jangan terlalu keras menyerang malam
dia hanya seorang yang biasa
matanya sebening danau yang mencerminkan gunung di tepiannya
senyumnya sehangat mentari yang bersinar di pagi hari
dia mungkin bernama malam
namun dirinya tak pernah menjadi malam
kadang hatinya sedingin angin yang menderak kisi-kisi jendela
kadang kata-katanya setajam hujan yang menghujam ubun-ubun kepala
tapi dia tak pernah mendamba untuk balas dendam
jangan terlalu keras menyerang malam
dia menangis hingga senjakala esok hari
dia akan merajut hatinya yang tercerai berai sampai larut petang
dia akan gembok mulutnya yang manis itu dan membuangnya ke balik awan
jangan terlalu keras menyerang malam
karena yang dia butuhkan bukan sebuah pengakuan
tapi kemampuan hilang dari ketakutan
Nessun commento:
Posta un commento