giovedì 24 novembre 2011

Under Jakarta's Sky


Sebuah tempat...

Gue melalui jalan yang sama setiap hari.
Hampir setiap waktu gue melihat setiap sisinya yang sama. Masih dengan coretan yang sama, pedagang kaki lima yang sama, gerbang kereta yang masih suka dilanggar oleh supir angkot, dan kemacetan tidak manusiawi yang biasa.
Terkadang gue lagi-lagi berada di tempat yang sama.

Lalu beberapa orang bertanya,
"Tidak berpikir untuk pindah? Kan jaraknya akan lebih dekat, tidak perlu naik kereta."

Ya mungkin sekarang gue melalui jalan yang berbeda. Namun gue selalu pulang ke tempat yang sama. Melewati dinding yang sama dan menemui hal yang sama.
Gue berpikir untuk menjawab tidak.

Ada satu sisi di dalam sebuah kota, di mana seseorang merancangnya sebagai "tempat bagi orang lain".
Mungkin kita merasa sudut gang bau itu buruk. Tetapi bagi sebagian penduduk di dalamnya, tempat tersebut merupakan sumber kehidupannya. Tempat di mana mereka akan menemukan teman seperjuangan, ibu-ibu penggosip yang selalu mengikuti berita para artis kurang terkenal, anak-anak kecil yang lari-lari sore, bapak-bapak yang kumpul minum kopi di pos siskamling malam hari sambil main gaplek, dan ayam-ayam peliharaan yang bisa dijual sewaktu-waktu kalau memang butuh uang.
Sama halnya dengan keindahan taman kota yang meski sempit, tapi teduh. Atau sebuah sekolah meski lapuk, tetapi murid-muridnya selalu rindu begitu mereka lulus.
Begitulah sebuah tempat meninggalkan kesan di hati seseorang.

Gue melalui minggu-minggu yang berat belakangan ini. Ya mungkin gue sedang asik bergelut dengan rutinitas baru gue. Hingga rasanya gue rindu dan ingin pulang. Melalui tempat yang sama, tetapi terdiam untuk beberapa saat dan berpikir ada hal apa saja yang sudah berubah sejauh ini.
Ya dan ternyata... Meskipun kita melewati jalan yang sama hampir setiap hari, ada perubahan yang begitu mendasar terjadi di tempat tersebut. Hal-hal yang kita tidak perhatikan, karena kita anggap terlalu seragam. Hal-hal yang membuat kita mungkin berpikir, "Apakah kita juga sudah berubah?"

Gue mungkin menemukan jalan raya dari dekat portal pintu pertama Stasiun Jatinegara sudah diisi dengan paku bumi pembangunan terminal bus Transjakarta. Yang secara signifikan membuat penyempitan jalan dan membuat gue kesel setiap pagi harus melewati jalanan itu.

But after all, I still miss every path, every place, and everything I've through. Jalanan malam daerah Pisangan, Jakarta Timur. Jalanan sore Matraman. Hingga ke pelosok gang-gang daerah Jatinegara. Mungkin sebagian adalah kenangan masa SMA gue yang mengajarkan gue banyak hal soal pilihan dan pemikiran tentang hidup. Tetapi rasanya gue pengen membuat kenangan-kenangan baru.
Seperti rasanya ketika sore itu--ya bisa dibilang malam juga--waktu gue akhirnya melalui jalan yang sama lagi.
Dan semua rasa seperti bersatu, dan pusaran pikiran gue berekspektasi lebih, dada gue sesak. Gue kangen, gue rindu, gue pengen cepat-cepat 'pulang'. Ada seseorang yang ingin gue temui, yang sebagian besar mengisi pikiran gue yang hampir penuh dan hampir tumpah.

Di bawah langit Jakarta, ketika gue mendongakan kepala, ratusan kenangan, pikiran, dan inspirasi beradu. Di tempat dulu gue memulai sebuah cerita, gue menghidupkan kembali apa yang ingin gue bangun dalam hati dan pikiran gue. Sebuah kesan yang tidak bisa lekang di makan waktu. Karena di sanalah tempat gue tumbuh dan merasakan setiap bumbu kehidupan dan merasakan jatuh cinta kepada seseorang yang membuat setiap tempat yang pernah kami lewati bersama-sama terasa sangat berarti, meskipun ada banyak perubahan yang terjadi di sana.

Nessun commento:

Posta un commento