CHAPTER I
Hai namaku Tania. Ini hari pertamaku bekerja di kafe ini. Tempatnya tenang meski terletak di keramaian daerah tongkrongan Jakarta. Wangi kopi, teh, dan makan-makanan lezat selalu tercium dari sini, bahkan dari radius 200 meter. Aku tidak berharap uang banyak dari bekerja di sini karena kafe ini punya kakakku. Aku hanya mengisi waktu kosongku setelah pulang sekolah. Lagipula rumahku terletak di bagian belakang kafe ini. Jadi aku bisa belajar dan mengerjakan tugasku sembari bekerja.
Bar tempat membuat minuman terpisah dengan bar tempat memesan makanan dan kasir. Entah mengapa kakakku merancangnya seperti itu. Karena pekerjaanku adalah membuat minuman jadi di bar minumanlah aku berada. Tempatnya di pinggir jendela dan bangku-bangku di sekitarnya cukup ramai diisi orang.
Pukul 16.20 ini awalku bertemu dengan Kara. Gadis berambut ikal merah panjang itu berjalan dari pintu dengan wajah cerah cantiknya. Dia mungkin berusia sekitar 20 tahun. Jelas lebih tua dari aku. Dan sejak hari itu aku sudah mengagumi kecantikannya. Dia berjalan ke arah bar minuman dan berkata padaku, "Satu teh manis saja!"
Aku tersenyum sekenanya. Dia duduk di salah satu meja tepat di samping bar minuman,memandang ke arah jalanan. Sejak hari itu, di meja itu selalu ada tulisan RESERVED dan dia selalu duduk di sana. Aku membuatkan teh, dan memberikannya padanya. Dia mengucapkan terimakasih dan menatap ke luar jendela kembali.
Seorang pria datang dari arah pintu masuk. Pria yang cukup tampan, dia berjalan ke arah meja yang diduduki gadis itu. Dia tersenyum. Dan mengecup pipi gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum pelik.
"Wau kamu memilih tempat yang bagus, Kara sayang," ujar pria itu. Sejak itu aku tahu namanya Kara.
"Tidak ingin memesan sesuatu, Jeff?" tanya Kara pada pria bernama Jeff yang kemungkinan adalah pacarnya tersebut. "Langsung saja menuju barnya, nanti dikasih struk bayar di kasir pas pulang."
"Oke sebentar ya sayang."
Jeff bergerak ke arah bar makanan dan bergerak ke bar minuman. Dia memesan sebuah latte. Aku membawakan pesanannya dua menit kemudian ke meja mereka, bersamaan dengan dua lasagna yang dibawakan salah satu pelayan kafe dari bar makanan.
"Aku tahu kamu pasti belum makan, Kara. Jangan dibiasakan ya...," ujar Jeff sambil menggeser sepiring lasagna ke arah Kara.
Kara mengangguk singkat sambil tersenyum tapi dia tidak menyentuhnya. Membiarkan Jeff menyeruput latte dan memakan lasagnanya. "Ini enak lho," goda Jeff.
Aku memilih untuk mengalihkan pandanganku dari mereka. Mengapa aku harus menaruh perhatian pada mereka? Toh mereka juga sama dengan tamu-tamu yang lainnya. Datang ke sini untuk makan, minum, mengobrol, dan pulang.
"Jeff...," panggil Kara lembut. Dia melipat tangannya di meja, memajukan kepalanya dan memandang Jeff. Namun Jeff terlalu sibuk dengan hidangan yang disantapnya. "Jeff? Jeff?"
"Ya?" tanggap Jeff tanpa memandang Kara.
"Kita perlu bicara."
Jeff menghentikan makannya dan balas memandang kekasihnya yang cantik itu. Dia terdiam dan menegakkan posisi duduknya.
"Jeff...," desah Kara terlihat putus asa. "Kita ke sini bukan untuk kencan seperti biasa. Bukan untuk bersenang-senang seperti yang selalu kau inginkan. Terkadang kita perlu bicara serius, Jeff. Dan kali ini sangat serius."
"A-apa?'
"Pernahkah kau merasa ada yang salah dengan hubungan kita?" Terdengar nada sendu dari suara Kara. Dia mengeluarkan pertanyaan itu seakan pertanyaan itu sudah bercokol di tenggorokannya berabad-abad, menanti dimuntahkan. Pertanyaan itu membuatku kembali memperhatikan mereka.
Jeff tetap bergeming di hadapannya.
"Ya kita punya banyak masalah yang harus kita selesaikan, Jeff. Aku tidak bohong," lanjut Kara matanya berkilat.
Bar tempat membuat minuman terpisah dengan bar tempat memesan makanan dan kasir. Entah mengapa kakakku merancangnya seperti itu. Karena pekerjaanku adalah membuat minuman jadi di bar minumanlah aku berada. Tempatnya di pinggir jendela dan bangku-bangku di sekitarnya cukup ramai diisi orang.
Pukul 16.20 ini awalku bertemu dengan Kara. Gadis berambut ikal merah panjang itu berjalan dari pintu dengan wajah cerah cantiknya. Dia mungkin berusia sekitar 20 tahun. Jelas lebih tua dari aku. Dan sejak hari itu aku sudah mengagumi kecantikannya. Dia berjalan ke arah bar minuman dan berkata padaku, "Satu teh manis saja!"
Aku tersenyum sekenanya. Dia duduk di salah satu meja tepat di samping bar minuman,memandang ke arah jalanan. Sejak hari itu, di meja itu selalu ada tulisan RESERVED dan dia selalu duduk di sana. Aku membuatkan teh, dan memberikannya padanya. Dia mengucapkan terimakasih dan menatap ke luar jendela kembali.
Seorang pria datang dari arah pintu masuk. Pria yang cukup tampan, dia berjalan ke arah meja yang diduduki gadis itu. Dia tersenyum. Dan mengecup pipi gadis itu. Gadis itu hanya tersenyum pelik.
"Wau kamu memilih tempat yang bagus, Kara sayang," ujar pria itu. Sejak itu aku tahu namanya Kara.
"Tidak ingin memesan sesuatu, Jeff?" tanya Kara pada pria bernama Jeff yang kemungkinan adalah pacarnya tersebut. "Langsung saja menuju barnya, nanti dikasih struk bayar di kasir pas pulang."
"Oke sebentar ya sayang."
Jeff bergerak ke arah bar makanan dan bergerak ke bar minuman. Dia memesan sebuah latte. Aku membawakan pesanannya dua menit kemudian ke meja mereka, bersamaan dengan dua lasagna yang dibawakan salah satu pelayan kafe dari bar makanan.
"Aku tahu kamu pasti belum makan, Kara. Jangan dibiasakan ya...," ujar Jeff sambil menggeser sepiring lasagna ke arah Kara.
Kara mengangguk singkat sambil tersenyum tapi dia tidak menyentuhnya. Membiarkan Jeff menyeruput latte dan memakan lasagnanya. "Ini enak lho," goda Jeff.
Aku memilih untuk mengalihkan pandanganku dari mereka. Mengapa aku harus menaruh perhatian pada mereka? Toh mereka juga sama dengan tamu-tamu yang lainnya. Datang ke sini untuk makan, minum, mengobrol, dan pulang.
"Jeff...," panggil Kara lembut. Dia melipat tangannya di meja, memajukan kepalanya dan memandang Jeff. Namun Jeff terlalu sibuk dengan hidangan yang disantapnya. "Jeff? Jeff?"
"Ya?" tanggap Jeff tanpa memandang Kara.
"Kita perlu bicara."
Jeff menghentikan makannya dan balas memandang kekasihnya yang cantik itu. Dia terdiam dan menegakkan posisi duduknya.
"Jeff...," desah Kara terlihat putus asa. "Kita ke sini bukan untuk kencan seperti biasa. Bukan untuk bersenang-senang seperti yang selalu kau inginkan. Terkadang kita perlu bicara serius, Jeff. Dan kali ini sangat serius."
"A-apa?'
"Pernahkah kau merasa ada yang salah dengan hubungan kita?" Terdengar nada sendu dari suara Kara. Dia mengeluarkan pertanyaan itu seakan pertanyaan itu sudah bercokol di tenggorokannya berabad-abad, menanti dimuntahkan. Pertanyaan itu membuatku kembali memperhatikan mereka.
Jeff tetap bergeming di hadapannya.
"Ya kita punya banyak masalah yang harus kita selesaikan, Jeff. Aku tidak bohong," lanjut Kara matanya berkilat.
---------------------------
bersambung...
sering-sering nge-post ini ya nin, suka deh :) kalo pc aku yang lama ngga rusak, udah bejibun kali cerita2 di blog aku
RispondiElimina