena aku tidak berani. Dan aku bertemu Alin. Seseorang yang menaruh lebih banyak perhatian untukku di saat-saat aku memberi banyak perhatian padamu. Seseorang yang dengan lapang dada mendukungku untuk menyemangatimu saat orang tuamu bercerai. Ya dan perlahan aku mencintainya. Tapi seakan-akan nama Kara tidak pernah hilang. Ya dan singkat... aku tetap mencintaimu di sini. Dan aku masih saja terus berkilah.
"Aku kembali kali ini, Kara. Aku ingin minta maaf. Aku harap setelah hari ini semua selesai. Aku menjadi lebih tenang dan kau pun menjadi tenang. Aku minta maaf telah membohongimu... dan..."
"Berikan aku ruang aku mohon, Galih. Berikan aku satu kesempatan. Berikan aku..."
"Aku pria beristri dan memiliki seorang anak."
"Aku tidak peduli!!!" isak Kara, kini tangannya menggenggam Galih erat.
"Tapi aku peduli! Aku peduli pada Alin! Aku peduli pada anakku. Aku peduli pada bayi yang dikandung Alin. Dan aku mencintai mereka semua."
"Dan apa kau mencintaiku?"
Mereka terdiam. Terengah-engah oleh nafas mereka sendiri yang sesak bercampur perasaan.
"Jangan membuat semua ini terasa seperti sinetron, Kara," ujar Galih. "Aku mengajarkanmu untuk realistiskan? Dan aku mengajarimu untuk dapat memilih. Maka aku telah memilih. Aku telah menikah dengan Alin. Dan atas dasar apapun, aku adalah miliknya. Aku tidak berhak mencintai wanita lain. Selain ibuku dan dia." Galih berhenti sejenak. "Tidak terkecuali seseorang yang pernah aku cintai juga."
Kara terguncang. Tapi seperti ingin tabah dan menyembunyikan perasaan sedihnya, dia tertawa. Dia memaksa dirinya tertawa. Melepas genggamannya dan menutupi wajahnya. Masih dengan suara tawanya yang terdengar dipaksakan dan perlahan berubah menjadi tangisan.
"Ini intinya... aku meminta maaf," ulang Galih pasrah.
"Apa?" ulang Kara sekali lagi. Dia mulai terlihat putus asa memandang Galih.
Galih menarik nafas panjang. Membuangnya perlahan dan mencari posisi ternyaman di kursinya. "Aku bersikeras untuk mengatakan ini padamu sejak dahulu, Kara."
"Apa? Kenapa tidak langsung saja pada intinya?"
"Maaf," sambar Galih singkat. Mereka terdiam saling menatap. "Aku ingin mengucapkan maaf."
"..."
"A-aku ingin minta maaf padamu sejak dahulu," mulai Galih kali ini aku melihatnya sedikit malu. Dia menundukkan kepala dan tidak berani memandang Kara. "Sejak aku menemukan Alin aku ingin minta maaf padamu atas kebodohanku dan atas kesalahanku padamu."
"Aku tidak mengerti."
"Boleh aku bercerita sedikit? Entah mungkin ini akan membuat kamu muak, tetapi ini akan membuat kamu mengerti." Dia berhenti sejenak memandang Kara, mencoba menebak apa yang dipikirkan gadis itu lewat matanya. Kemudian dia menunduk lagi dan mulai bercerita.
"Aku membohongi diriku sendiri, Kara. Aku menyembunyikan ini bertahun-tahun. Aku mempunyai seorang teman kecil yang usia lebih muda dariku. Dia tetanggaku, teman bermainku. Seorang gadis kecil yang suka naik sepeda merah setiap sore. Yang ketika ulang tahunku ke-13 menghadiahiku sepatu. Yang pernah jatuh dari pohon jambu saat bersikeras menunjukkan bahwa dia bisa mengambil sebuah layang-layang. Dan seseorang yang pernah nyaris membatalkan pernikahanku dengan Alin dengan masuk rumah sakit gara-gara pingsan sesaat sebelum ijab kabul."
Kara mematung di tempatnya. Garis-garis wajahnya mengeras.
"Aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu, Kara. Aku mencintaimu sejak aku berusia tiga belas tahun dan kau sepuluh tahun. Sejak kamu menghadiahkanku sepatu, sejak kau jatuh dari pohon jambu hingga saat aku mengira bahwa aku salah mencintai Alin. Ya mungkin saja aku salah aku membodohi diriku sendiri. Bertahun-tahun aku menikah dengan Alin. Aku merasa... sangat-sangat tidak tenang dan berdosa."
Aku menangkap gerak-gerik dari tubuh Kara. Tangannya bergerak menggapai jemari Galih yang mengepal. Dia mengelusnya perlahan.
"Aku berpikir untuk menyembunyikan semuanya. Semuanya dalam-dalam, rapat-rapat karena aku tidak berani. Dan aku bertemu Alin. Seseorang yang menaruh lebih banyak perhatian untukku di saat-saat aku memberi banyak perhatian padamu. Seseorang yang dengan lapang dada mendukungku untuk menyemangatimu saat orang tuamu bercerai. Ya dan perlahan aku mencintainya. Tapi seakan-akan nama Kara tidak pernah hilang. Ya dan singkat... aku tetap mencintaimu di sini. Dan aku masih saja terus berkilah.
"Aku kembali kali ini, Kara. Aku ingin minta maaf. Aku harap setelah hari ini semua selesai. Aku menjadi lebih tenang dan kau pun menjadi tenang. Aku minta maaf telah membohongimu... dan..."
"Berikan aku ruang aku mohon, Galih. Berikan aku satu kesempatan. Berikan aku..."
"Aku pria beristri dan memiliki seorang anak."
"Aku tidak peduli!!!" isak Kara, kini tangannya menggenggam Galih erat.
"Tapi aku peduli! Aku peduli pada Alin! Aku peduli pada anakku. Aku peduli pada bayi yang dikandung Alin. Dan aku mencintai mereka semua."
"Dan apa kau mencintaiku?"
Mereka terdiam. Terengah-engah oleh nafas mereka sendiri yang sesak bercampur perasaan.
"Jangan membuat semua ini terasa seperti sinetron, Kara," ujar Galih. "Aku mengajarkanmu untuk realistiskan? Dan aku mengajarimu untuk dapat memilih. Maka aku telah memilih. Aku telah menikah dengan Alin. Dan atas dasar apapun, aku adalah miliknya. Aku tidak berhak mencintai wanita lain. Selain ibuku dan dia." Galih berhenti sejenak. "Tidak terkecuali seseorang yang pernah aku cintai juga."
Kara terguncang. Tapi seperti ingin tabah dan menyembunyikan perasaan sedihnya, dia tertawa. Dia memaksa dirinya tertawa. Melepas genggamannya dan menutupi wajahnya. Masih dengan suara tawanya yang terdengar dipaksakan dan perlahan berubah menjadi tangisan.
"Ini intinya... aku meminta maaf," ulang Galih pasrah.
--------------------------
bersambung...
venerdì 3 settembre 2010
love needs money
haha judul ini post ga banget ya? ah jangan gitu... ini bukan lirik lagu CinLau yang tiap hari diputer di KFC. Post kali ini gue mau ngomongin soal DUIT. karena prinsip gue semua hal itu "Do It With DUIT". ya seenggaknya buat memenuhi kebutuhan kita butuh duit. Biarpun banyak hal yang ga bisa dibeli dengan duit. (sejujurnya gue emang lagi gada kerjaan di sabtu pagi ini jadi ya ini gue iseng bikin beginian haha)
ngaku deh lo butuh tips untuk menangani masalah keuangan kan? NAH GUE, SEBAGAI SEORANG FINANCIAL ADVISOR yang baik (sepiknyeee) akan memberikan lo tips. Mungkin kali ini dari segi gaya berpacaran dulu ya.
mari kita namakan metode penghematan ini dengan istilah:
jangan terburu-buru menjudge bahwa hal ini sangat ga banget, jangan mikir lo bakal gue kasih tips buat malam mingguan di Jembatan Cinta, di deket waduk, atau di Jembatan Penyebrangan Kampung Melayu. gaaa!!! Yang gue maksud kere di sini adalah lo akan meminimumkan pengeluaran lo dan berusaha memfleksibelkan pendapatan lo untuk membiayai segala bidang. (esesesese sepiknyeee) tapi ga salah kan buat dicoba.
masalah pertama orang pacaran adalah KOMUNIKASI. coba kaitkan komunikasi dengan isi dompet? Ya tepat! PULSA. Karena ketika kita pacaran lo bakalan lebih sering SMS sekedar nanya, "kamu lagi apa?" atau "kangeeennn nih" atau bahkan "yang bales dong sms akuuu" dan itu membutuhkan pulsa yang teramat banyak. apalagi kalau Anda dengan pasangan Anda adalah tipikal erat yang tak bisa terpisahkan dan tak mampu terpisah jarak ruang dan waktu, jadi harus terus-terusan berhubungan nyerocos. belum lagi setiap malem lo bakal OTP-an (teleponan) sampai kuping merah. Dan hebatnya untuk menghemat itu semua lo rela-relaan bangun jam 12 malem demi tarif telepon murah. Kalo gue jadi lo mending gue sholat tahajud aja jam segitu. oke sip! tips dari gue adalah:
Memang ada istilah "uangku uangmu juga" atau "uang suami uang istri juga, tapi uang istri belum tentu uang suami". Ada baiknya kalau kita punya perencanaan keuangan bersama. kayak temen gue si Devi sama Naufal mereka kalau lagi jalan bayarnya ganti-gantian dan mereka punya tabungan bersama. Atau kayak gue, kalau mampu traktiran, kalau ga mampu ya sendiri-sendiri.
Segala hal itu bisa diatur kok. Gue cuma ngasih saran. Aplikasinya bisa kalian sendiri yang menginovasikannya. Yaaaa selesai deh keisengan saya hehe... Semoga dapat menjadi sesuatu yang berguna ya...!
ngaku deh lo butuh tips untuk menangani masalah keuangan kan? NAH GUE, SEBAGAI SEORANG FINANCIAL ADVISOR yang baik (sepiknyeee) akan memberikan lo tips. Mungkin kali ini dari segi gaya berpacaran dulu ya.
mari kita namakan metode penghematan ini dengan istilah:
"PARKER"
(Pacaran Kere)
(Pacaran Kere)
jangan terburu-buru menjudge bahwa hal ini sangat ga banget, jangan mikir lo bakal gue kasih tips buat malam mingguan di Jembatan Cinta, di deket waduk, atau di Jembatan Penyebrangan Kampung Melayu. gaaa!!! Yang gue maksud kere di sini adalah lo akan meminimumkan pengeluaran lo dan berusaha memfleksibelkan pendapatan lo untuk membiayai segala bidang. (esesesese sepiknyeee) tapi ga salah kan buat dicoba.
masalah pertama orang pacaran adalah KOMUNIKASI. coba kaitkan komunikasi dengan isi dompet? Ya tepat! PULSA. Karena ketika kita pacaran lo bakalan lebih sering SMS sekedar nanya, "kamu lagi apa?" atau "kangeeennn nih" atau bahkan "yang bales dong sms akuuu" dan itu membutuhkan pulsa yang teramat banyak. apalagi kalau Anda dengan pasangan Anda adalah tipikal erat yang tak bisa terpisahkan dan tak mampu terpisah jarak ruang dan waktu, jadi harus terus-terusan berhubungan nyerocos. belum lagi setiap malem lo bakal OTP-an (teleponan) sampai kuping merah. Dan hebatnya untuk menghemat itu semua lo rela-relaan bangun jam 12 malem demi tarif telepon murah. Kalo gue jadi lo mending gue sholat tahajud aja jam segitu. oke sip! tips dari gue adalah:
- cara tradisional SURAT-SURATAN
- cara ribet lo cari provider yang menyediakan segala kemurahan dan kemudahan dalam telepon dan SMS setiap saat yang membuat lo ga harus beli pulsa tiap hari, banyak kok provider yang promonya kayak gitu. tapi resikonya biasanya lo bakal lebih sering gonta-ganti nomor hape. BT! (curcol: dulu gue sama pacar gue bisa keluar 7rb bahkan ampe 14rb per hari pun pernah)
- cara modern dengan modal kurang lebih 2jt BELI SMARTPHONE yang punya aplikasi Messenger dan langganan biaya yang bisa diaktifin ketika lo beli pulsa. Ya tahulah yang gue maksud. Jadi kalo lo aktif internetan juga, pulsa lo ga bakalan abis buat itu semua. lo sama pacar lo bisa messenger-an sesuka jiwa yang biayanya udah ditanggung sama langganan dan ga perlu abisin pulsa SMS. kalau emang lo mampu lo beli lagi pulsa sekitar 10rb kalau emang ngotot masih kepengen telpon2an. (curcol: gue ga pernah nambah pulsa 10rb lagi, langganan paket mingguan dengan provider gue tercinta yang udah gue pake dari jaman SD cukup mengeluarkan kocek 26rb-33rb gue mampu bertahan selama seminggu lebih. dulu sih 44rb per minggu)
- cara tradisional ngapelin pacar ke rumahnya aja, menang ongkos jalan sama lo beli martabak atau sate buat nyogok keluarganya. kalau punya motor atau mobil mungkin akan sangat lebih hemat lagi.
- paket hemat, ajak pacar nonton bioskop ga usah ngarep yang mahal-mahal dan gaya kayak di XXI atau blitz (meskipun sekali-kali perlu) cari bioskop yang harganya masih 25rb paling mahal pas weekend pun masih bisa kan. pulangnya makan deh di McD atau restoran pinggir jalan. saat-saat kayak gitu justru saat-saat yang paling romantis.
- pacaran murah keliling kota. bisa dipilih Kota Jakarta dengan bus Transjakartanya, Kota Bogor dengan kenikmatan naik keretanya, Kota Bandung dan keinginan membara lo untuk wisata kuliner enak dan murah, Kota Yogyakarta dll
- catatan : PENTING UNTUK KITA MEMBUDGETKAN! (curcol: kalau gue sama Gery biasanya harus mampu dengan duit maksimal 100rb untuk satu kali sebulan jalan)
- tunjukkan kalo lo memang punya skill untuk menjadi manusia yang PRODUKTIF. dengan bakat yang lo punya lo bisa menambah penghasilan lo dengan berbisnis atau paling banter lo punya kerjaan tetap. reputasi lo di dunia kerja dapat membuat orang tua pasangan lo ngerasa bangga sendiri. atau mungkin lo bisa membangun sebuah bisnis bersama kekasih lo. tapi ingat ya... hubungan bisnis dengan hubungan pacaran itu berbeda. kalian seperti membangun sebuah rumah tangga baru lagi. yang harus kalian urus ada macem-macem. perlu perencanaan, target jangka panjang dan jangka pendek, tiap hari bakalan sibuk dengan mikirin strategi bisnis, modal besar yang berkelanjutan, dll.
Memang ada istilah "uangku uangmu juga" atau "uang suami uang istri juga, tapi uang istri belum tentu uang suami". Ada baiknya kalau kita punya perencanaan keuangan bersama. kayak temen gue si Devi sama Naufal mereka kalau lagi jalan bayarnya ganti-gantian dan mereka punya tabungan bersama. Atau kayak gue, kalau mampu traktiran, kalau ga mampu ya sendiri-sendiri.
Segala hal itu bisa diatur kok. Gue cuma ngasih saran. Aplikasinya bisa kalian sendiri yang menginovasikannya. Yaaaa selesai deh keisengan saya hehe... Semoga dapat menjadi sesuatu yang berguna ya...!
salam tempel!!
giovedì 2 settembre 2010
#Secangkir Teh
(sambungan Chapter IV)
--------------------------
Kara terguncang di tempatnya sendiri. Dia memilih menunduk dengan bahu yang gemetar menahan tangisnya yang akan meledak. Sedangkan Galih duduk lebih tegak, sedikit terkejut. Matanya menatap dengan gelisah pada gadis yang terguncang di depannya tersebut.
"Aku tidak bisa makan ketika kamu mengabari sudah ada di Jakarta. Sudah lebih dari lima tahun kita tidak bertemu. Sejak kamu menikah dan memutuskan untuk pindah ke Auckland bersamanya. Dipikiranku terlalu banyak kenangan. Kenangan yang selama ini membuat aku ingin jauh," jelas Kara. "Kamu mungkin menganggapku adik. Tapi hingga saat ini aku masih menganggapmu lebih."
Galih masih terdiam di tempatnya. Aku melihat ponselnya bergetar di meja, tetapi dia tetap fokus menatap Kara. Mungkinkah ini alter ego dari gadis ini? Sudah terlalu banyak alter ego yang aku lihat darinya.
"Aku memilih untuk tidak makan. Benar. Aku memilih untuk jatuh saja pingsan di hadapanmu. Atau saat aku sedang berjalan jauh ke sini. Mungkin saat itu orang-orang rumah sakit akan menghubungi ayahku, dan aku sudah berpesan pada ayahku agar menghubungimu. Semua sudah dirancang. Yaaaaahhh dan ternyata ketika kamu ada di sini aku tidak pingsan sama sekali. Aku hanya berusaha untuk terlihat sakit, seperti dulu. Ketika pernikahan kalian nyaris batal karena aku," lanjut Kara.
Aku nyaris tidak bisa berpikir. Aku pernah mendengar bahwa Kara memilih untuk tidak mencintai. Menjauhi cinta. Bahkan seperti tidak ingin menjadi milik lelaki manapun. Namun hari ini aku melihat dia seperti memohon belas kasihan dan cinta dari seorang laki-laki yang telah beristri.
"Aku tahu meminta seseorang yang telah beristri untuk mencintai diriku itu salah. Aku tahu menjadi penghancur rumah tangga orang itu juga salah. Aku tahu aku tahu bahkan aku tahu rasa sakitnya sebuah keluarga yang bercerai. Tapi aku bahkan tidak dapat menyangkal perasaanku sendiri. Di sini rasanya sakit, Galih." Kali ini air matanya benar-benar jatuh, tapi dia belum berani menengadah.
"Ka... Kara..."
"Saat kau bertemu Alin semua waktumu habis buat dia. Aku cemburu hingga ingin membunuhnya. Dia menganggapku seperti seorang anak perempuan manis yang tinggal di rumah sebelah. Ya, aku memang hanya tetanggamu. Tapi lebih dari itu aku mencintaimu. Dan tahukah ketika aku memilih untuk hidup tanpa cinta karena sakit hati ini? Aku nyaris mati rasa dan rasanya menyiksa."
"Realistis, Kara..."
"Apa?!!!" potong Kara. "Aku terlalu realistis, Galih. Aku seperti gadis yang diberi harapan dan diberi sesuatu yang berharga, lalu diinjak, dan dibuang, dihempaskan lalu dilupakan. Dan pikirku semua lelaki sama, kecuali ayahku. Tapi aku tetap menunggumu, Galih. Menunggumu seakan kau akan menceraikan Alin, seakan suatu hari kamu akan kembali menjemputku, atau sekedar menjadikanku selir hatimu. Dan ketika kamu pulang ke Jakarta aku seperti ingin mendengar kata-kata itu keluar dari mulutmu."
"Tapi aku sadar itu semua tidak akan pernah terjadi...," dengus Kara. "Aku tidak ingin ada satupun rumah tangga yang kukenal lebur seperti rumah tangga ayah dan ibuku."
Galih mendekatkan tubuhnya ke arah Kara yang kini menangis dengan tangan menutupi wajahnya yang menunduk. Perlahan tangannya mengapai helaian rambut panjang Kara. Mengelusnya pelan di bagian atas kepalanya.
"Setiap orang berkata untuk maju, mengapa tidak maju?" tanya Galih.
Kara hanya menangis.
"Aku tahu itu pilihanmu. Tapi menunggu aku bukanlah pilihan yang tepat. Meninggalkan cinta juga bukan pilihan yang tepat. Satu-satunya yang membuat dirimu terpuruk sampai saat ini adalah karena kamu memilih untuk membiarkan cahayamu redup. Digerogoti rasa sakitmu sendiri dan alasanmu untuk tetap berada di garis yang sama bertahun-tahun.
"Mungkin setelah pertemuan kita hari ini kamu pun akan tetap seperti itu. Setiap orang ditakdirkan memiliki pasangannya masing-masing. Alin seperti permata bagiku, dia segalanya bagiku, dia ibu dari anak-anakku, dia pilihan Tuhan bagiku...aku tahu itu. Aku mencintainya dari dulu aku tahu itu. Dan aku tahu setiap hal kecil juga yang kau lakukan untukku Kara. Kamu seperti bintang kecil yang menghiburku di setiap malam aku mengalami kesedihan, sumber semangatku ketika aku merasa redup, dan temanku adik kecilku."
Tahu apa? Aku merasa itu puisi yang memang sudah dibuatnya sejak dulu. Namun ketika mendengarnya, rasanya dia memang menggambarkan perasaan yang sebenarnya dengan perumpamaan yang tepat.
"Kau tahu mengapa aku ingin bertemu denganmu, Kara? Aku ingin bicara... Dan sedari tadi kita belum memulai pembicaraan inti kita. Bisakah aku mulai sekarang?"
Kara membuka wajahnya. Dia mengangguk. "Jadi apa?"
"Aku tidak bisa makan ketika kamu mengabari sudah ada di Jakarta. Sudah lebih dari lima tahun kita tidak bertemu. Sejak kamu menikah dan memutuskan untuk pindah ke Auckland bersamanya. Dipikiranku terlalu banyak kenangan. Kenangan yang selama ini membuat aku ingin jauh," jelas Kara. "Kamu mungkin menganggapku adik. Tapi hingga saat ini aku masih menganggapmu lebih."
Galih masih terdiam di tempatnya. Aku melihat ponselnya bergetar di meja, tetapi dia tetap fokus menatap Kara. Mungkinkah ini alter ego dari gadis ini? Sudah terlalu banyak alter ego yang aku lihat darinya.
"Aku memilih untuk tidak makan. Benar. Aku memilih untuk jatuh saja pingsan di hadapanmu. Atau saat aku sedang berjalan jauh ke sini. Mungkin saat itu orang-orang rumah sakit akan menghubungi ayahku, dan aku sudah berpesan pada ayahku agar menghubungimu. Semua sudah dirancang. Yaaaaahhh dan ternyata ketika kamu ada di sini aku tidak pingsan sama sekali. Aku hanya berusaha untuk terlihat sakit, seperti dulu. Ketika pernikahan kalian nyaris batal karena aku," lanjut Kara.
Aku nyaris tidak bisa berpikir. Aku pernah mendengar bahwa Kara memilih untuk tidak mencintai. Menjauhi cinta. Bahkan seperti tidak ingin menjadi milik lelaki manapun. Namun hari ini aku melihat dia seperti memohon belas kasihan dan cinta dari seorang laki-laki yang telah beristri.
"Aku tahu meminta seseorang yang telah beristri untuk mencintai diriku itu salah. Aku tahu menjadi penghancur rumah tangga orang itu juga salah. Aku tahu aku tahu bahkan aku tahu rasa sakitnya sebuah keluarga yang bercerai. Tapi aku bahkan tidak dapat menyangkal perasaanku sendiri. Di sini rasanya sakit, Galih." Kali ini air matanya benar-benar jatuh, tapi dia belum berani menengadah.
"Ka... Kara..."
"Saat kau bertemu Alin semua waktumu habis buat dia. Aku cemburu hingga ingin membunuhnya. Dia menganggapku seperti seorang anak perempuan manis yang tinggal di rumah sebelah. Ya, aku memang hanya tetanggamu. Tapi lebih dari itu aku mencintaimu. Dan tahukah ketika aku memilih untuk hidup tanpa cinta karena sakit hati ini? Aku nyaris mati rasa dan rasanya menyiksa."
"Realistis, Kara..."
"Apa?!!!" potong Kara. "Aku terlalu realistis, Galih. Aku seperti gadis yang diberi harapan dan diberi sesuatu yang berharga, lalu diinjak, dan dibuang, dihempaskan lalu dilupakan. Dan pikirku semua lelaki sama, kecuali ayahku. Tapi aku tetap menunggumu, Galih. Menunggumu seakan kau akan menceraikan Alin, seakan suatu hari kamu akan kembali menjemputku, atau sekedar menjadikanku selir hatimu. Dan ketika kamu pulang ke Jakarta aku seperti ingin mendengar kata-kata itu keluar dari mulutmu."
"Tapi aku sadar itu semua tidak akan pernah terjadi...," dengus Kara. "Aku tidak ingin ada satupun rumah tangga yang kukenal lebur seperti rumah tangga ayah dan ibuku."
Galih mendekatkan tubuhnya ke arah Kara yang kini menangis dengan tangan menutupi wajahnya yang menunduk. Perlahan tangannya mengapai helaian rambut panjang Kara. Mengelusnya pelan di bagian atas kepalanya.
"Setiap orang berkata untuk maju, mengapa tidak maju?" tanya Galih.
Kara hanya menangis.
"Aku tahu itu pilihanmu. Tapi menunggu aku bukanlah pilihan yang tepat. Meninggalkan cinta juga bukan pilihan yang tepat. Satu-satunya yang membuat dirimu terpuruk sampai saat ini adalah karena kamu memilih untuk membiarkan cahayamu redup. Digerogoti rasa sakitmu sendiri dan alasanmu untuk tetap berada di garis yang sama bertahun-tahun.
"Mungkin setelah pertemuan kita hari ini kamu pun akan tetap seperti itu. Setiap orang ditakdirkan memiliki pasangannya masing-masing. Alin seperti permata bagiku, dia segalanya bagiku, dia ibu dari anak-anakku, dia pilihan Tuhan bagiku...aku tahu itu. Aku mencintainya dari dulu aku tahu itu. Dan aku tahu setiap hal kecil juga yang kau lakukan untukku Kara. Kamu seperti bintang kecil yang menghiburku di setiap malam aku mengalami kesedihan, sumber semangatku ketika aku merasa redup, dan temanku adik kecilku."
Tahu apa? Aku merasa itu puisi yang memang sudah dibuatnya sejak dulu. Namun ketika mendengarnya, rasanya dia memang menggambarkan perasaan yang sebenarnya dengan perumpamaan yang tepat.
"Kau tahu mengapa aku ingin bertemu denganmu, Kara? Aku ingin bicara... Dan sedari tadi kita belum memulai pembicaraan inti kita. Bisakah aku mulai sekarang?"
Kara membuka wajahnya. Dia mengangguk. "Jadi apa?"
---------------------------------
bersambung...
Iscriviti a:
Post (Atom)