ya ya yaaa di hari libur gue yang semakin garing padahal baru mulai gue sudah menghabiskan satu buku yang gue pinjam dari Mentari Amir setelah minjemin The Wednesday Letters buat liburannya.
Rencananya mau gue baca nyicil-nyicil. Jadi paling ga sampai seminggu ke depan gue masih ada bacaan. Soalnya gue cuma minjem satu buku. Ga enak buat minjem-minjem lagi. Dan gue ga bakalan sempet ke Gramed. Kalo ke Gramed bawaan gue cuma beli buku soal persiapan UAN & SNMPTN doang.
okey, sedikit banyak gue pengen cerita soal buku ini... buku yang lumayan seru untuk dibaca. karena jujur isinya benar-benar sebuah realita. biarpun gue juga belum pernah berkeluarga, tapi gue rasa banyak orang yang pernah ngalamin masalah-masalah kecil dalam rumah tangga mereka yang akhirnya berdampak besar. jadi coba-coba deh baca... nih gue kasih sinopsisnya:
Barra dan Ata saling jatuh cinta—lalu menikah. THE END. Berarti sekarang, harusnya mereka mengalami 'hidup bahagia selamanya' seperti di dongeng-dongeng romantis yang pernah dibaca Ata sewaktu kecil. Tapi, pernikahan tidak lantas menjamin bahagia seperti itu. Hidup bersama sebagai pasangan suami-istri ternyata tidak seindah kehidupan ala Barbie dan Ken. Harus ada yang mengalah. Harus ada yang menekan ego yang selama ini terbiasa merdeka. Harus saling mengerti. Tapi bagaimana jika belakangan Ata sadar, ternyata Barra bukan suami sempurna seperti sangkaannya semula?
sekarang kita mulai pada pokok pembahasan gue di post satu ini. gue ngasih judul Drama Seusai Pesta bukan tanpa arti lhoo... bukan karena itu tagline bukunya.
hah ya sebelumnya, gue memang masih kecil. gue belum pernah menikah dan segala macamnya. tapi hal-hal di bawah ini bukan merupakan kesoktahuan gue, karena sepertinya gue sering menemukan hal-hal ini di kehidupan nyata. jadi bagi anda-anda yang menganggap saya ga berhak ngomongin soal pernikahan dan kehidupan keluarga hmmm cukup baca sinopsis terus lompat langsung ke bagian kesimpulan.
hmmm, udah baca kan sinopsisnya. yang gue tahu di pikiran awam gue sebagai seorang perempuan berusia 16 tahun yang udah ngebayangin pernikahan gue kayak gimana, pernikahan itu seperti sebuah titik di mana akhirnya elo mencapai akhir perjuangan cinta. Hei ternyata hei ternyata! sebenarnya babak baru dari drama kehidupan kita yang seperti roda berputar ini justru baru dimulai dari perkawinan.
mungkin sekarang kita boleh bilang kita sudah mengenal pasangan kita dengan baik. ih sapa yang sangka saat lo tidur satu ranjang sama dia lo baru tahu dia kayak apa, ketika lo membuka mata lo baru tahu kebiasaan dia yang lain apa. intinya... mengenal seseorang tidak berhenti pada satu titik tertentu. itu hal pertama yang gue tangkep.
hal kedua adalah, gue kira keluarga yang keliatannya harmonis-harmonis aja ga punya masalah. dalam suatu hubungan pasti ada sebuah titik jenuh. sama saja seperti kita melakukan kegiatan tertentu. sedihnya ketika ada titik jenuh terlebih terhadap pasangan, biasanya orang bakalan nyari selingan. mungkin waktu lo pacaran, pacar lo ga pernah selingkuh. waktu lo nikah siapa yang kira kalo suami lo bakal selingkuh diam-diam, meski belakang-belakangnya balik lagi ke elo.
selama ini, setiap kali cowok gue ngomong "kita nikah yuk setelah lulus SMA" entah itu bercandaan atau bukan gue selalu mikir. siap ga ya siap ga ya? sudah mapan kah? mau hidup pakai apa? itu terus-terusan. sebenernya gue agak bingung dengan esensi pernikahan. yang selalu diomongin orang, ketika kita menikah kita melengkapi sebagian iman kita terlebih ini adalah cara terbaik menjauhi perzinahan. bener juga sih... ya yang selama ini gue pikirin gue bakal nikah kalau gue udah siap lahiriah batiniah sampai ke permasalahan keuangan. siap menghidupi atau tidak. dan ga ngerti kenapa gue berkesimpulan SEMAPAN APAPUN SESEORANG TIDAK MENJAMIN PERNIKAHANNYA BAHAGIA. memang hal paling realistis di dunia ini itu cinta ya. di mana ada cinta di situ ada kepercayaan. di mana ada kepercayaan di situ ada keyakinan. di mana ada keyakinan tidak akan terjadi perpecahan.
di sini gue belajar untuk tidak menjadi seseorang yang labil. cowok gue pernah bilang ada orang yang ngerasa dirinya masih laku, jadi begitu dia udah ga ngerasa cocok sama pasangannya dia bisa dengan gampang ninggalin orang itu dan ganti ke orang lain. dan dengan enaknya itu orang ngomong "i've changed" dan segampang itu mereka pergi. S-SAAKK-KIT! hemm cowok gue yang hebat itu berhasil meyakinkan gue bahwa gue ga laku! haha bukan bukan! di sini gue ngeliat bahwasanya di luar sana ada orang yang lebih hebat dari pasangan kita, tetep orang yang telah lama ada di hati kita yang sudah kita nikahi dan telah kita limpahi dengan sumpah dan komitmen harusnya kita jaga bahkan kita juga harusnya menjaga hati kita. hanya ada 1 orang sampai akhir. tapi faktanya... bagi kebanyakan orang itu susah.
hal kelima, selama ini gue selalu mikir untuk jadi ibu rumah tangga yang baik yang akan selalu mengurus anak di rumah menunggu suami sampai pulang akan memiliki rumah tangga yang harmonis juga. dan kenyataannya lagi-lagi pikiran gue mungkin benar, tapi di balik itu ada realita kehidupan yang juga pahit. ga semua istri yang mengabdikan diri untuk keluarganya memiliki kehidupan yang harmonis.
MERTUA!!! ORANG TUA PASANGAN! haha dari jaman pacaran pasti selalu takut deh, apalagi nanti kalo udah menikah. si gery aja takut banget sama bokap gue. ga tahu kenapa nanti kalo udah nikah gue ga pengen banget orang tua ikut campur dalam pernikahan gue. intervensi mertua bahkan orang tua sendiri kadang-kadang suka ga ngenakin. yaaah bagi gue orang tua adalah penyampai saran bukan penyelesai masalah. tapiiii kita tetap harus menghormati mertua kita. woy mereka orang tua juga ooyy!!
apalagi yaaa... mungkin hal ke tujuh ada di luar buku... sebagai seorang pasangan yang sudah menikah kita tetap perlu ambisi... itu yang membuat gejolaknya makin terasa. yaaa, setidaknya gue berpikiran untuk tetap menghadirkan suatu target yang terus ingin dicapai. tidak ada titik limit. mungkin di kulkas rumah tetap akan ada tulisan STUFF WE'RE GOING TO DO. di tengah malam dalam gelap lampu kamar akan ada tetap percakapan dengan awal "how's your day?" dan kita bicara banyak hal, mikirin isu yang lagi hangat saat ini, berdiskusi masalah keluarga, mencari solusi terbaik bersama, dan bahkan ngereveal masalah kayak yang beberapa malam kami sering lakukan. di akhir pekan akan tetap ada teriakan "kita akan berlibur ke mana hari ini mama papa?". setiap hari tetap ada kata-kata "aduuhh istri aku cantik banget" meskipun kita cuma pakai daster jelek, yah tapi gue akan tetap ngerawat diri suami mana sih yang ga seneng liat istrinya cantik dan bisa ngerawat dirinya sendiri. atau hal paling manis, kami masih bisa saling menemukan sebuah surat cinta terselip di salah satu bagian rumah di hari Jum'at.
Pernikahan bukan titik akhir. It's not the end. It's not happily ever after like in fairy tales. It's a life that never ends... gue masih harus banyak belajar. suatu hari nanti gue bakalan menikah. dan gue berharap kesenangan yang gue rasakan selama gue masih pacaran ga akan pernah berkurang ketika gue menikah. kemesraan masih sama. kejenuhan yang akan berbalik lagi menjadi ketar-ketir jatuh cinta. hey, menjadi ABG ga harus hanya sekali kan? kita berhak jatuh cinta berkali-kali kepada pasangan kita, bahkan setiap kali kita membuka mata. sebaiknya habis ini gue tanya sama pacar gue, istri seperti apa yang dia inginkan? dan saya tidak akan mengurangi sedikit pun kebahagiaan kami dengan apa yang kami lakukan saat ini... maka alangkah sangat baiknya jika kita bisa berpikir sehat, memaklumi pasangan kita, dan mencari solusi bersama ketika menghadapi masalah bersama. ketika kita sudah berumah tangga segala hal menjadi masalah bersama. gue berharap dengan begini gue bisa mempertahankan keluarga. sebuah kebahagiaan ditemukan pertama pada keluarga sendiri kawan...
ya Allah... hari ini Engkau beri berkah pada keluarga kami. Terimakasih Engkau tetap mempersatukan jalinan pernikahan keluarga ini. 50 tahun untuk eyang kakung dan eyang putri. 20 tahun untuk ayah ibu hamba. dan juga kelanggengan bagi keluarga kami yang lainnya.
berkahilah hal yang sama pada kehidupan keluarga masa depan hamba nanti ya Allah... sebuah keluarga kecil yang harmonis, dan di penuhi dengan cinta tanpa adanya drama perselingkuhan. Lindungi kami ya Allah... hanya pada-Mu hamba berserah dan memohon....
Amin ya rabbal al amin...
Rencananya mau gue baca nyicil-nyicil. Jadi paling ga sampai seminggu ke depan gue masih ada bacaan. Soalnya gue cuma minjem satu buku. Ga enak buat minjem-minjem lagi. Dan gue ga bakalan sempet ke Gramed. Kalo ke Gramed bawaan gue cuma beli buku soal persiapan UAN & SNMPTN doang.
okey, sedikit banyak gue pengen cerita soal buku ini... buku yang lumayan seru untuk dibaca. karena jujur isinya benar-benar sebuah realita. biarpun gue juga belum pernah berkeluarga, tapi gue rasa banyak orang yang pernah ngalamin masalah-masalah kecil dalam rumah tangga mereka yang akhirnya berdampak besar. jadi coba-coba deh baca... nih gue kasih sinopsisnya:
Barra dan Ata saling jatuh cinta—lalu menikah. THE END. Berarti sekarang, harusnya mereka mengalami 'hidup bahagia selamanya' seperti di dongeng-dongeng romantis yang pernah dibaca Ata sewaktu kecil. Tapi, pernikahan tidak lantas menjamin bahagia seperti itu. Hidup bersama sebagai pasangan suami-istri ternyata tidak seindah kehidupan ala Barbie dan Ken. Harus ada yang mengalah. Harus ada yang menekan ego yang selama ini terbiasa merdeka. Harus saling mengerti. Tapi bagaimana jika belakangan Ata sadar, ternyata Barra bukan suami sempurna seperti sangkaannya semula?
* * *
sekarang kita mulai pada pokok pembahasan gue di post satu ini. gue ngasih judul Drama Seusai Pesta bukan tanpa arti lhoo... bukan karena itu tagline bukunya.
hah ya sebelumnya, gue memang masih kecil. gue belum pernah menikah dan segala macamnya. tapi hal-hal di bawah ini bukan merupakan kesoktahuan gue, karena sepertinya gue sering menemukan hal-hal ini di kehidupan nyata. jadi bagi anda-anda yang menganggap saya ga berhak ngomongin soal pernikahan dan kehidupan keluarga hmmm cukup baca sinopsis terus lompat langsung ke bagian kesimpulan.
hmmm, udah baca kan sinopsisnya. yang gue tahu di pikiran awam gue sebagai seorang perempuan berusia 16 tahun yang udah ngebayangin pernikahan gue kayak gimana, pernikahan itu seperti sebuah titik di mana akhirnya elo mencapai akhir perjuangan cinta. Hei ternyata hei ternyata! sebenarnya babak baru dari drama kehidupan kita yang seperti roda berputar ini justru baru dimulai dari perkawinan.
mungkin sekarang kita boleh bilang kita sudah mengenal pasangan kita dengan baik. ih sapa yang sangka saat lo tidur satu ranjang sama dia lo baru tahu dia kayak apa, ketika lo membuka mata lo baru tahu kebiasaan dia yang lain apa. intinya... mengenal seseorang tidak berhenti pada satu titik tertentu. itu hal pertama yang gue tangkep.
hal kedua adalah, gue kira keluarga yang keliatannya harmonis-harmonis aja ga punya masalah. dalam suatu hubungan pasti ada sebuah titik jenuh. sama saja seperti kita melakukan kegiatan tertentu. sedihnya ketika ada titik jenuh terlebih terhadap pasangan, biasanya orang bakalan nyari selingan. mungkin waktu lo pacaran, pacar lo ga pernah selingkuh. waktu lo nikah siapa yang kira kalo suami lo bakal selingkuh diam-diam, meski belakang-belakangnya balik lagi ke elo.
selama ini, setiap kali cowok gue ngomong "kita nikah yuk setelah lulus SMA" entah itu bercandaan atau bukan gue selalu mikir. siap ga ya siap ga ya? sudah mapan kah? mau hidup pakai apa? itu terus-terusan. sebenernya gue agak bingung dengan esensi pernikahan. yang selalu diomongin orang, ketika kita menikah kita melengkapi sebagian iman kita terlebih ini adalah cara terbaik menjauhi perzinahan. bener juga sih... ya yang selama ini gue pikirin gue bakal nikah kalau gue udah siap lahiriah batiniah sampai ke permasalahan keuangan. siap menghidupi atau tidak. dan ga ngerti kenapa gue berkesimpulan SEMAPAN APAPUN SESEORANG TIDAK MENJAMIN PERNIKAHANNYA BAHAGIA. memang hal paling realistis di dunia ini itu cinta ya. di mana ada cinta di situ ada kepercayaan. di mana ada kepercayaan di situ ada keyakinan. di mana ada keyakinan tidak akan terjadi perpecahan.
di sini gue belajar untuk tidak menjadi seseorang yang labil. cowok gue pernah bilang ada orang yang ngerasa dirinya masih laku, jadi begitu dia udah ga ngerasa cocok sama pasangannya dia bisa dengan gampang ninggalin orang itu dan ganti ke orang lain. dan dengan enaknya itu orang ngomong "i've changed" dan segampang itu mereka pergi. S-SAAKK-KIT! hemm cowok gue yang hebat itu berhasil meyakinkan gue bahwa gue ga laku! haha bukan bukan! di sini gue ngeliat bahwasanya di luar sana ada orang yang lebih hebat dari pasangan kita, tetep orang yang telah lama ada di hati kita yang sudah kita nikahi dan telah kita limpahi dengan sumpah dan komitmen harusnya kita jaga bahkan kita juga harusnya menjaga hati kita. hanya ada 1 orang sampai akhir. tapi faktanya... bagi kebanyakan orang itu susah.
hal kelima, selama ini gue selalu mikir untuk jadi ibu rumah tangga yang baik yang akan selalu mengurus anak di rumah menunggu suami sampai pulang akan memiliki rumah tangga yang harmonis juga. dan kenyataannya lagi-lagi pikiran gue mungkin benar, tapi di balik itu ada realita kehidupan yang juga pahit. ga semua istri yang mengabdikan diri untuk keluarganya memiliki kehidupan yang harmonis.
MERTUA!!! ORANG TUA PASANGAN! haha dari jaman pacaran pasti selalu takut deh, apalagi nanti kalo udah menikah. si gery aja takut banget sama bokap gue. ga tahu kenapa nanti kalo udah nikah gue ga pengen banget orang tua ikut campur dalam pernikahan gue. intervensi mertua bahkan orang tua sendiri kadang-kadang suka ga ngenakin. yaaah bagi gue orang tua adalah penyampai saran bukan penyelesai masalah. tapiiii kita tetap harus menghormati mertua kita. woy mereka orang tua juga ooyy!!
apalagi yaaa... mungkin hal ke tujuh ada di luar buku... sebagai seorang pasangan yang sudah menikah kita tetap perlu ambisi... itu yang membuat gejolaknya makin terasa. yaaa, setidaknya gue berpikiran untuk tetap menghadirkan suatu target yang terus ingin dicapai. tidak ada titik limit. mungkin di kulkas rumah tetap akan ada tulisan STUFF WE'RE GOING TO DO. di tengah malam dalam gelap lampu kamar akan ada tetap percakapan dengan awal "how's your day?" dan kita bicara banyak hal, mikirin isu yang lagi hangat saat ini, berdiskusi masalah keluarga, mencari solusi terbaik bersama, dan bahkan ngereveal masalah kayak yang beberapa malam kami sering lakukan. di akhir pekan akan tetap ada teriakan "kita akan berlibur ke mana hari ini mama papa?". setiap hari tetap ada kata-kata "aduuhh istri aku cantik banget" meskipun kita cuma pakai daster jelek, yah tapi gue akan tetap ngerawat diri suami mana sih yang ga seneng liat istrinya cantik dan bisa ngerawat dirinya sendiri. atau hal paling manis, kami masih bisa saling menemukan sebuah surat cinta terselip di salah satu bagian rumah di hari Jum'at.
Pernikahan bukan titik akhir. It's not the end. It's not happily ever after like in fairy tales. It's a life that never ends... gue masih harus banyak belajar. suatu hari nanti gue bakalan menikah. dan gue berharap kesenangan yang gue rasakan selama gue masih pacaran ga akan pernah berkurang ketika gue menikah. kemesraan masih sama. kejenuhan yang akan berbalik lagi menjadi ketar-ketir jatuh cinta. hey, menjadi ABG ga harus hanya sekali kan? kita berhak jatuh cinta berkali-kali kepada pasangan kita, bahkan setiap kali kita membuka mata. sebaiknya habis ini gue tanya sama pacar gue, istri seperti apa yang dia inginkan? dan saya tidak akan mengurangi sedikit pun kebahagiaan kami dengan apa yang kami lakukan saat ini... maka alangkah sangat baiknya jika kita bisa berpikir sehat, memaklumi pasangan kita, dan mencari solusi bersama ketika menghadapi masalah bersama. ketika kita sudah berumah tangga segala hal menjadi masalah bersama. gue berharap dengan begini gue bisa mempertahankan keluarga. sebuah kebahagiaan ditemukan pertama pada keluarga sendiri kawan...
ya Allah... hari ini Engkau beri berkah pada keluarga kami. Terimakasih Engkau tetap mempersatukan jalinan pernikahan keluarga ini. 50 tahun untuk eyang kakung dan eyang putri. 20 tahun untuk ayah ibu hamba. dan juga kelanggengan bagi keluarga kami yang lainnya.
berkahilah hal yang sama pada kehidupan keluarga masa depan hamba nanti ya Allah... sebuah keluarga kecil yang harmonis, dan di penuhi dengan cinta tanpa adanya drama perselingkuhan. Lindungi kami ya Allah... hanya pada-Mu hamba berserah dan memohon....
Amin ya rabbal al amin...
Nessun commento:
Posta un commento