venerdì 30 luglio 2010

Long Way to Go

udah berapa lama ya jeda dari post sebelumnya? biasanya saya aktif banget ngeblog sekarang jadi jarang-jarang begini. hehe.... maaf ya pembaca setia (sooookk). bagi yang nungguin lanjutannya Secangkir Teh tunggu ya, nanti gue post.

boro-boro ngeblog intensitas jam terbang gue di twitter dan pasang tampang di facebook aja berkurang banget. maklum sekali lagi saya sudah kelas 12 sebentar lagi akan menghadapi dunia perkuliahan. tantangan menyambut masa depan (soookk lagi)

btw btw, gue lagi sedikit sensitif nih belakangan ini. malah banyak yang bilang gue makin nyebelin. maaf banget ya... salah satu beban pikiran gue belakangan ini adalah diri gue sendiri. bulan depan gue bakalan ulang tahun ke-17, yang notabene adalah usia yang cukup bisa dibilang awal kedewasaan. dan tahun depan gue bakalan kuliah (iya gue harus kuliah!!!).

ada satu pertanyaan menggema-gema di otak gue:
mau di bawa ke mana dirimu nak?

beberapa waktu yang lalu di salah satu post gue menuliskan bahwa gue berencana masuk FIB UI BAHASA DAN SASTRA BELANDA. but in fact, gue masih bingung dan kurang yakin mau dibawa ke mana gue.

sekarang gini... gue makin yakin bahwa kuliah bukan hanya sekedar minat dan bidang yang kita kuasai. tapi sesuatu yang benar-benar menjanjikan kita. sesuatu yang bisa membuat kita menjadi salah satu generasi yang mampu menghadapi tantangan di peradaban baru ini. yah sesuai misi pendidikan tahun ini, gue pengen jadi seorang anak muda terdidik yang kompeten. gue mau jadi orang sukses dan berhasil.

di sini titik gue mikir. apakah gue benar-benar yakin mau mengambil BAHASA DAN SASTRA? di luar itu semua gue juga ga tahu mau masuk apa lagi. gue ga mungkin masuk bidang Aesthetic karena satu-satunya keahlian seni gue adalah nari. bahkan gue memikirkan apakah gue masuk bidang Social Service aja? tapi apa? apa gue sanggup menjadi seorang pekerja sosial sedangkan tingkat kepedulian gue terhadap diri gue sendiri aja masih sangat kecil.

tingkat tuntutan di rumah gue sangat tinggi. gue anak pertama, cucu pertama, dan seorang perempuan. orang tua gue menggantung banyak banget harapan ke gue. berdoa supaya gue jadi anak yang rajin, berdoa supaya gue jadi anak patuh, dan berdoa supaya gue jadi ORANG.

tuntutan pertama dari eyang gue adalah gue harus bisa bahasa asing. tuntutan kedua dari oma opa gue adalah gue harus bergelar doktor (ini muluk. biasa orang tua umur di atas 70). tuntutan ketiga dari orang tua gue adalah gue harus bisa berdikari.

sekaraaaaanggg... tahu cita-cita gue apa? gue pengen berprofesi sebagai penulis. tau lebih dari itu gue pengen jadi apa? GUE PENGEN JADI IBU. tahu kenapa ibu? seorang wanita baru merasa dirinya lengkap ketika menjadi seorang ibu. percaya tidak percaya, seorang ibu terdidik untuk menjadi seorang yang sabar dan telaten juga pandai. karena mereka akan menjadi seorang pelindung terutama bagi keluarganya. seorang ibu akan menjadi orang yang paling pertama dituding atas segala sikap anak-anaknya. seorang ibu adalah orang pertama yang akan ditanyakan pendapat dan yang diharapkan dukungannya oleh suaminya. lebih dari itu seorang ibu adalah seorang permaisuri. seorang ibu akan merasa benar-benar sukses ketika dia bisa membahagiakan kedua orang tuanya, suaminya, anak-anaknya, dan lebih dari itu membahagiakan dirinya sendiri. beneran deh, gue pengen bisa jadi orang yang peka jadi seorang ibu yang sabar jadi seorang wanita yang sempurna. dan lebih dari itu seorang ibu harus memiliki ilmu dan wawasan, cara berpikir, juga tingkah laku yang sederhana.

di mana gue bisa ngedapetin ilmu itu?

jalan panjang depan mata gue... masih banyak yang harus gue pelajarin. jujur gue belum bisa mengkonsepkan masa depan gue. hingga akhirnya kesimpulan saya adalah SETUA APAPUN USIA KITA TIDAK MEMBUKTIKAN KITA MEMILIKI KEDEWASAAN. karena demi apapun saya masih merasa belum dewasa sama sekali. yang saya tahu saya pengen ninggalin masa kekanak-kanakkan saya, saya pengen ngeliat dunia lewat kacamata yang berbeda, sampai gue tahu di mana gue harus berada... dan waktunya sangat singkat.

Nessun commento:

Posta un commento