venerdì 5 novembre 2010

#Secangkir Teh

(sambungan chapter V)
--------------------------
Aku baru saja menyadari nenek tua yang terlihat teduh itu sedikit menitikkan air mata. Tapi hanya satu titik, tidak lebih, karena akhirnya dia kembali tersenyum menatap cucunya.

"Maafkan ibumu," ujar nenek.

"..."

"Nenek tahu ibumu yang salah. Maka maafkan dia."

"Ibu selingkuh dari ayah, memisahkanku dari dirinya, melarang Kimi dekat dengan kami, dan sama sekali tidak ingin menganggapku anaknya lagi, dan haruskah ku maafkan?"

Nenek terdiam.

"Aku memaafkannya, nek," dengus Kara. "Selalu memaafkannya. Aku hanya tidak habis pikir apa salahku dan salah ayahku?"

"Ini mungkin percakapan yang sedikit emosional. Aku kira aku harus turun tangan ketika ibumu menghubungi beberapa bulan yang lalu."

Kening Kara berkerut dan hal itu terjadi padaku juga. Kara melepaskan tangannya dari genggaman neneknya. Dia bersandar pada kursi dan menghela nafas menatap keluar jendela. Sementara kemacetan dan lampu-lampu mobil mengisi pandangan pada matanya.

Secangkir teh di meja mengepul walaupun aku tahu kini isinya sudah mendingin. Nenek menyeruput teh dalam cangkirnya. Sementara suara bising dan tawa dari para pengunjung kafe lainnya mengisi keheningan di antara nenek dan cucu itu. Aku masih menunggu percakapan selanjutnya.

"Ibumu menghubungi nenek," mulai nenek lagi. "Kamu mungkin tidak percaya. Tapi nenek mengenal ibumu sedari dia masih kecil. Dia memang keras dan berbeda dari anak-anak perempuan nenek lainnya. Dan mungkin paling labil.

"Cinta pertama ibumu mungkin ayahmu. Mereka dekat sejak SMP karena rumah yang berdekatan. Walaupun ibumu sempat berpacaran dengan laki-laki lain, tapi tetap orang yang menghantui hidupnya tetap ayahmu."

"Aku tidak butuh dengar cerita seperti itu, nek. Aku benci romance," tukas Kara.

"Pernahkah kamu berpikir bahwa ibumu masih mencintaimu dan ayahmu?"

Kara menunduk lama sampai akhirnya dia menggeleng. "Jika hal itu benar ada, seharusnya aku tidak seperti ini sekarang."

"Dan pernahkah kamu berpikir bahwa semua kejadian yang terjadi sekarang bukanlah kemauan ibumu?"

Kara kembali menggeleng.

"Ini bukan kemauan ibumu. Jika ini kemauan ibumu, maka aku tidak akan memberikan liontin ini padamu."

Kara mendongak, keningnya kembali berkerut. Dan aku mulai berpikir, ada banyak hal yang tidak terduga terjadi belakangan ini. Dan pernahkah kita melihat bahwa kita berada di dalam sebuah drama hebat.

Karena sesungguhnya cerita ini masih berlanjut dan aku semakin penasaran.
--------------------------
bersambung...

Nessun commento:

Posta un commento