martedì 10 agosto 2010

Senja Hujan Bintang

senja membawaku pada elegi rindu rumah
ingin pulang
pada jalanan sepi
tempat debu-debu jalanan didebur roda-roda yang melindas
ketika rindu menggerogoti sela-sela hati
dan inginku teriak dan memelukmu dari belakang
karena dengan mendengarmu bercerita setiap senja
hatiku tenang mendamba senyum hendak pulang ke rumah


hujan menjadi ciri tersendiri dari warna hari
seperti bulir-bulirnya yang menyejukkan
memberi kehangatan dalam waktu-waktu menyendiri
memberi kesegaran yang menyublim pada sisi kosong
dan aku teringat
kata-katamu pada awal kisah percintaan
"kita telah melalui berbagai macam hujan ya, sayang"
dan tahukah kau aku merindukan hujan
merindukan dirimu yang menggenggam tanganku
merindukan dirimu yang menyampirkan jaket hitam, coklat, maupun birumu
karena ketika hujan aku melihatmu lebih jelas penuh ketulusan


aku kamu apa kita pecinta bintang
aku rasa kita bukan si maniak gerhana
kita hanya pecinta malam
benarkah?
ataukah bintang mengikuti waktu kita
ketika kau berkata "wah bintangnya banyak ya"
atau ketika "kapan lagi kita bisa kembali di sini dengan bintang seperti ini"
dan ombak mendebuk di bawah kaki-kaki kita
dan cahaya lembut seakan menemani keberduaan kita
akankah waktu-waktu itu berulang
ya, sama halnya ketika kau berpesan singkat
"keluar deh malam ini bintangnya banyak"
dan rasanya di sini aku merindukan tak sekedar bintang
tapi setiap waktu

--------------
yah setiap waktu yang tidak akan pernah bisa dideskripsikan
setiap waktu yang habis
setiap waktu yang tersita
tanpa banyak orang yang tahu
bahwa kita bercinta dengan alam
dalam mata, dalam hati, dan tanpa ucapan
lewat gerak gerik
dan setiap cerita
itu yang menyebabkan kita juga saling mencintakah?
bisakah ku jawab ya...


a poem for my the only one Gery Fathurrachman

Nessun commento:

Posta un commento